Suhu dan Kelembaban Tinggi Tidak Menghambat Penyebaran Corona Virus Wuhan

NTD, oleh Xiao Jing

Penelitian terbaru yang diterbitkan  Journal of American Medical Association (JAMA) Network Open  menunjukkan bahwa virus komunis Tiongkok masih dapat menyebar secara efektif dalam kondisi suhu tinggi dan kelembaban tinggi.  Dengan kata lain, jika kita menaruh harapan pada cuaca panas akan membuat penyebaran virus komunis Tiongkok menurun seperti halnya pada virus SARS, maka  harapan  itu tidak akan menjadi kenyataan.

Intensitas penyebaran virus SARS yang terjadi antara tahun 2002 dan 2003 secara bertahap menurun seiring dengan munculnya suhu tinggi di musim panas, yang menunjukkan bahwa virus SARS lebih cocok dengan suhu rendah dan lingkungan yang lembab. Lalu  apakah virus komunis Tiongkok juga akan menghilang saat cuaca semakin hangat ? Para ahli tidak yakin dengan hal ini.

Baru-baru ini, Zhang Wenhong, Direktur Departemen Infeksi Rumah Sakit Huashan yang Berafiliasi dengan Universitas Fudan juga mengatakan bahwa tidak ada virus dalam sejarah yang seaneh virus komunis Tiongkok ini. Virus corona  ini memiliki gejala yang lebih berat daripada influenza yang penyebarannya cepat. Corona juga memiliki kecepatan penyebaran yang lebih kuat daripada SARS dengan gejala parah. Bahkan  ada pembawa virus atau pasien terinfeksi yang tidak menunjukkan gejala asimtomatik. 

Yuen Kwok-yung, seorang profesor di Departemen Mikrobiologi di Universitas Hongkong mengatakan bahwa ia tidak percaya suhu tinggi akibat perubahan musim akan membunuh corona virus Komunis Tiongkok. Ia memperkirakan bahwa pandemi tidak akan berakhir pada tahun ini.

Untuk memahami apakah penyebaran virus komunis Tiongkok akan terpengaruh oleh suhu tinggi dan kelembaban tinggi, tim peneliti di Tiongkok menganalisis jejak ke-9 orang pasien yang terinfeksi virus dari lokasi pemandian di Huai’an, Jiangsu.

Pemandian di Huai’an ini berada sekitar 700 kilometer jauhnya dari kota Wuhan, dengan luas sekitar 300 meter persegi, suhu 25-41°C, kelembaban udara sekitar 60%. Tersedia kolam renang, tempat mandi pancuran dan sauna. 

Kesembilan orang pasien ini berumur antara 24 hingga 50 tahun, 8 orang dari mereka adalah tamu mandi dan yang lainnya adalah staf di pemandian tersebut. Setelah terinfeksi pneumonia komunis Tiongkok mereka semua dikirim ke Rumah Sakit Keempat Kota Huai’an, dan mendapat perawatan mulai 25 Januari hingga 10 Februari.

Tim peneliti menyatakan bahwa pasien No. 1 sebelumnya pernah berkunjung ke Wuhan. Pasien itu pada 18 Januari menggunakan fasilitas pemandian umum di Huai’an. Ia menderita demam pada hari berikutnya dan dikirim ke rumah sakit seminggu kemudian.

Pasien lainnya masing-masing menggunakan fasilitas pemandian seperti mandi pancuran, sauna dan berenang pada tanggal 19, 20, 23 dan 24 Januari. Gejala-gejala seperti demam, batuk, sakit kepala, sesak dada, dan lainnya muncul pada hari keenam sampai kesembilan. Sedangkan pasien No. 9 masih terus bekerja di tempat pemandian, ia baru terasa ada gejala sakit pada 30 Januari.

Selama di rumah sakit ke-9 orang tersebut menjalani uji infeksi melalui ambil sampel usap faring mulut dan hidung dengan hasil yang menunjukkan positif infeksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa virus komunis Tiongkok tidak menunjukkan tanda-tanda melemahnya penyebaran dalam kondisi suhu tinggi dan kelembaban tinggi.

Sebelumnya, Harvard Medical School di Amerika Serikat telah melakukan sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa perubahan cuaca saja tidak akan menyebabkan penyebaran virus komunis Tiongkok menurun.

Xiao En, mantan peneliti virologi di US Army Research Institute juga berpendapat bahwa virus itu sendiri mereproduksi dan menyebar di tubuh manusia dan pada dasarnya tidak ada hubungannya dengan suhu di luar. Ia menyebutkan bahwa di beberapa negara bercuaca panas seperti Singapura dan Asia Selatan juga memiliki kasus infeksi, jadi tidak terbukti bahwa penyebaran virus akan terhambat oleh faktor cuaca.

Saat ini, jumlah pasien positif terinfeksi virus komunis Tiongkok di Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia dan negara-negara Asia Selatan lainnya terus meningkat.

Foto : Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam JAMA Network Open beberapa hari yang lalu menunjukkan bahwa virus komunis Tiongkok masih dapat menyebar secara efektif dalam kondisi suhu tinggi dan kelembaban tinggi. (CDC-AS)

sin/rp

Video Rekomendasi