Remdesivir dan Hidroksiklorokuin yang Sedang Digunakan untuk Mengobati Penyakit COVID-19

Zachary Stieber

Remdesivir, dikenal sebagai obat anti-Ebola, dan hidroksiklorokuin, obat digunakan untuk mengobati malaria, sedang digunakan di Amerika Serikat dan negara-negara lain untuk mengobati pasien COVID-19, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat mengatakan pada akhir minggu.

Klorokuin, obat anti-malaria lain, juga digunakan, meskipun tidak begitu tersedia seperti hidroksiklorokuin.

Administrasi Makanan dan Obat Amerika Serikat belum menyetujui obat apa pun untuk pengobatan COVID-19, tetapi kini hidroksiklorokuin dan klorokuin, diresepkan sebagai penggunaan di luar indikasi, yang berarti bahwa dokter boleh meresepkan obat yang sudah disetujui selain  obat lain yang disetujui.

Dalam pembaruan selama akhir minggu, The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) atau Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat mengatakan bahwa Remdesivir sedang digunakan “karena wabah yang tidak terkendali di banyak negara, termasuk Amerika Serikat.”

Sementara itu, hidroksiklorokuin “telah diberikan kepada pasien COVID-19  yang dirawat di rumah sakit karena wabah yang tidak terkendali di beberapa negara, termasuk di Amerika Serikat,” kata Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat.

Informasi itu diposting pada halaman web Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat, yang dimaksudkan untuk menyoroti terapi bagi dokter yang mencari pilihan terapi untuk pasien yang menderita penyakit baru itu.

Kekurangan Pasokan Akibat Melonjaknya Permintaan

Dokter di seluruh Amerika Serikat mengatakan, mereka telah meresepkan hidroksiklorokuin untuk pasien, baik untuk individu yang sehat yang berusaha untuk mencegah terinfeksi dengan cara mematikan virus jenis virus Komunis Tiongkok atau penderita jenis virus Komunis Tiongkok baru yang ingin diterapi.

Alexander Morden, seorang dokter di New York City, mengatakannya kepada Washington Post, yang ia meresepkan hidroksiklorokuin untuk sekitar 42 orang.  Ia pun juga mengonsumsinya.

Premier Inc., sebuah perusahaan peningkatan layanan kesehatan sekitar 4.000 rumah sakit dan sistem kesehatan di Amerika Serikat, mengatakan bahwa permintaan untuk hidroksiklorokuin  maupun klorokuin telah melonjak antara tanggal 1 Maret hingga 17 Maret.

Permintaan rata-rata per bulan adalah 149 unit klorokuin dan 8.800 unit hidroksiklorokuin. Premier Inc. mengatakan, bahwa dua minggu pertama di bulan Maret, permintaan untuk klorokuin adalah 2.357 unit dan permintaan untuk hidroksiklorokuin adalah 16.110 unit.

Masyarakat Apoteker Sistem Kesehatan Amerika Serikat mengatakan, ada kekurangan pasokan untuk tablet klorokuin fosfat maupun tablet hidroksiklorokuin sulfat.

Erin Fox, direktur layanan informasi obat-obatan di Perawatan Kesehatan Universitas Utah AS, mengatakan kekurangan pasokan hidroksiklorokuin “sedang diperburuk oleh para dokter yang meresepkan hidroksiklorokuin  untuk dirinya sendiri dan anggota keluargnya.”

Para pejabat New York mengatakan, bahwa negara bagian tersebut memperoleh 70.000 dosis hidroksiklorokuin dan 750.000 dosis klorokuin. Selain itu, berencana untuk memulai uji coba obat-obatan tersebut pada hari Selasa.

Sejumlah Obat Sedang Diteliti

Minggu lalu, Administrasi Makanan dan Obat Amerika Serikat mengatakan bahwa Remdesivir yang telah diberikan kepada sekitar 250 pasien, melalui program akses yang diperluas untuk memungkinkan penggunaan Remdesivir secara darurat.

Tatalaksana terapi saat ini mencakup infeksi, pemerintah Amerika Serikat langkah-langkah yang bertujuan mengurangi kontak, dan perawatan yang mendukung bagi orang-orang yang terinfeksi, termasuk oksigen tambahan dan ventilasi mekanis.

“Sejumlah obat disetujui untuk indikasi lain dan juga beberapa obat sedang diteliti dalam beberapa ratus uji klinis sedang berlangsung di seluruh dunia,” demikian tulisan halaman web Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat menyatakan.

“Tujuan dari dokumen ini adalah untuk memberikan informasi mengenai dua obat yang disetujui (klorokuin dan hidroksiklorokuin) dan salah satunya obat yang diteliti (Remdesivir) saat ini digunakan di Amerika Serikat.”

Presiden Donald Trump memperjuangkan hidroksiklorokuin, klorokuin, dan Remdesivir, pada konferensi pers minggu lalu, mendorong Komisaris Administrasi Makanan dan Obat Amerika Serikat Stephen Hahn untuk mengklarifikasi obat anti-malaria belum disetujui, sebagai terapi pasien COVID-19. Tetapi sedang dipelajari dalam beberapa percobaan. Dua perusahaan mengatakan, minggu lalu bahwa pihaknya sedang meningkatkan produksi hidroksiklorokuin untuk melawan virus Komunis Tiongkok.

 The Epoch Times merujuk jenis Coronavirus baru sebagai virus Komunis Tiongkok, karena rezim Komunis Tiongkok telah menutup-nutupi wabah tersebut. Selain itu, salah menangani virus Komunis Tiongkok. Sehingga memungkinkan virus Komunis Tiongkok menyebar ke seluruh Tiongkok dan mengakibatkan pandemi global.

Dr. Anthony Fauci, direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional, mengatakan pada hari Jumat bahwa para ahli belum memiliki bukti itu klorokuin atau terapi terkait secara efektif dapat mengobati penyakit baru tersebut.

“Apa yang perlu kita lakukan, karena ada saran secara anekdot agar berhasil, usahakan agar obat tersebut  tersedia, tetapi untuk melakukannya dalam konteks protokol di mana kita mencapai dua hal. Kita membuat sesuatu yang mungkin menjadi harapan dan menjanjikan bagi seseorang. Pada saat yang sama, kita menentukan apakah obat tersebut aman atau tidak, berhasil atau tidak dalam mengobati penyakit tersebut,” kata Dr. Anthony Fauci.

Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan kepada wartawan pada hari Minggu, bahwa para para pejabat adalah “optimis” mengenai kemungkinan terapi, yang mencakup Zithromax, antibiotik yang diperoleh dan akan dipelajari oleh negara bagian New York. (Vivi)

FOTO : Staf medis menunjukkan paket Nivaquine, tablet yang mengandung kloroquine dan Plaqueril, tablet yang mengandung hydroxychloroquine di IHU Mediterranee Infection Institute di Marseille pada 26 Februari 2020. Obat-obatan telah menunjukkan tanda-tanda efektivitas terhadap virus komunis Tiongkok. (Gerard Julien / AFP via Getty Images)