Perspektif Mengenai Pandemi: Mengamati Lebih Mendalam Hubungan PM Inggris dengan Rezim Komunis Tiongkok

Tian Yu

Pada tanggal 27 Maret, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan bahwa ia diuji positif terinfeksi virus Komunis Tiongkok atau yang dikenal sebagai pneumonia Wuhan atau coronavirus. 

Boris Johnson adalah pemimpin Partai Konservatif yang berkuasa. Sejak menjabat pada tanggal 24 Juli tahun lalu, ia menghadapi banyak tekanan dan kritik terhadap masalah seperti Brexit, Huawei dan perannya dalam jaringan 5G di Inggris, hubungan Inggris-Amerika Serikat, dan kebijakan mengenai Tiongkok.

Boris Johnson yang berusia 55 tahun, adalah salah satu pasien dengan profil tertinggi di dunia yang terinfeksi dengan virus itu. 

Artikel tajuk rencana The Epoch Times, “Di Mana Ada Ikatan Erat dengan Komunis Tiongkok, Maka Coronavirus Menguntit,” menunjukkan bahwa “semua kawasan terparah yang terkena dampak Coronavirus di luar Tiongkok memiliki kesamaan: hubungan yang dekat atau menguntungkan dengan rezim komunis di Beijing.”

Jadi apa hubungan Boris Johnson dengan Komunis Tiongkok?

Di Tiongkok kuno, setiap kali bencana menimpa kekaisaran, para pemimpin dan pejabat bercermin pada dirinya. 

Dalam sejarah, ada 79 kaisar yang mengeluarkan “Penghukuman atas Diri Sendiri” untuk memeriksa kesalahannya sendiri, berharap untuk mendapatkan pengampunan dan perlindungan dari Surga. Menerapkan prinsip tradisional dalam mengatur negara, kita juga menggambar pelajaran untuk masyarakat saat ini.

Artikel yang ditulis oleh penulis Tian Yun yang terbit di The Epochtimes berusaha menganalisis beberapa langkah pemerintahan Boris Johnson.

Inggris Memberikan Lampu Hijau untuk Huawei

Pada tanggal 28 Januari, Boris Johnson mengumumkan bahwa Inggris mengizinkan “pemasok risiko tinggi” untuk berpartisipasi dalam pembangunan “bagian yang tidak sensitif ” dari jaringan 5G di Inggris sampai batas tertentu, yang berarti memberi lampu hijau kepada Huawei. Beberapa pejabat Amerika Serikat dan politisi konservatif Inggris kecewa dengan keputusan Boris Johnson.

Pada hari yang sama, Zhang Jiangang, Wakil Presiden Huawei, menyambut baik keputusan Inggris yang mengizinkan Huawei berpartisipasi dalam jaringan 5G Inggris. 

“Huawei merasa lega karena ini,” Zhang Jiangang mengatakan kepada Xinhua, media pemerintahan komunis Tiongkok.

Pada tanggal 30 Januari, BBC mengatakan dalam sebuah laporan bahwa keputusan Inggris “adalah sudah pasti sebuah dukungan yang akan membuat Beijing bahagia.”

Orang dalam Huawei mengungkapkan bahwa Huawei memiliki hubungan dekat dengan Komunis Tiongkok, dan sudah dituduh mencuri dari pihak lain untuk mengembangkan teknologinya sendiri. 

Pemerintahan Donald Trump berusaha meyakinkan sekutu untuk melarang Huawei masuk ke dalam jaringan 5G karena masalah keamanan. Namun, Boris Johnson mengabaikan peringatan dan keprihatinan Amerika Serikat yang disuarakan oleh anggota parlemen Inggris.

Tom Tugendhat, anggota parlemen Partai Konservatif dan mantan ketua komite urusan luar negeri parlemen Inggris, menentang keputusan Boris Johnson untuk mengizinkan akses Huawei ke jaringan 5G Inggris. 

Tom Tugendhat menggunakan analogi “membiarkan rubah masuk ke kandang ayam padahal seharusnya kita memagar kandang ayam itu dengan kawat.” 

Tom Tugendhat dalam cuitannya menulis bahwa “pernyataan pemerintah Inggris meninggalkan banyak kekhawatiran dan tidak menutup jaringan Inggris terhadap aktor internasional yang seringkali memfitnah.”

