Dapatkah Orang yang Dilahirkan pada Tahun Bulan Hari dan Waktu yang Sama Bernasib Sama?

Tai Yuan

Sejak kala itu penulis mengamalkan tugas membantu meramalkan nasib di Daratan Tiongkok, telah berkenalan dengan banyak mahasiswa dan dosen muda, masalah yang paling menggelitik mereka adalah: Orang yang dilahirkan pada tahun, bulan, hari dan waktu yang sama apakah dapat memiliki nasib yang sama?

Maksud dari pertanyaan ini ialah, jikalau tidak sama, maka berarti peramalan nasib itu tidak ada. Di kemudian hari, penulis membantu meramalkan nasib di negara-negara lain, juga sering ditanya mengenai hal tersebut.

Sebenarnya di dalam hati masyarakat mempunyai keraguan seperti itu memang dapat dimengerti, karena total bentuk gabungan dari ilmu peramalan nasib yakni: Ba Zi (dibaca: pa ze, harfiah bermakna: delapan karakter, tahun, bulan, hari dan jam kelahiran yang masing-masing diwakili oleh dua karakter sehingga total adalah 8 karakter) hanya terdapat sekitar 510.000-an jenis, sedangkan jumlah umat manusia di dunia ada 7,7 miliar (2019), apakah tujuh miliaran manusia hanya memiliki 510-an ribu jenis nasib? Inilah juga merupakan alasan sebagian orang menentang peramalan nasib.

Di dalam kitab “Liang Xi Man Zhi (梁溪慢志)” yang ditulis oleh Fei Gun pada zaman Dinasti Song dikatakan: ”Andaikan dalam waktu 2 jam dilahirkan satu orang, sehari hanya dilahirkan 12 orang, setahun hanya 4.300an orang, maka dalam waktu 60 tahun hanya dilahirkan 518.408 orang, maka ini berarti juga hanya terdapat 518.408 nasib. Sekarang ini jumlah penduduk satu kabupaten ada beberapa juta orang, maka yang dilahirkan pada tahun, bulan, hari dan waktu yang sama tentunya juga tidak sedikit, mengapa pula terdapat perbedaan status sosial dan kaya miskin?”

Kesimpulan ini dilihat secara permukaan seolah sangat masuk akal, namun jika dipelajari lebih mendalam, sebenarnya merupakan semacam pandangan kaku yang sangat sederhana. Jangan dibahas dulu rumitnya kehidupan umat manusia, kita lihat dulu segala sesuatu di dalam alam semesta ini, semua memilik jiwa, juga memiliki hukum keteraturan kehidupan internalnya. Baik itu pohon pir, jeruk limau, gandum, beras, bunga melati dan lain-lain, mereka semua memiliki potensi internal sesuai hukum perkembangan sendiri-sendiri yang berbeda.

Sebagai contoh, pohon pir yang mulai bersemi dan berbunga pada musim semi, rimbun pada musim panas, berbuah pada musim gugur, layu dan rontok pada musim dingin, sampai pada musim semi tahun ke dua mulai bersemi lagi, hukum perubahan semacam ini ditentukan oleh takdir dari internal benihnya sendiri. Jika dianalogikan dengan kehidupan manusia, tipe orang tertentu, sejak masa remaja sudah lancar, makmur pada masa dewasa, dan melemah pada hari tua, ini ditentukan oleh ciri khas nasib orang dari tipe tersebut.

Namun sama-sama adalah pohon pir, waktu bersemi dan berbunga pada musim semi belum tentu sama, ada pohon pir yang mungkin sewaktu bersemi dan berbunga agak lebih awal, ada juga yang agak lambat, hal mana ada hubungannya dan pengaruh dari: Kondisi iklim, geografis dan social (intervensi manusia).

Misalnya, iklim pada suatu tahun tertentu, kehangatan musim semi agak awal datangnya, maka pohon-pohon pada tahun tersebut akan bersemi dan berbunga agak lebih awal, hal mana karena dipengaruhi oleh kondisi iklim.

