Terungkap, Prancis Didepak Setelah Membantu Komunis Tiongkok Membangun Laboratorium P4

Epochtimes.com- Saat ini, Amerika Serikat sedang menyelidiki apakah virus komunis Tiongkok bocor dari laboratorium P4 di Wuhan. Sementara itu, negara-negara seperti Inggris dan Prancis juga mempertanyakan sumber virus. Fokus global kini terkonsentrasi pada laboratorium P4 Wuhan, yang membuat dilema Prancis karena laboratorium itu adalah proyek kerja sama Tiongkok dengan Prancis.

Menurut laporan Radio France Internationale, stasiun radio Prancis, wabah SARS pada tahun 2003 silam berasal dari Guangzhou, Tiongkok, dan juga menyebabkan epidemi global. Menurut keterangan seorang pejabat senior Prancis, pada saat itu, ada yang mengatakan perlu membantu Tiongkok mempelajari virus baru, agar masyarakat Tiongkok yang tidak memiliki fasilitas yang relevan dan pengetahuan yang diperlukan, terhindar dari virus.

Pada tahun 2004, ketika Jacques René Chirac, mantan Presiden Republik Prancis periode 17 Mei 1995 – 16 Mei 2007, mengunjungi Tiongkok, ia menyepakati kerja sama dengan Komunis Tiongkok.

Ketidaktransparan komunis Tiongkok mengejutkan Prancis

Laporan investigasi menyebutkan bahwa pada awalnya, para ahli perang kuman Perancis menentang kesepakatan itu. Karena saat itu tidak lama setelah peristiwa 9.11, yakni serangan menara World Trade Center (WTC) Amerika Serikat pada 9 November 2001. The General Secretariat for Defence and National Security (SGDSN) atau Sekretariat Jenderal untuk Pertahanan dan Keamanan Nasional Prancis khawatir laboratorium P4 mungkin akan menjadi gudang senjata biologis. Lain halnya dengan energi nuklir atau senjata kimia, fasilitas medis yang sensitif  tidak memiliki lembaga pengawas internasional. 

Alasan lain adalah Komunis Tiongkok selalu menolak untuk menjelaskan dengan jelas keberadaan beberapa laboratorium P3 yang didanai oleh pemerintah Prancis setelah pecahnya SARS / Sindrom Pernapasan Akut Parah.

Antoine Izambard, penulis buku “France Chine, les liaisons dangereuses,” menyebutkan, bahwa pada saat itu, Prancis mengurangi minat untuk kerja sama karena kurangnya transparansi Tiongkok. Interpretasi Tiongkok tentang penggunaan laboratorium aktivitas P3 itu sangat tidak transparan. 

Tak mengherankan beberapa orang di pemerintahan Prancis mengatakan, bahwa Komunis Tiongkok pasti akan menggunakan lab P4 dengan cara yang sama, dan prospeknya sangat mengerikan.

Peraturan ekspor laboratorium P3 tidak begitu ketat, tetapi tidak sama dengan Lab P4. Pada saat itu, seorang peserta mengatakan : “P4 seperti sebuah pabrik pengolahan pasca-nuklir. Itu adalah semacam bom atom bakteri.” 

Mereka yang menentang proyek kerjasama itu khawatir ketidaktransparanan komunis Tiongkok akan menjadi hambatan atas kerja sama antara kedua belah pihak.

Laporan itu mengatakan bahwa politisi Prancis menyetujui proyek tersebut tanpa mendengar keberatan dari para ahli. Tetapi pada akhirnya dipastikan kecurigaan para penentang itu terbukti benar. 

Komunis Tiongkok melanggar perjanjian, Prancis disingkirkan

Menurut laporan, perusahaan Tiongkok pada awalnya membangun sebagian besar laboratorium P4 sesuai dengan spesifikasi, namun belakangan Tiongkok mulai waspada dan mendepak para ahli Perancis. Salah seorang ahli terkait mengungkapkan, arsitektur laboratorium P4 sangat kompleks, tata letak ruang tertutup membutuhkan teknologi dan pengetahuan khusus. Namun, perilaku pihak Tiongkok mengecewakan para ahli Perancis yang tidak bisa menghentikan proyek itu.

