Amnesty International Mengecam Perlakuan Rezim Tiongkok atas Staf Konsulat Inggris di Hong Kong

Frank Fang – The Epochtimes

Laporan oleh warga Hong Kong bernama Simon Cheng yang menjadi sasaran penyiksaan saat berada dalam tahanan Tiongkok merinci taktik umum oleh Komunis. Amnesty International, yang mengutuk tindakan intimidasi rezim Tiongkok.

“Pelecehan mengerikan yang dijelaskan Simon Cheng dalam kesaksiannya, seperti dibelenggu dan ditempatkan dalam posisi stres, sejalan dengan penyiksaan endemik dan perlakuan buruk lainnya dalam penahanan yang telah berulang kali kami dokumentasikan di Tiongkok Daratan,” Patrick Poon, seorang peneliti Tiongkok untuk Amnesty International  dalam siaran pers tanggal 20 November 2019.

“Ini tampaknya merupakan upaya tanpa perasaan oleh pejabat negara Tiongkok untuk mengintimidasi siapa pun yang dianggap terkait dengan unjuk rasa Hong Kong, dan dengan dingin menggambarkan bahaya yang melekat dari RUU ekstradisi yang diusulkan yang memicu kerusuhan di tempat pertama,” jelas Patrick Poon.

Patrick Poon meminta otoritas Komunis Tiongkok untuk menyelidiki dan meminta pertanggungjawaban polisi atas penyiksaan dan perlakuan buruk lainnya terhadap Simon Cheng.

Simon Cheng, 28 tahun, seorang staf kantor konsulat Inggris di Hong Kong, hilang pada awal bulan Agustus setelah bepergian ke Shenzhen, sebuah kota di Tiongkok Daratan yang berbatasan dengan Hong Kong, untuk menghadiri acara bisnis.

Pada tanggal 21 Agustus, Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengkonfirmasi bahwa ia berada dalam penahanan administratif selama 15 hari di Shenzhen, Tiongkok. Dikarenakan dicurigai melanggar Hukum Hukuman Administrasi Keamanan Masyarakat Tiongkok, yang memberikan hukuman bagi mereka yang “mengganggu ketertiban umum” atau “membahayakan keselamatan publik.””

Simon Cheng dibebaskan pada tanggal 24 Agustus.

Simon Cheng merinci bagaimana ia dilecehkan secara fisik saat dalam tahanan Tiongkok, dalam sebuah posting Facebook baru-baru ini.

“Saya digantung (diborgol dan dibelenggu) pada X-Cross yang curam melakukan pose elang selama berjam-jam,” tulis Simon Cheng.

“Kadang, mereka memerintahkan saya untuk melakukan ‘tes stres,’ yang mencakup latihan kekuatan ekstrem seperti ‘jongkok’ dan ‘pose kursi’ selama berjam-jam. Mereka memukuli saya setiap kali saya gagal melakukannya menggunakan sesuatu seperti tongkat yang diasah.”

“Saya dicurigai sebagai dalang dan wakil Inggris untuk menghasut dan mengatur unjuk rasa di Hong Kong,” tulisnya. 

Media pemerintahan Komunis Tiongkok dan pejabat Beijing secara konsisten mendorong narasi bahwa unjuk rasa pro-demokrasi saat ini di Hong Kong dipicu oleh negara-negara asing.

Simon Cheng menulis bahwa ia difilmkan sambil membaca pengakuan tertulis yang dipaksakan. Ia ditekan untuk mengatakan bahwa ia “mengkhianati ibu pertiwi” dan “meminta imbalan pelacuran,” tuduhan yang diajukan otoritas Tiongkok kepadanya.

Pada tanggal 21 November, media pemerintah Tiongkok menerbitkan pengakuan video Simon Cheng.

Pihak berwenang mengancam Simon Cheng bahwa ia akan kembali dibawa ke Tiongkok jika ia berbicara secara terbuka mengenai pengalamannya dalam penahanan, menurut postingannya.

Simon Cheng menulis bahwa seorang perwira polisi rahasia memberitahunya bahwa “kumpulan demi kumpulan pengunjuk rasa Hong Kong telah ditangkap, dikirim, dan ditahan di Tiongkok Daratan,” meskipun klaim itu tidak dapat dibuktikan. 

Simon Cheng juga mengatakan ia melihat 10 “tersangka kriminal” muda diinterogasi di pusat penahanan, yang ia curigai sebagai pengunjuk rasa Hong Kong.

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab memanggil duta besar Tiongkok dan menyatakan “kemarahan atas perlakuan brutal dan memalukan terhadap Simon Cheng yang melanggar kewajiban internasional Tiongkok,” menurut siaran pers pemerintah tanggal 20 November.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Geng Shuang, pada konferensi pers harian pada tanggal 20 November, mengklaim bahwa polisi “menjamin semua haknya yang sah” saat Simon Cheng ditahan.

Unjuk rasa yang sedang berlangsung di Hong Kong dinyalakan oleh oposisi terhadap undang-undang ekstradisi yang kini sudah ditarik. Jika disahkan akan memungkinkan rezim Tiongkok untuk memindahkan orang-orang dari Hong Kong untuk menghadapi persidangan di pengadilan Tiongkok, yang terkenal karena tidak adanya aturan hukum.

Para pengunjuk rasa memperluas tuntutannya untuk menyerukan pemerintah Hong Kong untuk memenuhi hak pilih universal. Mereka juga menuntut dilakukannya penyelidikan independen terhadap penggunaan kekuatan oleh polisi terhadap pengunjuk rasa.

Patrick Nip, Menteri Urusan Konstitusional dan Tiongkok Daratan di Hong Kong, mengatakan warga Hong Kong dapat menghubungi pemerintah Hong Kong untuk mendapatkan bantuan jika mereka menghadapi masalah di Tiongkok, dalam menanggapi pertanyaan media mengenai laporan penyiksaan terhadap Simon Cheng pada tanggal 20 November, menurut media Hong Kong. 

Jim Banks dari Partai Republik Amerika Serikat dalam cuitan tanggal 20 November mengenai penyiksaan terhadap Simon Cheng, menulis: “Kamp konsentrasi, tidak ada pers bebas, penyiksaan terhadap warga yang bukan berasal dari Tiongkok, sistem ‘kredit sosial’, sistem pengawasan 24/7. ”

Jim Banks menambahkan: “Unjuk rasa HongKong memberi Amerika Serikat, dan dunia bebas, sekilas pandang seperti apa kehidupan di bawah jempol Partai Komunis Tiongkok.” (Vivi/asr)

FOTO : Diplomat Inggris di Hong Kong, yang ditahan oleh Komunis Tiongkok secara administratif, bernama Zheng dan nama Inggrisnya adalah Simon Cheng. (Foto Simon Cheng Facebook)