Media Amerika: Kim Jong-un Menderita Afasia pada Pendarahan Otak, Kekuasaannya Diserahkan kepada Paman dan Adik Perempuannya

Ntdtv.com- Pada 29 April 2020, Radio Free Asia mengutip berbagai sumber yang melaporkan bahwa Kim Jong-un pertama kali dibawa ke Pyongyang 10 hari yang lalu karena pembuluh darah otak yang pecah. 

Pada awalnya dokter mendiagnosis pendarahan otak dan masih dalam kondisi serius. Berita itu berbeda dari laporan media sebelumnya, yang sebelumnya mengatakan bahwa Kim Jong-un dirawat di rumah sakit untuk operasi jantung.

Menurut Free Asia Report, salah satu warga Korea Utara  mengutip sumber dari pejabat Pyongyang yang mengatakan bahwa Kim Jong-un baru-baru ini keluar dari masa bahaya tetapi masih dalam kondisi kritis.

Meskipun Kim Jong-un sadar, dia kesulitan berbicara. Dokter memperingatkan bahwa Kim Jong-un harus berhati-hati untuk beristirahat dan mencegah pembuluh darah otaknya pecah lagi.

Orang lain yang mengetahui situasi tersebut mengutip para pejabat Korea Utara yang mengatakan bahwa Kim Jong Un untuk sementara waktu menyerahkan kekuasaan militer tertinggi kepada pamannya, Kim Pingri. Sementara pekerjaan dan urusan eksternal Partai Buruh Korea berada di bawah kekuasaan saudara perempuan Kim Jong Un yakni Kim Yuzheng. 

Namun, saat ini hanya pengaturan sementara dan bukan penunjukan informal, sehingga tidak akan diumumkan.

Belum lama ini, Kim Yuzheng ditunjuk sebagai anggota alternatif Politbiro Komite Sentral Partai Buruh Korea dan wakil menteri pertama Komite Sentral. Kim Ping-il adalah saudara tiri Kim Jong Il, pemimpin partai Korea Utara sebelumnya, dan menjabat sebagai duta besar Korea Utara untuk Republik Ceko.

Laporan itu mengutip analisis dari beberapa ahli yang menyebutkan, Korea Utara mungkin sementara waktu mempertahankan kondisi pemerintahan bersama antara Kim Ping-Il dan Kim Yuzheng, tetapi  Kim Yuzheng terlalu muda untuk didukung oleh Korea Utara dalam masyarakat patriarki. Kim Ping-Il kemungkinan lebih besar untuk mengambil alih.  

Yang Shaozheng, seorang pensiunan profesor di Universitas Guizhou di Tiongkok, berpendapat bahwa tidak peduli siapa  kerabat Kim Jong-un yang akan mengambil alih, akan sulit untuk keluar dari sistem totaliter. Sementara apa yang benar-benar dibutuhkan masyarakat Korea adalah jalan menuju kebebasan, aturan hukum dan pemerintahan konstitusional.

Setelah berita tentang penyakit kritis Kim Jong-un tersiar, Komunis Tiongkok dan otoritas Korea Utara dengan keras membantahnya. Otoritas Korea Utara dan Komunis Tiongkok mempunyai hubungan erat. Otoritas Korea Utara juga terus menerus merilis sensasi Kim Jong-un dalam keadaan selamat. Tetapi berita dari Jepang dan Amerika Serikat cenderung mengatakan Kim Jong Un sakit parah dan bahkan sudah mati.

Diperkuat lagi, Kim Jong-un belum membuat penampilan publik selama lebih dari 20 hari, termasuk pada beberapa acara penting. Bahkan setelah berita penyakit kritis tersiar, media Korea Utara hanya mengirim laporan tentang Kim Jong-un menerima dan mengirim pesan ucapan selamat, tetapi ia masih menghilang. 

Menurut analisis eksternal, itu mungkin mengindikasikan bahwa Kim Jong-un memang sedang dalam masalah kondisi fisik.

Beberapa hari sebelumnya, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump secara terbuka menanggapi bahwa dia tahu situasi Kim Jong-un dan berharap dia akan sehat.

Beberapa analis menunjukkan bahwa itu sepertinya menyiratkan bahwa Kim Jong-un masih hidup, tetapi dia sakit parah.

Namun, ada juga beberapa sumber dari Amerika Serikat, Jepang, dan Tiongkok daratan yang mengatakan Kim Jong-un sudah meninggal dan pemerintah Korea Utara hanya menunda pemberitahuan kematiannya.

Keterangan foto: Kim Jong-un dituduh “sakit kritis” dan kehidupan serta kematiannya tidak diketahui. (JUNG YEON-JE / AFP / Getty Images)

hui/rp 

Video Rekomendasi