Semisal lagi, pohon pir di halaman belakang suatu keluarga tertentu, ditanam pada posisi yang menghadap matahari, sejak pagi sampai petang matahari selalu dapat menyinarinya, ia pun telah memperoleh kondisi geografis menguntungkan, akan dapat bersemi dan berbunga lebih awal; sebaliknya, pohon pir di rumah keluarga lainnya ditanam di sudut halaman yang gelap, sejak pagi hingga petang sedikit sekali memperoleh penyinaran matahari, maka pohon pir keluarga ini akan bersemi dan berbunga pada waktu yang agak lambat, ini berkat pengaruh kondisi geografis (yang kurang menguntungkan).

Ada pula dalam kasus lain, ada orang yang merawat dengan cermat pohon pir di halaman belakang, memangkas dahan-dahan dan menggunakan rabuk yang memang diperlukan, dengan sendirinya pohon pir itu akan tumbuh dengan sangat baik, sehat dan kuat; sedangkan ada orang yang tidak merawat sama sekali pohon pir di halaman belakang, membiarkannya hidup atau mati dengan sendirinya, tentu saja tumbuhnya kurang memuaskan.

Dari sini terlihat, kehidupan yang sama-sama tergolong pohon pir, di bawah pengaruh kondisi yang berbeda dari iklim, geografis dan sosial (factor intervensi manusia), maka pertumbuhan pasca kelahirannya akan menunjukkan perbedaan yang beragam pula.

Namun kita tidak dapat karena adanya perbedaan semacam ini lalu menyangkal keberadaan keteraturan internal pertumbuhan dari pohon pir. Tidak dapat karena pohon pir di rumah keluarga Chen berbunga pada 25 Maret, sedangkan pohon pir di rumah keluarga Wang justru baru berbunga pada 1 April, karena waktu berbunga di antara mereka yang berbeda, lantas menyangkal eksistensi keteraturan semacam ini bahwa pohon pir bersemi pada musim semi, berbunga, dan berbuah pada musim gugur.

Dianalogikan dengan kehidupan manusia, meskipun manusia hanya memiliki format 518.408 macam, namun sejalan dengan perbedaan kondisi iklim-geografis-sosial, maka muncullah perbedaan dalam pengalaman hidup dari miliaran manusia.

Sekalipun pengalaman hidup miliaran orang tidak sama, namun perkembangan kehidupan internal tetaplah mengikuti suatu keteraturan yang bisa dilacak. Jika perkembangan kehidupan setiap individu dilukiskan dalam sebuah grafis kehidupan, maka orang dengan tipe yang sama dengan kelahiran tahun, bulan, hari dan waktu yang sama, sekalipun terdapat perbedaan pada detail eksternalnya, namun grafis perkembangan  kehidupannya dipastikan memiliki kemiripan.

Kalau ada dua orang yang dilahirkan pada tahun, bulan, hari dan waktu yang sama, yang diperlihatkan dalam kehidupan salah seorangnya adalah, pada waktu muda tidak beruntung, ketika mencapai usia empat lima puluh tahun keadaannya membaik, pada usia tua dapat menikmati dengan tenang, cukup materi dan kemuliaan, sedangkan orang yang lainnya, juga akan dapat menempuh perjalanan hidup yang sederajat.

Misalnya orang yang terdahulu waktu masih muda nasibnya tidak beruntung, karena keluarganya miskin, sejak kecil harus bekerja keras, sampai pada usia pertengahan mendapatkan kesempatan mendirikan usaha, sampai pada usia tua menikmati dengan tenang usaha yang sudah jadi; sedangkan yang seorang, waktu masih muda tidak beruntung, ini diwujudkan pada tubuh yang lemah sering sakit, berbagai usaha tidak berhasil, sampai pada usia pertengahan tubuhnya menjadi sehat, segala bidang memenuhi harapan, pada usia tua malah semakin sehat, seolah-olah menjadi semakin muda.

