Turki Turuti Imbauan Amerika, Setuju Genjatan Senjata di Suriah

Soundofhope.org

Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence yang mencapai kesepakatan dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan dalam pertemuan di Ankara, Kamis 17 Oktober 2019, menyebut kesepakatan itu sebagai jalan mengakhiri invasi militer Turki. 

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengirimkan sepucuk surat ke Recep Tayyip Erdogan yang berisi peringatan terkait invasi ke Suriah. Dalam surat tertanggal 9 Oktober itu Trump mengingatkan Erdogan untuk tidak menjadi bodoh, dan menjadi pendosa sejarah. Trump mengajak Erdogan untuk bersama-sama mencari solusi atas masalah yang dihadapi Turki.

“Pasukan Kurdi tampaknya sengaja membebaskan tahanan perang ISIS untuk memperluas pengaruh politik nya,” kata Trump bersama presiden Italia yang berkunjung ke Amerika Serikat, pada Rabu, 16 Oktober 2019.  

Dalam surat untuk Erdogan itu, Trump menggunakan nada yang tidak biasa dan menyarankan agar semua pihak menegosiasikan kesepakatan yang baik. 

“Mr. Presiden yang saya hormati, mari kita bicarakan tentang kesepakatan yang bagus! “Anda tidak mau bertanggung jawab atas pembantaian ribuan orang, dan saya tidak ingin bertanggung jawab atas kehancuran ekonomi Turki, dan saya akan melakukannya. Saya telah memberi Anda beberapa contoh tentang kasus Pastor Brunson. Saya telah bekerja keras untuk membantu Anda memecahkan sejumlah masalah dan jangan mengecewakan dunia. Anda bisa mencapai sebuah kesepakatan yang baik,” kata Trump dalam surat yang ditujukan untuk Erdogan itu.  

Trump mengatakan pada awal September 2019 lalu, bahwa setelah pasukan Amerika Serikat menarik diri dari wilayah timur laut Suriah, dimana jika perilaku Turki melebihi garis bawah, Trump akan menjatuhkan sanksi pada Turki, yang dapat secara serius menghancurkan ekonomi Turki. 

Trump pernah menjatuhkan sanksi kepada Turki dalam kasus Pastor Branson di Turki.

Trump mengatakan, kesepakatan itu akan menyelamatkan jutaan nyawa. Komandan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Mazlum Abdi mengatakan mereka siap mematuhi gencatan senjata di wilayah dari Ras al-Ain hingga Tal Abyad, Suriah. Namun tidak pada wilayah lain di sepanjang perbatasan yang diinginkan Turki sebagai zona aman. 

Dalam surat tersebut, Trump juga mengajak Erdogan untuk bersama-sama mencari solusi atas masalah yang dihadapi Turki.

 “Sejarah akan memandang Anda dengan baik jika Anda melakukan ini dengan cara yang benar dan manusiawi. Sebaliknya, mereka akan memandangmu sebagai iblis jika hal-hal baik tidak terjadi. Jangan berlagak tangguh. Jangan bodoh. Aku akan meneleponmu nanti!” tulis Trump.

Surat Trump tidak mencegah serangan Erdogan yang telah lama direncanakan terhadap Kurdi wilayah Suriah. Serangan itu menewaskan 11 orang dan puluhan ribu orang mengungsi. Trump juga telah menjatuhkan sanksi dan pembatasan visa pada Turki. Kurdi yang diserang kemudian berpaling ke pasukan pemerintah Suriah.

Meskipun ketidakstabilan di wilayah itu meningkat, Trump tidak menyesali keputusannya menarik 50 tentara Amerika terakhir dari wilayah tersebut dan menyebut langkah itu brilian. 

Trump mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak tertarik untuk melibatkan kekuatan militernya ke dalam konflik di wilayah itu. Salah satu pihak dalam konflik adalah Turki, anggota NATO, dan pihak lainnya adalah Presiden Suriah Bashar al-Assad. Assad bukan teman Amerika Serikat. 

“Mereka punya Suriah dan Turki, mereka akan mencapai hasilnya dalam pertikaian itu, atau mereka akan berperang, tetapi orang-orang kita tidak boleh terbunuh karena ini,” kata Trump kepada wartawan ditemani Presiden Italia Sergio Mattarella yang berkunjung ke Amerika Serikat  pada 16 Oktober 2019.

Menurut Trump, Suriah sekarang melindungi orang Kurdi, sangat bagus.

“Jika Anda memahami sejarah, Anda akan tahu orang Kurdi bukanlah malaikat. Saya berkata begitu penuh dengan rasa hormat, mereka bukan malaikat. Lihatlah  Partai Pekerja Kurdistan yakni organisasi militan Kurdistan yang didirikan pada tahun 1970-an. ISIS sangat menghormati mereka, Anda tahu mengapa? Karena mereka seperti ISIS, bahkan lebih sulit dihadapi daripada ISIS. Jadi Amerika Serikat tidak khawatir dengan eskalasi konflik di wilayah tersebut,” jelas Trump. 

Menurut Turki, Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) di Suriah utara terkait dengan Partai Pekerja Kurdistan di Turki. Partai Pekerja Kurdistan tersebut pernah melancarkan pemberontakan puluhan tahun di Turki, karena itu dimasukkan oleh Turki sebagai organisasi terorisme. 

Pejabat di Turki mengatakan bahwa serangan terhadap organisasi teroris itu adalah untuk membangun zona aman seluas 20 kilometer di perbatasan Turki-Suriah untuk memudahkan orang-orang Suriah di Turki menyelamatkan diri pulang ke rumah selama perang saudara Suriah.

Ketika Turki menyerang Suriah, beberapa tawanan perang ISIS melarikan diri dari wilayah yang dikuasai Kurdi. Trump mengatakan kepada awak media, bahwa pasukan Kurdi mungkin sengaja membebaskan tahanan perang ISIS sebagai pernyataan ketidakpuasan mereka terhadap Amerika Serikat. Namun Trump tidak khawatir. 

“Ada yang membiarkan mereka pergi, tawanan ISIS yang kita tangkap. Sangat mungkin pasukan Kurdi telah melepaskan orang-orang itu untuk memperluas pengaruh politik mereka, tapi mudah sekali untuk menangkap mereka kembali,” Cetus Trump.

Trump tidak khawatir dengan ISIS karena banyak penduduk di wilayah setempat tidak suka dengan sepak terjang ISIS, termasuk orang Iran dan Rusia.

Pada 14 Oktober 2019, sekitar 1.000 tentara Amerika Serikat yang ditarik dari Suriah akan menetap di Timur Tengah untuk mencegah kebangkitan ISIS. Hanya segelintir tentara Amerika Serikat yang ditempatkan di Suriah selatan. Sementara masih ada sekitar 5.200 tentara Amerika Serikat yang ditempatkan di Irak. (jon)