Tom Cotton, anggota Komite Intelijen Senat Amerika Serikat,menyerukan “peninjauan menyeluruh berbagi-intelijen antara Amerika Serikat dengan Inggrus” setelah keputusan Inggris tersebut diumumkan. 

Tom Cotton berkata: “Saya khawatir London telah membebaskan dirinya dari Brussels hanya untuk menyerahkan kedaulatan ke Beijing.” Tom Cotton menambahkan, keputusan Inggris tersebut “seperti membiarkan KGB membangun jaringan telepon Inggris selama Perang Dingin.”

Pada tanggal 22 Februari, pemimpin Partai Brexit Nigel Paul Farage mengkritik keputusan untuk membiarkan Huawei masuk ke jaringan 5G Inggris dan menyebutnya sebagai “keputusan terburuk pemerintah Inggris selama bertahun-tahun…Keputusan tersebut mengancam kemitraan Lima Mata, prospek perjanjian perdagangan baru Inggris dengan Amerika Serikat dan Australia dan bahkan masa depan NATO,” kata Nigel Paul Farage.

Setelah keputusan resmi tersebut, lebih dari 20 anggota Partai Konservatif Inggris yang mengajukan proposal untuk menyingkirkan Huawei mengusulkan suatu RUU Infrastruktur Telekomunikasi. 

Proposal tersebut meminta Inggris untuk menghentikan Huawei dan partisipasi perusahaan “berisiko tinggi” lainnya dalam pembangunan jaringan 5G di Inggris pada tanggal 31 Desember 2022.

Pada tanggal 10 Maret, parlemen Inggris menolak proposal tersebut, sehingga pemerintahan Boris Johnson memenangkan suara di mana 306 suara lawan 282 suara, sebagaimana dilaporkan oleh Reuters.

Huawei di London

Inggris adalah salah satu negara Eropa yang bekerja sama erat dengan Huawei.

Meskipun pemerintah Inggris sadar akan adanya masalah keamanan tertentu dengan produk Huawei, pemerintah Inggris percaya bahwa risiko tersebut dapat ditatalaksana. 

Pendekatan Inggris mewakili mode penerimaan Eropa terhadap Huawei, yang memungkinkan Huawei berkembang secara perlahan dalam dekade terakhir.

Setelah Boris Johnson menjabat, kegiatan bisnis Huawei di London adalah tetap profil tinggi dan aktif. 

Pada bulan September 2019, media  Daratan Tiongkok Business Insider, outlet berita Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa Huawei telah menyiapkan laboratorium penelitian kecerdasan buatan baru di London. 

Dilaporkan bahwa laboratorium baru tersebut adalah bagian dari riset global OpenLab Huawei dan  jaringan pusat kolaborasi. 

Sumber yang mengetahui rencana Huawei mengungkapkan bahwa Huawei berencana untuk mempekerjakan 200 insinyur penelitian kecerdasan buatan.

Pada tanggal 16 Desember 2019, Pusat Inovasi dan Pengalaman 5G Huawei di London diresmikan. Pusat tersebut terletak di salah satu ruang kantor bersama terbesar di Gedung Eropa-Kekong Global.

Pada tanggal 24 Februari, Huawei mengadakan konferensi pers virtual mengenai produk baru dan solusi, bertema “BERSAMA, Menghubungkan Kemungkinan.”

Kolumnis Amerika Serikat, Nick Kristoff mengatakan dalam artikel pendapatnya, “Saya Melihat Sisi Terbaik dan Terburuk Tiongkok”: “Jika perusahaan seperti Huawei diminta untuk bekerja sama dengan mata-mata Keamanan Negara Tiongkok, para eksekutif Huawei tidak dapat  mengatakan tidak.”

Sikap Ramah Boris Johnson  Terhadap Komunis Tiongkok 

Pada tanggal 23 Juli 2019, sehari sebelum Boris Johnson berkuasa, Phoenix Televisi Hong Kong mewawancarainya. Boris Johnson berkata, “Kami sangat antusias dengan Inisiatif One Belt One Road. Kami sangat tertarik dengan rencana Presiden Xi Jinping.”

Dalam wawancara tersebut, Boris Johnson juga menyebutkan bahwa Inggris adalah negara Barat pertama yang bergabung dengan Bank Investasi Infrastruktur Asia yang dipimpin Tiongkok, dan ia akan melakukan yang terbaik untuk menjaga Inggris sebagai “ekonomi paling terbuka di Eropa.” 

