Cerita Tentang Godaan Nafsu Birahi : Menista Dewi Menuai Karma Aneh (1)

Song Baolan

Di dalam kisah “Feng shen yan yi”, raja Shang Zhou hendak bersembahyang di kuil Istana Dewi Nu Wa (dalam legenda Tiongkok kuno, Nu Wa dikenal sebagai dewi pencipta manusia. Red). Karena tiba-tiba berhembus angin yang sangat kencang, dan menyingkap tirai kuil Istana. Sehingga patung Dewi Nu Wa terlihat dengan jelas.

Raja Zhou melihat wajah patung yang anggun, molek dan sedemikian hidup. Saat itu jiwanya seperti terbang di awang-awang, dan bangkitlah nafsu birahinya.

Dia menulis sajak dengan kata-kata tak senonoh kepada dewi sejati itu. Sejak itulah mengakibatkan air di empat penjuru laut menjadi gersang, tanah di dataran maupun pegunungan nan permai telah hancur di tangan raja Zhou.

Di dalam banyak catatan kitab kuno, ada banyak sekali contoh-contoh orang yang menerima pembalasan karma karena menuruti nafsu birahi dan berkelakuan tidak pada tempatnya. Tentu juga terdapat banyak orang yang menolak godaan paras ayu sehingga menerima balasan bernasib baik.

Sejarah menginterpretasikan kebudayaan, dan meninggalkan pelajaran dua sisi yang berlawanan.

Konsekuensi Mengerikan bagi penista dewi dengan Puisi Penuh Nafsu Birahi

 “Zui cha zhi guai” karya tulis dari Li Qingchen sastrawan pada masa akhir dinasti Qing, di dalamnya mencantumkan sebuah kasus penistaan Dewata dengan puisi sehingga tertindih kura-kura batu.

Di daerah Qing du (sekarang Baoding) terdapat sebuah kuil kuno. Karena sudah lama terlantar, kerusakannya tidak diperbaiki, cat berwarnanya sudah pada terkelupas. Ditambah lagi tidak ada yang merawat, sehingga kuil kuno itu terkesan lusuh sekali.

Hanya pada bagian belakang kuil terdapat patung seorang pelayan wanita dalam posisi berdiri, masih dengan warna busana bersih segar dan mencolok, sangat menawan.

Di Qing Du terdapat seorang bernama Yao Sheng yang berperilaku sembrono dan suka tidak senonoh terhadap wanita.

Pada suatu hari ia melihat patung pelayan wanita tersebut di kuil kuno yang secara tiba-tiba menggerakkan hatinya menista patung dewi dengan menuliskan sebuah syair cabul di bagian dada pakaian dewi yang berpose ala pelayan tersebut.

Sesampai di rumah, Yao Sheng terus-menerus memikirkan patung pelayan wanita tersebut, karena nafsu birahinya sangat membara, maka di malam harinya ia berguling-guling cemas di ranjang dan sulit tertidur.

Pada saat itu, tiba-tiba di pekarangan rumah terdengar suara gemerencing gelang dari batu giok dan sabuk giok. Maka, ia mengintip melalui jendela, terlihat seorang wanita cantik, sedang berjalan santai di bawah cahaya rembulan, lantas mengetuk pintu rumah minta diizinkan masuk.

Yao Sheng melihatnya dengan tajam, ternyata adalah pelayan wanita di kuil kuno itu. Ia girang bukan main, segera membuka pintu rumah dan mempersilahkannya masuk, dengan tidak sabar ingin selekasnya bersuka-cita. Wanita itu berkata: ”Kalau sikapmu kasar seperti ini, aku akan segera pergi.”

Yao buru-buru mengendurkan tangannya. Wanita itu duduk di atas pahanya, dengan penuh godaan memandanginya. Yao Sheng yang mabuk dengan gejolak birahi, dibuatnya tidak tahu harus berbuat apa.

Tak lama kemudian, ia merasakan ke dua kakinya bagaikan tertindih benda yang semakin lama semakin terasa berat, sampai pada taraf yang sakitnya tak tertahankan lagi.

Yao Sheng mengamatinya lagi dengan seksama, mana ada pelayan wanita dari kuil kuno, ternyata sosok itu adalah patung batu ukir berbentuk kura-kura yang berasal dari dalam kuil.

Kura-kura batu amat berat itu menindih kedua pahanya yang amat meyakitkan, serasa tulangnya mau patah. Yao Sheng menjadi panik dan  segera berteriak-teriak minta tolong.

Dari sejumlah orang kampung yang berdatangan, beberapa diantaranya yang berperawakan kuat bekerjasama. Barulah berhasil memindahkan kura-kura batu besar tersebut. Namun, kaki Yao Sheng tak tertolong lagi dan sejak itu telah mengalami cacat.

Seperti kata pepatah: ”Munculnya nafsu birahi secara tidak senonoh adalah sebuah kesalahan besar.”

Yao Sheng sangat tersulut nafsu birahinya, bahkan membuatkan syair berbau porno yang menista Dewata. Penistaan ini membuat dirinya menerima pembalasan gaib di saat itu juga.

Di dalam cerita rakyat ini, Yao Sheng berpikiran buruk, melihat patung ukiran pun berani memunculkan pemikiran yang tidak senonoh.

Namun para ksatria sejati dari zaman dahulu, yang mampu menghadapi godaan wanita agresif untuk bermain cinta, hal seperti ini telah meninggalkan kisah yang indah dalam masyarakat. (Pur/Whs)

FOTO : Patung wanita bangsawan dari dinasti Tang. (domain publik)

Bersambung