Trump Tendang Aset Komunis Tiongkok dari Wall Street

oleh James Gorrie

Selama sekitar dua dekade terakhir, perusahaan Tiongkok tidak perlu khawatir akan diatur oleh pengawas Wall Street. Perusahaan Tiongkok dikecualikan dari keharusan mengikuti standar akuntansi Amerika Serikat dan mendapat manfaat besar dari arus masuk modal Amerika Serikat. Itu adalah bisnis yang bagus untuk kedua pihak, tetapi terutama untuk Tiongkok.

Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan investasi Amerika Serikat saling jatuh hati untuk berinvestasi di perusahaan Tiongkok. Perusahaan Tiongkok benar-benar dapat muncul begitu saja di Wall Street dan mendapat perlakuan  VIP. 

Pasar modal Amerika Serikat akan berakhir mendanai perusahaan Tiongkok yang akan segera bersaing, jika tidak menghancurkan, pesaingnya yaitu perusahaan Amerika Serikat, sambil memperkaya anggota penguasa Partai Komunis Tiongkok pada saat  bersamaan.

‘Free Rider’ Berakhir untuk Tiongkok

Tetapi dengan penanganan awal Komunis Tiongkok terhadap epidemi yang memungkinkan virus tersebut menginfeksi dunia dan menghancurkan ekonomi dunia, dikombinasikan dengan meningkatnya ketegangan geopolitik antara Beijing dengan Washington, pemerintahan Trump tidak berminat untuk memberikan

 ‘Free Rider’ lagi atau pihak yang berkepentingan mencari keuntungan semata bagi Tiongkok.

Misalnya, menurut Komisi Tinjauan Ekonomi Amerika Serikat-Tiongkok, pada bulan Februari 2019, ada 156 perusahaan Tiongkok dengan penilaian total  1,2 triliun dolar AS yang terdaftar di bursa saham AS. Tetapi lebih dari 100 di antara perusahaan Tiongkok tersebut tidak mengizinkan audit peraturan seperti yang disyaratkan oleh Undang-Undang Sarbanes-Oxley  Tahun 2002.

Ke depan, perusahaan Tiongkok akan diminta untuk melakukan audit peraturan.

Undang-Undang Sarbanes-Oxley awalnya diberlakukan untuk melindungi investor dari penipuan perusahaan besar yang dilakukan oleh Enron, WorldCom, dan banyak lainnya, di mana pemegang saham kehilangan sebagian besar — ​​jika tidak semua —investasinya. 

Namun, selama bertahun-tahun, hal yang sama terjadi pada investor Amerika yang berinvestasi di perusahaan “Chinese Hustle” palsu yang terdaftar di bursa saham Amerika Serikat. Luckin’ Coffee hanyalah satu contoh terbaru.

Beberapa pengamat bahkan berpendapat bahwa sebagian besar perusahaan Tiongkok yang terdaftar di bursa saham Amerika Serikat adalah penipuan.

Jelas, desakan Donald Trump untuk menegaskan hak regulator Amerika Serikat untuk mengaudit perusahaan-perusahaan Tiongkok adalah diperlukan untuk melindungi modal investor Amerika Serikat. 

Tanpa audit, regulator Amerika Serikat tidak akan tahu jika perusahaan Tiongkok, aset, laba, dan manajemen atau bahkan produk perusahaan Tiongkok, adalah nyata atau tidak.

Namun, hal tersebut cenderung menjadi pemecah kesepakatan bagi sebagian besar perusahaan Tiongkok yang terdaftar di Amerika Serikat. 

Tidak ada sistem regulasi pembanding  di Tiongkok, jadi tidak ada standar absolut untuk akuntansi dan mekanisme pengawasan lainnya. 

Tetapi jika perusahaan Tiongkok tidak mematuhi undang-undang baru tersebut, maka perusahaan Tiongkok akan ditendang dari bursa saham  Amerika Serikat.

Singkatnya, selama bertahun-tahun, perusahaan Tiongkok mendapatkan ‘Free Rider’ dan secara virtual akses tanpa batas ke pasar modal AS. Dan, telah menyalahgunakan hak istimewa tersebut.

Itu semua akan berubah.

Alibaba Akan Keluar dari NYSE Amerika Serikat?

Bahkan, Presiden Trump baru-baru ini mengatakan kepada Maria Bartiromo di Fox News bahwa ia berharap tidak tersisa satu pun perusahaan seperti Alibaba, raksasa ritel Tiongkok yang berbasis internet (raksasa internet Tiongkok dan perusahaan induk dari South China Morning Post) untuk meninggalkan Wall Street daripada mengikuti aturan audit Undang-Undang Sarbanes-Oxley. 

Trump mengantisipasi bahwa Alibaba cenderung berusaha untuk pindah ke London atau Hongkong.

Tampaknya Presiden  Trump telah menetapkan nada kebijakan ke depan.

Ini Hanya Awal Permulaan

Dana pensiun Pegawai Federal AS senilai 50 miliar dolar AS adalah contoh utama. 