Boris Johnson berkata: : “Jangan lupa [Inggris] adalah [tujuan] investasi internasional yang paling terbuka, khususnya [untuk] investasi Tiongkok. Di Inggris, ada perusahaan-perusahaan Tiongkok, misalnya Hinkley, pembangkit listrik nuklir yang besar.”

Interaksi Boris Johnson dengan Komunis Tiongkok Sejak Boris Johnson Menjabat Sebagai Walikota London

Pada bulan Oktober 2013, sebagai Walikota London, Boris Johnson memimpin delegasi perdagangan pergi ke Tiongkok untuk kunjungan enam hari. Mereka bertemu dengan pengusaha, investor besar, dan pejabat tinggi top Tiongkok, berharap menjalin hubungan kerja sama yang lebih erat dengan Tiongkok.

Selama menjabat sebagai Walikota London, Boris Johnson  mempromosikan kemitraan antara London dengan Shanghai, dua pusat keuangan. Pada  tanggal 17 Juni 2019, Komisi Pengaturan Sekuritas Tiongkok dan Otoritas Perilaku Keuangan Inggris membuat pengumuman bersama untuk menyetujui Hubungan Saham Shanghai-London yang baru. Pada hari yang sama, upacara pelantikan diadakan di London.

Menurut aturan tersebut, perusahaan yang memenuhi syarat terdaftar di Bursa Efek Shanghai dapat mengeluarkan Global Depository Receipts kepada investor Inggris dan global. Perushaan itu juga bisa mengajukan permohonan untuk terdaftar di Pasar Utama Bursa  Efek London. 

Perusahaan yang memenuhi syarat terdaftar di Bursa Saham London  dapat menerbitkan Chinese Depository Receipts ke investor Tiongkok dan mengajukan permohonan untuk terdaftar di Dewan Utama Bursa Efek Shanghai.

Beberapa komentator menunjukkan bahwa pendirian Hubungan Saham Shanghai-London sama dengan “transfusi darah” untuk mendukung rezim Komunis Tiongkok.

Hubungan Inggris-Tiongkok Pasca Brexit

Setelah pemerintahan Johnson meninggalkan Uni Eropa, adalah wajar  bila Inggris perlu untuk menemukan mitra dagang baru. 

Di satu sisi, Inggris mempertahankannya persahabatan dengan Amerika Serikat, tetapi Inggris juga ingin memperkuat ekonomi dan hubungan dagang dengan Tiongkok. 

Tiongkok telah menjadi mitra perdagangan terbesar kedua di luar Uni Eropa. Dari bulan Januari hingga Agustus 2018, volume perdagangan bilateral antara Inggris  dengan Inggris mencapai usd 51,05 miliar.

Dari bulan Januari hingga 23 Agustus 2019, perusahaan-perusahaan Tiongkok menyelesaikan 15 akuisisi utama di Inggris, bernilai sekitar usd 8,3 miliar. 

Sebagai contoh, Ant Financial milik Alibaba mengakuisisi World First, sebuah perusahaan pembayaran yang berkantor pusat di London pada bulan Februari. 

Hillhouse Capital mengakuisisi saham Scotch merek wiski Loch Lomond Group seharga 400 juta pound pada bulan Juni dan menjadi pemegang saham terbesar Scotch.

Pada bulan September tahun lalu, Bursa Efek Hong Kong berusaha mengakuisisi Bursa Efek London seharga usd 36,6 miliar, tetapi ditolak. 

Pemerintahan komunis Tiongkok adalah pemegang saham terbesar di Bursa Efek Hong Kong dan memegang 6 kursi di antara 13 anggota dewan Bursa Efek Hong Kong. Dapat diduga bahwa jika akuisisi tersebut berhasil, Komunis Tiongkok akan memiliki kendali atas keseluruhan pasar keuangan Eropa.

Pada tanggal 2 Januari 2020, lima sumber mengatakan kepada Reuters bahwa rezim Tiongkok untuk sementara menangguhkan rencana Hubungan Saham Shanghai-London. Dikarenakan, sikap Inggris terhadap unjuk rasa pro-demokrasi Hong Kong dan tanggapan Inggris terhadap mantan karyawan Konsulat Inggris di Hongkong. Namun, hari berikutnya, Komisi Pengaturan Sekuritas Tiongkok mengklaim bahwa Hubungan Saham Shanghai-London tidak terpengaruh.

