Survei : Hanya 23 Persen Warga Daratan Tiongkok Mencuci Tangan Setelah Menggunakan Toilet

Chris Street

Saat Novel Coronavirus terus menginfeksi lebih banyak orang di Tiongkok dan menyebar ke negara lain, para ahli mengatakan kebersihan tangan adalah metode yang efektif dalam mencegah penyebaran penyakit menular. 

Namun demikian, sebuah penelitian Gallup/Worldwide Independent Network menemukan bahwa hanya 23 persen orang di daratan Tiongkok mencuci tangannya dengan sabun setelah menggunakan toilet. 

Rendahnya angka mencuci tangan di Tiongkok menjadikan Tiongkok adalah paling rentan terhadap wabah penyakit menular, yang dapat menjelaskan mengapa Coronavirus dapat menyebar dengan cepat di Tiongkok.

Worldwide Independent Network dan Gallup, bersama dengan 75 dari lembaga penelitian internasional terbesar, mensurvei 63 negara untuk menentukan proporsi orang yang mencuci tangan secara otomatis dengan sabun setelah menggunakan toilet. 

Arab Saudi memiliki angka mencuci tangan tertinggi 97 persen; Amerika Serikat memiliki angka mencuci tangan mendekati 77 persen; dan Tiongkok memiliki angka mencuci tangan terendah 23 persen.

Penelitian ini menemukan bahwa beberapa negara Asia cenderung memiliki persentase rendah untuk mencuci tangan secara otomatis dengan sabun setelah menggunakan toilet, termasuk Korea Selatan dengan angka mencuci tangan 39 persen, dan Jepang dengan angka mencuci tangan 30 persen.

Angka mencuci tangan yang sangat rendah di Tiongkok secara langsung berkaitan dengan fakta bahwa sebagian besar toilet umum di Tiongkok tidak menyediakan sabun. Organisasi penasihat perjalanan juga memperingatkan bahwa toilet umum di Tiongkok sering tidak menyediakan kertas toilet atau, terkadang, tidak ada pintu penutup toilet. Wisatawan asing disarankan untuk selalu membawa kertas pembersih tangan dan kertas toilet.

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat mengatakan “mencuci tangan sebagai satu-satunya cara paling efektif untuk mencegah penularan penyakit.” 

Penelitian Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit  menemukan bahwa “kebersihan tangan adalah satu-satunya cara pencegahan terpenting untuk mengurangi infeksi terkait perawatan kesehatan dan mencegah penyebaran antimikroba yang kebal.”

Organisasi Kesehatan Dunia menetapkan tanggal 5 Mei sebagai Hari Kebersihan Tangan Dunia untuk meningkatkan kepatuhan penyedia layanan kesehatan terhadap saran kebersihan tangan serta mengatasi mitos dan persepsi yang salah mengenai kebersihan tangan. Selain itu, memberdayakan pasien untuk berperan dalam perawatan dirinya dengan meminta atau mengingatkan penyedia layanan kesehatan untuk membersihkan tangannya.

The Henry the Hand Foundation menyoroti bahwa menggosok tangan dengan sabun selama minimal 15-30 detik dan mengeringkan dengan handuk kertas adalah metode yang paling efektif untuk mengurangi jumlah mikroba dan kuman di tangan. 

Meskipun pembersih tangan berbahan dasar alkohol dapat dengan cepat mengurangi jumlah mikroba di tangan dalam beberapa keadaan, membersihkan tangan dengan “pembersih tangan berbahan dasar alkohol  tidak seefektif menggunakan sabun dan air, tentunya dalam menghilangkan dan menonaktifkan kuman penyebab penyakit saluran pencernaan yang berbahaya seperti cryptosporidium, norovirus dan clostridium difficile.”

Organisasi Kesehatan Dunia memperbarui tanggapan “Kesehatan Darurat” miliknya terhadap novel Coronavirus  tahun 2019 pada tanggal 5 Februari dengan menyatakan bahwa wabah itu bukanlah pandemi. 

Tetapi Organisasi Kesehatan Dunia menekankan butuh 675 juta dolar AS untuk mendanai rencana kesiapsiagaan dan respons untuk bulan Februari 2020 hingga April 2020. 

Organisasi Kesehatan Dunia menambahkan bahwa: “Tidak ada terapi efektif yang diketahui terhadap hal ini dan Organisasi Kesehatan Dunia menyarankan pendaftaran ke dalam uji coba terkontrol secara acak untuk menguji kemanjuran dan keamanan.”

Kota Wuhan di Tiongkok adalah pusat penyebaran Coronavirus. Rezim Komunis Tiongkok terus menjadi penyebab penyebaran penyakit menular yang muncul berkaitan dengan ekspor Tiongkok yang meningkatkan ekonomi Tiongkok secara  spektakuler. Risiko global terbaru adalah wabah strain H5N1 virus flu burung yang sangat patogen di Provinsi Hunan.

Menurut Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan Tiongkok, penyakit yang “sangat patogen” tersebut telah membunuh 4.500 ayam di Provinsi Hunan saja dan pemerintah Tiongkok telah memusnahkan hampir 18.000 ayam untuk mencegah penyebarannya.

Flu burung pada umumnya tidak menginfeksi manusia, tetapi Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan bahwa virus influenza terus-menerus mengalami perubahan genetik. Jika virus H5N1 bermutasi menjadi menular di antara manusia, wabah zoonosis sebelumnya memiliki angka kematian sekitar 61 persen pada manusia, yang setara dengan angka kematian wabah Ebola. (vivi/asr)

Artikel Ini Sudah Terbit di The Epochtimes

Video Rekomendasi :