Donald Trump baru-baru ini meyakinkan para manajer I-Fund di Thrift Savings Plan untuk menghindari atau menarik dana perusahaan Tiongkok yang berbasis di Tiongkok Daratan, yang menyebabkan modal Amerika senilai  4 triliun dolar AS ditarik dari perusahaan Tiongkok dalam hal dana saja.

Tetapi hal tersebut bukanlah satu-satunya contoh penumpasan Donald Trump terhadap perusahaan Tiongkok.

Pada tanggal 12 Mei tahun ini, National Legal and Policy Center -NLPC- secara resmi meminta Black Rock, penasihat investasi terbesar di dunia, melepaskan 137 perusahaan Tiongkok yang saat ini terdaftar di bursa saham Amerika Serikat.

Dalam suratnya yang ditujukan kepada Ketua dan CEO Larry Fink, National Legal and Policy Center menunjuk bahwa semua perusahaan “berada di bawah pengaruh dan kendali akhir Komunis Tiongkok.”

Pemerintahan Donald Trump mungkin masih mendorong hal-hal lebih jauh. 

Hal ini mempertimbangkan untuk memberi hak bagi rakyat Amerika Serikat untuk menuntut Tiongkok atas kerusakan yang berkaitan dengan virus Komunis Tiongkok, yang umumnya dikenal sebagai Coronavirus baru. 

Hal tersebut mungkin mencakup klaim terhadap Tiongkok atas kehilangan nyawa, kehilangan harta dan bisnis, dan untuk penderitaan manusia. 

Sanksi perjalanan dan larangan juga ada diberlakukan, untuk membatasi pinjaman dari pemberi pinjaman Amerika Serikat kepada bisnis yang berbasis di Tiongkok dan bisnis milik Tiongkok.

Mengikuti jejak Donald Trump, Senat Amerika Serikat juga menindak. Pada tanggal 20 Mei 2020, Senat Amerika Serikat mengeluarkan Undang-Undang Akuntabilitas Perusahaan Asing, yang dimaksudkan untuk memaksa perusahaan Tiongkok mematuhi semua hukum sekuritas Amerika Serikat. 

Transparansi perusahaan tampaknya pada prinsip panduan, yang seperti disebutkan, sama sekali bukan suatu faktor dalam organisasi bisnis Tiongkok.

Jelas, maksud keseluruhan dari langkah-langkah ini adalah untuk mendorong Tiongkok keluar dari pasar modal Amerika Serikat untuk melindungi investor AS  dan pekerjaan rakyat AS. Selain itu, menghukum  Komunis Tiongkok karena kebijakan modal dan perdagangan  Komunis Tiongkok yang bersifat menyalahgunakan.  Serta untuk peran Komunis Tiongkok dalam pandemi global, di mana dunia terus menderita.

London (Tidak) Menyerukan

Tetapi bahkan London mungkin bukan pilihan yang bagus untuk perusahaan Tiongkok. 

Baik sebelum pandemi virus  Komunis Tiongkok, terjadi ketegangan yang tinggi antara London dengan Beijing atas krisis Hong Kong. Keretakan dalam hubungan keuangan London-Shanghai semakin melebar untuk beberapa waktu.

Terlebih lagi, pada 2,4 triliun dolar AS, bursa saham London hanya sebagian kecil dari Wall Street yang melebihi penilaian dari 30 triliun dolar AS. 

Oleh karena itu, likuiditas di London adalah berkekuatan lebih rendah, dari yang digunakan atau dibutuhkan Beijing. Selanjutnya, minat perusahaan Tiongkok masih relatif rendah pada saat ini.

Perusahaan Tiongkok cenderung menemukan peluang listing yang lebih dekat dengan lokasi Tiongkok. Baik iklim investasi saham Hong Kong dan Shanghai adalah lebih menarik untuk perusahaan Tiongkok, dengan likuiditas yang lebih besar dan persyaratan listing yang lebih mudah dibandingkan dengan bursa saham  London.

Tetapi opsi itu juga mengandung risiko. Beijing semakin memperketat Hong Kong, modal Barat cenderung sedikit bersedia atau tersedia untuk perusahaan Tiongkok di pasar saham Shanghai.

Akankah  Trump berhasil menendang aset Tiongkok di Wall Street?

Senator AS Marco Rubio menawarkan suatu petunjuk: “Jika perusahaan Tiongkok menginginkan akses ke Amerika Serikat,  perusahaan Tiongkok harus mematuhi hukum dan peraturan Amerika Serikat untuk transparansi dan akuntabilitas keuangan.”

Jika tren saat ini merupakan indikasi — dan Presiden Trump memenangkan pemilihan ulang di bulan November tahun ini — sepertinya hal tersebut adalah kemungkinan yang nyata. (Vivi/asr)

Keterangan Gambar: Bendera Amerika dan tanda jalan Wall St. di luar New York Stock Exchange, di New York, pada 27 Juni 2014. (Mark Lennihan / AP Photo)

Video Rekomendasi

https://www.youtube.com/watch?v=uSkbIwWj9dg