Bahayanya Gas Air Mata Bagi Kesehatan, Reporter Garis Depan Menderita Penyakit yang Fatal, Polisi Hong Kong Juga Terkena Dampaknya

Liang Yi

Ribuan bom gas air mata telah ditembakkan polisi Hong Kong selama aksi unjuk rasa terkait undang-undang ekstradisi yang kontroversial, menyebabkan dampak serius bagi para demonstran, warga dan jurnalis di Hong Kong, bahkan polisi Hong Kong juga terkena dampaknya.

Seorang reporter dari “The Stand News” baru-baru ini mengatakan bahwa ia didiagnosis menderita chloracne – semacam penyakit kulit berupa gatal-gatal memerah. Sementara itu, banyak polisi Hong Kong yang juga terkena dampaknya.

Chen Yu-kuang, seorang jurnalis “the stand news” yang kerap melakukan wawancara di lapangan, memosting sebuah artikel di Facebook, mengatakan ia didiagnosis menderita chloracne setelah memeriksakan diri ke dokter.

Chloracne merupakan penyakit yang ditimbulkan karena tereksposnya seseorang oleh dioksin. Dia mengambil sebuah contoh kasus. Misalnya pada tahun 2004, setelah calon presiden Ukraina Viktor Andriyovych Yushchenko dikonfirmasi keracunan, dari tubuhnya ditemukan kadar dioxin dalam darah pemimpin kelompok oposisi itu 1000 kali lebih banyak dari kadar yang normal. Ini merupakan kasus keracunan akut pertama akibat menyerap sejumlah besar dioksin.

Gas air mata mengandung chlorobenzylidene melono-nitrile (CS). Bentuknya serupa serbuk yang dimasukkan ke dalam aerosol lalu disemprotkan. “Sehingga terjadi bentukan seperti asap dengan kandungan partikel CS

Bagian tubuh lain yang terdampak adalah selaput bening atau membran mukosa, termasuk rongga pernapasan pada hidung dan paru. Beberapa dampak yang terjadi akibat paparan gas air mata di antaranya peradangan dan sesak napas. Sederet dampak ini tak akan berlangsung dalam waktu lama.

Gas air mata akan menimbulkan rasa tidak nyaman seperti sensasi terbakar, perih, berair, bengkak, hingga kesulitan membuka mata. Penyakit kulit berupa gatal-gatal memerah.

Dalam sebuah wawancara dengan media, Chen Yukuang mengatakan bahwa dalam dua bulan terakhir, setidaknya seminggu sekali, ia melakukan wawancara langsung demonstrasi di lapangan, dan kerap menghirup gas air mata. 

Pada Oktober 2019, mulai muncul bintik-bintik di area kulitnya. Dari hasil diagnosa kedokteran Tiongkok, ia didiagnosis menderita penyakit seperti tersebut di atas.

Mereka yang terkena dampak dari sejumlah besar bom gas air mata yang ditembakkan polisi selama aksi unjuk rasa juga dialami polisi Hong Kong sendiri. Baru-baru ini, beredar kabar bahwa banyak polisi Hong Kong juga menderita penyakit kulit chloracne.

Seorang istri polisi mengatakan, suaminya juga menderita penyakit kulit chloracne, yang merupakan akumulasi dari zat-zat beracun dalam tubuh akibat paparan gas air mata.

Gas air mata kerap digunakan untuk membubarkan kerumunan massa oleh petugas keamanan. Peluru gas air mata termasuk dalam senjata kimia yang menyebabkan mata pedih dan menyesakkan pernapasan.

Gas yang dikeluarkan peluru ini juga kerap membuat iritasi kulit, pendarahan, dan yang paling parah menyebabkan kebutaan. Iritasi kulit yang disebabkan oleh bahan kimia gas ini dirasakan seperti rasa pedih di mata, kulit, mulut, paru-paru, dan organ lain yang terkena asap tersebut.

Menurut dokter, paparan jangka pendek manusia terhadap tingkat dioksin yang tinggi bisa menyebabkan lesi pada kulit seperti chloracne, penggelapan kulit, dan perubahan fungsi hati. Jangka panjang bisa menurunkan sistem kekebalan tubuh, saraf, endokrin, dan reproduksi.

Meskipun pasukan polisi dilengkapi dengan masker gas, namun, terkadang ada yang tidak mengenakan alat pelindung, karena cukup merepotkan saat dipakai, jadi mereka tidak mengenakan pelindung sebelum menembakkan gas air mata. Selain itu seragam atau pakaian yang dikenakan juga akan terpapar bahan kimia dari gas air mata.