Bahkan, rezim Komunis Tiongkok terbiasa menggunakan kepentingan ekonomi sebagai chip tawar-menawar — untuk memaksa pemerintah Barat dan perusahaan komersial tetap bungkam mengenai pelanggaran Komunis Tiongkok terhadap hak asasi manusia.

Mungkin Boris Johnson belum menyadari bahwa jalur kerjasama ekonomi dan perdagangan dengan Komunis Tiongkok adalah sangat tidak stabil. Bangsa apa pun yang bermitra dengan Komunis Tiongkok mungkin terpaksa menyerahkan nuraninya pada titik tertentu.

Politikus Inggris Mengkritik Boris Johnson dan Keluarganya

Pada tanggal 22 Februari 2020, pemimpin Partai Brexit Nigel Paul Farage menerbitkan sebuah artikel dalam Newsweek berjudul, “Kami Tidak Membebaskan Inggris dari Brussel, Namun Kami Tunduk Pada Beijing.” 

Nigel Paul Farage menentang rencana Boris Johnson untuk mengizinkan Huawei membantu membangun jaringan 5G Inggris dan mengkritik Boris Johnson, karena semakin mendekati Komunis Tiongkok tahun-tahun belakangan ini.

“Sayangnya, di bawah rezim Boris Johnson, tidak banyak yang berubah.

Lihat saja salah satu industri strategis utama Inggris, British Steel.Tampaknya British Steel telah dijual ke Jingye, perusahaan Tiongkok lainnya, meskipun ada tawaran kompetitif dari bagian lain dunia. Saya percaya bahwa perusahaan yang sama yang menjual Inggris ke Uni Eropa kini menjual Inggris ke Tiongkok,” Nigel Paul Farage menulis. 

Ia juga menunjukkan bahwa Boris Johnson telah dipengaruhi oleh banyak tokoh-tokoh pro-Komunis Tiongkok, termasuk anggota keluarganya sendiri.

“Beberapa minggu yang lalu ayah Boris Johnson, Stanley, mengadakan pertemuan selama 90 menit  dengan Duta Besar Tiongkok untuk London, Liu Xiaoming. Setelah itu, Stanley mengirim email kepada pejabat Inggris yang menguraikan kekhawatiran Liu Xiaoming bahwa Boris Johnson gagal mengirim pesan dukungan pribadi setelah wabah Coronavirus. Wawasan yang menarik diketahui oleh masyarakat karena Stanley secara tidak sengaja menyalin BBC ke dalam pesannya,” tulis Nigel Paul Farage.

“Lalu ada Jo, adik laki-laki Boris Johnson, yang menjabat sebagai Menteri Perguruan Tinggi Inggris hingga tahun 2019. Selama menjabat, Jo mendukung kemitraan Universitas Reading Inggris dengan Universitas Nanjing Tiongkok, yang berspesialisasi di bidang — anda tebak  — informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi,” tambahnya.

Nigel Paul Farage mengungkapkan bahwa Max Johnson, saudara tiri Boris Johnson, juga memiliki hubungan dekat dengan rezim Komunis Tiongkok. 

Menurut informasi publik, Max Johnson mendapatkan gelar MBA dari Universitas Beijing sebelum bekerja untuk Goldman Sachs di Hong Kong. Kini ia menjalankan perusahaan investasinya sendiri, yang melayani perusahaan yang menjual produk ke Tiongkok.

Artikel tajuk rencana The Epoch Times, “Di Mana Ada Ikatan Erat Dengan Komunis Tiongkok, Maka Coronavirus Menguntit,” menunjukkan bahwa virus itu secara khusus menargetkan rezim Komunis Tiongkok dan mereka yang mendukung rezim Tiongkok. 

Penyebaran virus itu di seluruh dunia menunjukkan bahwa negara-negara dan kawasan yang memiliki hubungan dekat dengan Komunis Tiongkok telah terkena dampak serius. Sifat asli Partai Komunis Tiongkok adalah jahat. Diharapkan Boris Johnson memetik pelajaran dari penyakit yang dideritanya dan merenungkan kebijakannya.

Keterangan gambar: Seorang pasien yang dites positif terkena virus corona baru dibawa dengan tandu ke ruang gawat darurat Rumah Sakit IESS Sur di Quito, Ekuador, pada 18 April 2020. (Rodrigo Buendia / AFP via Getty Images)

(Vivi/asr)