Dokter AS yang Pertama Menganalisa Paru-Paru Pasien Virus Corona Baru : Diagnosis Dapat Ditegakkan Lebih Cepat

Jack Phillips

Dokter-dokter Amerika Serikat pertama yang menganalisis paru-paru pasien Virus Corona COVID-19 mengatakan bahwa pihaknya mampu mengidentifikasi pola di paru-paru sebagai indikator penyakit virus corona yang berkembang seiring waktu.

Para dokter di rumah sakit Mount Sinai New York City menjadi dokter-dokter  pertama di Amerika Serikat yang menggunakan CT scan untuk memeriksa pasien COVID-19 dari Tiongkok, kata mereka dalam pernyataan pada hari Rabu, mempublikasikan temuannya di “Radiologi.” 

Temuan baru tersebut dapat menghasilkan diagnosis yang lebih cepat pada pasien yang datang dengan gejala potensial virus corona baru yang misterius itu.

 Tim dokter itu menerima CT scan 94 pasien dari Tiongkok, tempat virus corona baru diyakini berasal tahun lalu. 

Sebagian besar pasien itu yang dirawat di rumah sakit antara tanggal 18 Januari hingga 2 Februari pernah berada di Wuhan, pusat virus corona baru atau melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi virus corona.

 Para dokter mencatat bahwa 36 pasien yang menjalani pemeriksaan CT scan dari awal hingga dua hari setelah menunjukkan gejala, lebih dari setengah pasien itu tidak terbukti adanya penyakit paru-paru. 

33 Pasien lainnya yang menjalani pemeriksaan CT scan tiga sampai lima hari setelah menunjukkan gejala memiliki pola “ground-glass opacities” yang menjadi lebih bundar dan padat di paru-parunya, kata tim dokter itu. 

25 Pasien lainnya yang menjalani pemeriksaan CT scan antara enam hari hingga 12 hari setelah menunjukkan gejala, “sepenuhnya melibatkan penyakit paru-paru” dicatat oleh para dokter.

 “Pola yang terlihat dalam citra ini mirip dengan pola dalam wabah virus corona baru yang terkait pada awal abad ini, termasuk SARS (sindrom pernapasan akut yang  parah) dan MERS (sindrom pernapasan Timur Tengah),” kata para dokter dalam siaran pers.

Virus corona baru telah membuat ribuan orang jatuh sakit di Tiongkok, mengkarantina berbagai kota di Tiongkok. 

Wabah virus corona baru telah menyebar ke lebih dari 30 negara lain, menyebabkan pihak  berwenang kesehatan berjuang menemukan cara yang akurat untuk menegakkan diagnosis pasien dengan cepat.

 “CT dada adalah komponen vital dalam algoritma diagnostik untuk pasien yang diduga infeksi virus corona, terutama mengingat terbatasnya ketersediaan dan dalam beberapa kasus keandalan kit diagnostik,”Dr. Adam Bernheim, penulis utama, menyatakan.

 Para dokter mencatat bahwa pasien COVID-19 mungkin memiliki gejala tidak spesifik yang terbukti sulit untuk menegakkan diagnosisnya, sambil menambahkan bahwa sinar-X dan CT scan tidak mengungkapkan penyakit paru-paru. 

Jika pemindaian paru pasien dengan gejala virus corona baru tidak dapat disimpulkan, para dokter menganjurkan agar pasien diisolasi secara terpisah selama beberapa hari sampai petugas medis dapat memastikan suatu diagnosis.

 “Mengenali pola pencitraan berdasarkan perjalanan waktu infeksi adalah sangat penting, tidak hanya memahami proses penyakit dan riwayat alami COVID- 19, tetapi juga membantu memprediksi perkembangan pasien dan memprediksi potensi pasien mengembangkan komplikasi,” tambah Adam Bernheim.

Zahi Fayad, Kepala Institut Biomedis dan Pencitraan dan Teknik di Fakultas  Kedokteran Ichan di Mount Sinai, mengatakan temuan baru tersebut akan membantu perawatan pasien COVID-19. (Vv)

FOTO : Seorang pria berusia 65 tahun dengan riwayat perjalanan ke Wuhan, mengalami demam dan batuk. CT scan diperoleh 11 hari sejak timbulnya gejala (kelompok akhir) menunjukkan penyakit paru-paru sedang dengan kekeruhan kaca tanah perifer di paru-paru (panah). (The Mount Sinai Hospital)

Video Rekomendasi :