Ahli Tiongkok : Musim Gugur Muncul Gelombang Kedua, Epidemi Tak Mereda Sebelum 2022

Ntdtv, oleh Xiao Jing

Zhang Boli, akademisi dari Akademi Teknik Tiongkok dan Dekan Universitas Pengobatan Tradisional Tiongkok Tianjin dikutip dari situs ‘chinanews.com’ mengatakan bahwa epidemi virus komunis Tiongkok sulit untuk dihentikan seketika seperti SARS pada tahun 2003. 

Berdasarkan situasi penyebaran epidemi global yang terjadi saat ini, dapat diprediksikan bahwa epidemi akan kembali mengganas pada antara musim gugur dengan musim dingin. Wabah secara keseluruhan akan berlanjut hingga tahun 2021 atau bahkan 2022.  Tampaknya tidak ada cara untuk menghentikannya.

Ia juga mengatakan bahwa sampai kebanyakan orang mampu memproduksi antibodi, maka penyakit itu akan menjadi penyakit normal yang hidup berdampingan dengan manusia.

Pada awal bulan Februari tahun ini, komunis Tiongkok dalam sebuah program wawancara TV pemerintah Komunis Tiongkok, CCTV atau China Central Television pernah “meminjam mulut” pakar yakni Wang Zheng, wakil dekan Akademi Teknik Tiongkok untuk menyampaikan : Coronavirus jenis baru (virus komunis Tiongkok) mungkin akan menjadi epidemi seperti influenza, hidup berdampingan dengan manusia untuk waktu yang lama. Pada kesempatan itu, Wang Zheng juga secara sengaja meremehkan ancamannya terhadap tubuh manusia. 

Netizen daratan Tiongkok mengkritik bahwa ini merupakan upaya komunis Tiongkok untuk “membius” pikiran sehat masyarakat dengan memperindah pengaruh virus terhadap kesehatan manusia.

Sebuah studi yang dilakukan oleh para cendekiawan Amerika Serikat menemukan bahwa kemampuan virus komunis Tiongkok mengikat reseptor sel manusia untuk kemudian menyebabkan infeksi, dapat mencapai 20 kali lipat dari dari kemampuan virus SARS. Tingkat mematikan jika terinfeksi virus komunis Tiongkok dapat mencapai 23 kali lebih tinggi dari tingkat kematian influenza di Amerika Serikat.

Para peneliti di University of Texas, Austin pada 15 Februari menerbitkan makalah yang dipublikasikan ‘BioRxiv.’ Makalah itu menyebutkan bahwa virus SARS dan virus komunis Tiongkok atau pneumonia Wuhan memiliki reseptor sel inang yang sama —- Enzim pengubah angiotensin atau Angiotensin converting enzyme 2 (ACE2). Akan tetapi jika dibandingkan dengan virus SARS, virus komunis Tiongkok mengikat ACE2 manusia dengan afinitas 10 hingga 20 kali lebih tinggi. Ini kemudian yang menjadi faktor mengapa virus begitu mudah bertransmisi antar manusia .

Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau CDC AS, tingkat kematian epidemi pneumonia komunis Tiongkok bisa mencapai  2,3%, 23 kali lebih tinggi dari angka kematian influenza AS.

Laporan ‘New York Times’ pada waktu itu menyebutkan, berdasarkan  analisis CDC terhadap 45.000 orang pasien yang positif terinfeksi virus komunis Tiongkok hingga 11 Februari, terdapat kesimpulan bahwa melebihi 1.000 orang meninggal dunia, 81% dari pasien yang didiagnosis memiliki gejala ringan, 14% memiliki gejala parah, dan 5% kritis. Tingkat kematian influenza musiman di Amerika Serikat adalah 0,1%.

Namun demikian, ada analisis dari dunia luar menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian CDC di Amerika Serikat itu terutama diambil dari data yang dilaporkan oleh komunis Tiongkok. Sedangkan data komunis Tiongkok itu umumnya diragukan kebenarannya oleh dunia luar. 

Otoritas komunis Tiongkok sudah biasa menyembunyikan situasi kebenaran, “lupa” memasukkan dalam laporan, rekayasa data, mengurangi jumlah korban dan sebagainya dalam menghadapi keadaan darurat besar. Oleh karena itu data kematian sebenarnya jauh lebih tinggi daripada kesimpulan CDC-AS tersebut.

Keterangan Foto: Zhang Boli, akademisi dari Akademi Teknik Tiongkok dan Dekan Universitas Pengobatan Tradisional Tiongkok Tianjin pada 23 April mengatakan bahwa epidemi tidak akan mereda sebelum tahun 2022 dan akan menjadi penyakit normal yang hidup berdampingan dengan manusia di masa depan. (foto CDC-AS)

(Sin/asr)

Video Rekomendasi