Ternyata Curah Hujan di Jakarta Tahun Baru 2020 Tertinggi Dibandingkan dengan 1,5 Abad Silam

ETIndonesia – Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan curah hujan yang terjadi di Jakarta pada Tahun Baru 2020 tertinggi dibandingkan 1, 5 abad silam.

Data tersebut berdasarkan informasi curah hujan yang disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

“Curah hujan memicu terjadinya banjir di Jakarta dan sekitarnya. Bahkan curah hujan kali ini merupakan tertinggi dibanding lebih dari 1,5 abad lalu,” ujar Agus dalam keterangan tertulisnya, Jumat (10/1/2020).

Berikut tinggi  curah di Jakarta dalam sejarah :

* 1866: Curah hujan 185,1 mm/hari
* 1918: Curah hujan 125,2 mm/hari
* 1979: Curah hujan 198 mm/hari
* 1996: Curah hujan 216 mm/hari
* 2002: Curah hujan 168 mm/hari
* 2007: Curah hujan 340 mm/hari
* 2008: Curah hujan 250 mm/hari
* 2013: Curah hujan >100 mm/hari
* 2015: Curah hujan 277 mm/hari
* 2016: Curah hujan 100-150 mm/hari
* 2020: Curah hujan 377 mm/hari

Menurut Agus, sejarah Pintu Air Manggarai telah memberi peringatan kepada kita semua, bahwa banjir besar di Jakarta sudah terjadi bahkan sejak tahun 1600-an.Selain itu, Pintu Air Manggarai adalah saksi bisu bencana banjir Jakarta, sejak dahulu kala.

Agus menerangkan, Pintu air ini adalah pemegang kendali luapan air di Ibukota terdiri dari dua bangunan pintu air, yaitu Pintu Air Ciliwung Lama dan Pintu Air Banjir Kanal Barat (BKB).

Pintu ini dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda, dalam hal ini Departement Waterstaat dari tahun 1920 sampai tahun 1922. Pintu air dibangun dua tahun setelah banjir besar yang melanda Batavia tahun 1918.

Alhasil, dalam banjir-banjir besar berikutnya yang antara lain terjadi tahun 1930, 1942, 1976 hingga 1 Januari 2020, perannya tetap vital. Tak pelak, ia telah menjadi situs bersejarah. Selanjutnya dituntut seberapa siapkah warga menghadapi bencana.

Langkah-langkah yang dapat masyarakat lakukan :

1. Rencana Antisipasi Bencana Catat Nomer Telepon Penting dan  bentuk WA grup warga.
2. Siapkan perbekalan untuk 3 hari (Tas Siaga Bencana).
3. Amankan Dokumen Penting dan Barang Berharga.
4. Bentuk Komunitas Tangguh Bencana untuk Kerja Bakti, Tentukan Jalur Evakuasi, Tentukan Tempat Pengungsian, dan Siskamling.
5. Laporkan ke Kelurahan/Kecamatan/BPBD jika ada kerusakan atau tanggul bocor.

Langkah-Langkah yang harus pemerintah daerah dan BPBD lakukan:

1. Rakor antisipasi bencana dan rencana operasi
2. Jika Perlu Tentukan status keadaan darurat
3. Bentuk Satgas Antisipasi Bencana
4. Siapkan posko, pos pengungsian, Logistik dan Peralatan.
5. Lakukan apel Siaga, latihan & simulasi
6. Bentuk call center dan kordinasi dengan instansi terkait.
7. Lakukan pemantauan bencana 24/7 serta penguatan peringatan dini.
8. Sosialisasikan antisipasi bencana ke masyarakat
9. Selalu waspada, Siap untuk Selamat.

“Bencana adalah urusan bersama dan merupakan peristiwa yang berulang. Potensi Bencana besar pasti akan terjadi namun orang tidak pernah tahu kapan waktu akan terjadinya,” ujarnya. (asr)