Laporan investigasi mengutip pernyataan seorang diplomat, bahwa pihak berwenang Prancis melakukan kesalahan karena terlalu naif. Prancis berpikir Komunis Tiongkok dapat dipercaya. Diplomat itu menjelaskan bahwa kasus itu sangat rumit. 

“Kami telah mendapatkan jaminan tertulis, tetapi kami tidak yakin apakah jaminan ini dapat dilaksanakan dan dipatuhi,” kata sang diplomat. 

Pada tahun 2015, industrialis farmasi Prancis Alain Mérieux meninggalkan posisi ketua komite bilateral karena kecewa kerja sama Tiongkok dengan Prancis tidak benar-benar terwujud. Sementara Technip, penyedia manajemen proyek juga menolak untuk mengotentikasi bangunan itu.

Menurut laporan itu, 50 peneliti Prancis yang telah merencanakan kerja di P4 Wuhan sesuai dengan rencana itu tidak jadi ke laboratorium tersebut. Alasan sebenarnya, karena laboratorium P4 secara bertahap menyingkirkan kontrol dari para ilmuwan Prancis dan melanggar tujuan semula dalam kontrak Paris dan Beijing. Hanya ada para peneliti Tiongkok di laboratorium Wuhan, tidak ada peneliti Prancis yang waspada terhadap para peneliti Tiongkok.

Laporan survei menyebutkan, bahwa sejak awal, orang-orang telah menyatakan keraguan tentang keandalan laboratorium P4 Wuhan. Menurut laporan The Washington Post sebelumnya, pada Januari 2018, staf Kedutaan Besar Amerika Serikat mengunjungi situs tersebut dan memperingatkan bahwa tempat dimana corona virus kelelawar diteliti  itu tidak menerapkan langkah-langkah keamanan yang memadai.

Media resmi Komunis Tiongkok juga pernah melaporkan kesalahan laboratorium itu pada 16 Februari 2020. Laporan itu menyebutkan bahwa setelah melakukan percobaan, para peneliti membuang bahan-bahan laboratorium tanpa penanganan khusus terhadap bahan-bahan biologis. Selain itu, banyak peneliti menjual hewan percobaan di pasar Wuhan.

Melakukan eksperimen pada manusia untuk kembangkan vaksin

Radio France Internationale  mengutip beberapa sumber dari Prancis dan Tiongkok, mengatakan bahwa pada pertengahan Maret 2020, Laboratorium P4 bekerja sama dengan sebuah perusahaan bioteknologi Tiongkok melakukan uji coba vaksin. 

Metodenya adalah menginokulasi atau proses pemindahan virus pada monyet terlebih dahulu, dan setelah menonaktifkannya, lalu menyuntikkannya ke tubuh manusia.

Zhao Yan, wakil direktur di Zhongnan Hospital of Wuhan University, juga mengkonfirmasi bahwa kelompok pertama yang menginokulasi adalah sukarelawan, dan berjalan dengan lancar. Zhao Yan tahu ada dokter yang terlibat, partai pertama tidak banyak jumlahnya, sementara percobaan produk partai kedua sedang diuji, dan jumlahnya relatif besar.

Terkait vaksin virus yang tidak aktif itu, Frédéric Tangy, peneliti dari Pasteur Institute Paris mengatakan: “Ada risiko memperburuk penyakit. Ini adalah bencana dan sesuatu yang terburuk.” 

 Keterangan gambar : Laboratorium P4 di Institut Virologi Wuhan, yang selesai dibangun pada 2017. (RETAMAL HEKTOR / AFP via Getty Images)

Johny /rp

Video Rekomendasi

https://www.youtube.com/watch?v=v7mgnD4axR0&pbjreload=10