Maka dengan membentangkan pengalaman konkrit mereka berdua, mengamati bentangan kurva pengalaman sepanjang hidup mereka secara abstrak, membandingkan pengalaman sepanjang hidup mereka sendiri, akan menjadi sangat mirip, inilah sasaran yang ingin dicapai dalam meramal nasib. Dengan menggunakan metode peramalan nasib, tidaklah mungkin mencapai ketepatan 100%, biasanya sudah dianggap sempurna jika dapat mencapai ketepatan 70%.

Justru karena terdapat pengaruh berbagai unsur luar yang diuraikan di atas seperti kondisi iklim/alam, geografis dan intervensi manusia, tidaklah mungkin dapat diramalkan sampai terperinci, kecuali menggunakan metode paranormal Su Ming Tong (kemampuan menerawang ke masa lalu dan ke masa depan) baru dapat dengan tepat 100% terbaca sampai rinciannya.

Untuk menjelaskan nasib yang sejenis bagaimana dipengaruhi oleh kondisi: iklim/alam – geografi – dukungan manusia, pasca kelahiran, pernah diberikan contoh seorang yang memiliki nasib menjadi kaya, orang tersebut dilahirkan bernasib menjadi kaya, bahkan dari tahun, tanggal dan jam kelahirannya sangat sesuai, itu sebabnya begitu dilahirkan sudah mempunyai bakat menjadi kaya.

Menurut yang dikatakannya sendiri, ketika dia berusia 6 ~ 7 tahun, pada waktu anak lain masih suka bermain kelereng, ia sudah mengerti bagaimana menyewakan buku-buku komik yang ia simpan di dekat sekolah atau tempat yang banyak orang untuk dibaca oleh anak-anak lain yang suka membaca, dengan cara ini dia memperoleh uang saku.

Dapat terlihat bahwa potensi nasib menjadi kaya: Sangat peka terhadap keuangan, mempunyai naluri bawaan dalam hal mencari keuntungan finansial, hal mana sudah nampak sejak kecil. Namun potensi ini jika tidak diizinkan dalam lingkungan pasca kelahiran, untuk dikembangkan sepenuhnya, ia juga tidak mungkin menjadi orang kaya-raya saat ini. Sama seperti halnya sebutir biji bunga matahari, jikalau ditanam di tempat yang tidak terpapar sinar matahari, maka ia tidak akan dapat menyalurkan potensi khasnya untuk “menghadap ke arah matahari”.

Suatu contoh lagi, mungkinkah di Tiongkok sebelum adanya kebijakan ekonomi terbuka pada 1978 tidak terdapat orang yang bernasib kaya raya? Pastilah tidak demikian. Lalu mengapa sebelum 1978, di Tiongkok belum pernah muncul wiraswastawan miliuner?

Hal itu adalah dikarenakan iklim dan lingkungan Tiongkok tatkala itu (yakni kondisi iklim/alam, geografis dan intervensi manusia), belum pernah memberikan kesempatan bagi orang-orang yang memenuhi syarat menjadi milyuner menyalurkan potensi mereka.

Dapat dikatakan demikian, andai pasca 1978 tidak ada kebijakan ekonomi terbuka yang membolehkan pengembangan kewirausahaan, maka multimiliuner yang disebutkan di depan tidak akan ada.

Pada masa ia bernasib baik, paling banter hanya terwujud pada kondisi ekonominya membaik, atau naik pangkat, mendapat kenaikan gaji, atau bonus yang diperoleh dari perusahaan meningkat, hal-hal lainnya juga lancar dan lain lain, pastilah tidak akan dihasilkan seorang miliuner.

Dari sini dapat terlihat, butiran biji yang sama, berkat pengaruh kondisi iklim/alam – geografis – intervensi manusia yang berbeda ketika menjalani kehidupannya, maka akan dapat terjadi akhir yang berbeda pula. (PUR/WHS)

FOTO : Pola keteraturan dari nasib dihela oleh pengaruh kondisi: alam – geografis – intervensi manusia. (pixabay)