Istri polisi itu mengatakan bahwa suaminya telah diizinkan untuk cuti, tetapi atasan melarangnya menyebarkan berita itu, karena khawatir akan membuat takut petugas polisi lainnya di garis depan. 

Setelah reporter “the stand news” Chen Yukuang didiagnosis menderita penyakit kulit chloracne yang disebabkan oleh dioksin, sejumlah ahli bersama-sama mengeluarkan pernyataan bersama di media online “the stand news”, menyerukan agar menaruh perhatian pada bahaya keracunan dari paparan gas air mata.

Artikel itu menyebutkan, chloracne adalah penyakit yang cukup fatal. Dioksin mempunyai struktur kimia yang sangat stabil dan bersifat lipofilik, yaitu tidak mudah larut dalam air tetapi mudah larut di dalam lemak. Toksisitasnya baru akan berkurang hingga 20 tahun kemudian. Dengan kata lain, tidak bisa disembuhkan jika masuk ke dalam tubuh Anda, sementara dokter hanya akan menggunakan obat untuk meredakan gejalanya.

Tetapi hal yang paling menakutkan adalah, chloracne cenderung hanya berupa gejala awal keracunan Polycyclic aromatik Hidrokarbon (PAH) atau Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs).

Terhirup dioxin di atas ambang batas juga dapat menyebabkan kanker dan menimbulkan risiko kesehatan lainnya, seperti keracunan, merusak sistem kekebalan tubuh, mempengaruhi keseimbangan endokrin, dan risiko keguguran atau cacat janin jika terhirup wanita hamil, dan bahkan menularkan dioksin ke generasi berikutnya melalui infeksi ibu-bayi.

Pernyataan terbuka itu menduga bahwa gejala di atas terkait dengan bom gas air mata selama lima bulan terakhir. Dalam lima bulan terakhir, kepolisian Hong Kong telah menembakkan 1.567 bom gas air mata ke berbagai wilayah di Hong Kong pada 12 November 2019, dan secara toral telah bertambah menjadi 7.500 bom gas air mata. 

Suhu gas air mata mencapai lebih dari 400 derajat Celcius setelah ditembakkan. Pada suhu setinggi itu, CS komponen utama bom gas air mata akan melepaskan dioksin, yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui kontak kulit, makanan, air dan udara.

Bagi jurnalis yang selalu berada di garis depan, kontak kulit adalah saluran yang utama. Meski menggunakan alat pelindung seperti masker atau respirator/masker, tubuh tidak dapat menghindari terpapar dioksin.

Menanggapi kekhawatiran penyakit kulit chloracne yang dialami wartawan “the stand news”, kepala polisi senior dari departemen operasional Hong Kong, Wang Weixun membantah hal itu terkait dengan bom gas air mata pada konferensi pers 14 November 2019. 

“Belum dapat dipastikan apakah asap dari gas air mata akan melepaskan dioxin, dan saya tidak mengerti mengapa individu yang sakit itu dikaitkan dengan gas air mata,” katanya.

Namun, Huang Yue-ru, seorang dokter gawat darurat di Rumah Sakit Queen Elizabeth Hong Kong, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Radio Free Asia, bahwa gas air mata umumnya mengandung komponen berbahaya seperti dioksin dan bahan kimia lain. 

Apalagi semakin banyak laporan dan bukti menyebutkan bahwa suhu dari gas air mata baru di daratan Tiongkok dapat mencapai 500 hingga 600 derajat, dan semakin banyak zat berbahaya akan dilepaskan di bawah kondisi suhu tinggi, sehingga kemungkinan lebih banyak mengandung sianida dan dioksin. Dioksin erat kaitannya dengan chloracne, dan pada dasarnya tidak ada seorang pun di Hong Kong yang pernah menemui hal ini.

Beberapa netizen mengatakan: “Pemerintah mengabaikan kesehatan polisi, mengirim personelnya ke garis depan menghirup gas air mata, menyebabkan penyakit seumur hidup… dukung aksi mogok polisi Hong Kong. (jon)

Minggu 10 November 2019, polisi Hong Kong menembakkan gas air mata ke para wartawan dan warga di Tsuen Wan, Wilayah Baru Hiong Kong. (Jurnalis Yu Tianyou / the Epoch Times)