Ditenggarai Membajak Demo dengan Aksi Kerusuhan dan Penjarahan, Trump Bakal Masukkan Antifa Dalam Daftar Organisasi Teroris

Bowen Xiao

Presiden AS Donald Trump bakal memasukkan Antifa dalam daftar organisasi teroris. Hal demikian disampaikan Trump dalam cuitannya pada 31 Mei 2020. Itu setelah serangkaian aksi penjarahan hingga meluasnya kerusuhan menyusul kematian seorang pria kulit hitam tak bersenjata ketika dibekuk oleh polisi di Minneapolis.

Sebelum menyampaikannya, Trump memuji Pasukan Garda Nasional karena menghentikan kekacauan di Minneapolis yang disebut Trump dikendalikan oleh “ANTIFA yang memimpin anarkisme, di antara lainnya.”

Aksi protes damai berlangsung di AS atas kematian George Floyd. Ia sempat mengatakan tak bisa bernapas, ketika seorang perwira polisi mengunci dengan lutut di leher George Floyd. Tindakan itu menjelma menjadi huru hara. Pejabat federal AS mengatakan, kerusuhan itu dipicu oleh perusuh radikal si penghasut dari luar kota.

Trump mengungkapkan mayoritas perusuh selama beberapa hari terakhir di Minneapolis berasal dari luar negara bagian dan mereka “merusak bisnis (terutama UKM warga Afrika-Amerika).”

Gubernur Negara Bagian Minnesota Tim Walz mengungkapkan perkiraan yang menunjukkan bahwa 80 persen dari perusuh pada 29 Mei 2020 berasal dari luar Minnesota, hanya 20 persen sisanya berasal Minnesotans.

Jaksa Agung AS, William Barr menggemakan pernyataan presiden Trump.   Barr mengatakan kekerasan yang dilakukan oleh ekstimis sayap kiri Antifa sehubungan dengan kerusuhan “terorisme domestik.”

“Sudah waktunya untuk berhenti menonton kekerasan dan menghadapi serta menghentikannya,” kata Barr.

Ia menambahkan, berlanjutnya kekerasan dan kehancuran harta benda membahayakan kehidupan dan mata pencaharian orang lain. Selain itu, mengganggu hak-hak pemrotes damai serta semua warga negara AS. Ia menegaskan, penegak hukum federal akan menangkap dan menuntut para “agitator radikal yang kejam.

Tidak diketahui secara pasti berapa banyak anggota Antifa yang mendompleng dalam aksi protes di seluruh Amerika Serikat.

Dalam pernyataan sebelumnya pada 30 Mei 2020, Barr mengatakan bahwa kekerasan saat aksi digelar tampaknya sudah “direncanakan, diorganisir, dan digerakkan” oleh kelompok-kelompok radikal dan agitator dari luar.

Belasan kota di seluruh negera bagian bersiap menghadapi satu lagi kerusuhan pada 31 Mei 2020, ketika jam malam baru dibelakukan di beberapa daerah masih gagal membendung konfrontasi antara pengunjuk rasa dan polisi.

Dalam beberapa hari terakhir, kekerasan mengguncang di Atlanta, Los Angeles, Philadelphia, Denver, Cincinnati, dan New York, serta Portland, Oregon, Louisville dan Kentucky.

Richard Mack, mantan sheriff di Arizona dan pendiri Constitutional Sheriffs and Peace Officers Association -CSPOA- atau Asosiasi Petugas Sheriff dan Perdamaian Konstitusi, mengatakan setuju dengan penunjukan presiden terhadap Antifa dengan menyebutnya sebagai “langkah ke arah yang benar.”

“Jika Antifa menyerukan kekerasan dan mempromosikan kekerasan, maka mereka layak disematkan teroris yang diberikan oleh Presiden Trump kepada mereka,” kata Mack kepada The Epoch Times.”

Richard Mack mengutip pernyataan Martin Luther King : “Benci tak bisa mengusir kebencian’ dan ‘Kekerasan melipatgandakan kekerasan.’

Ia menegaskan sependapat dengan Martin Luther King, dan sebagai CSPOA, pihaknya menyerukan perdamaian.

Richard Mack menegaskan : “Jika rakyat Amerika menolak semua kekerasan, maka keamanan nasional akan mendapatkan manfaat yang lebih, kebebasan masih sebagai jawabannya dan perdamaian sebagai solusi.”

Penembakan dan penangkapan oleh petugas polisi bernama Derek Chauvin, divideokan yang terlihat ia membekuk dengan lututnya di leher Floyd. Petugas polisi itu ditangkap dengan tuduhan pembunuhan tingkat tiga. Sedangkan tiga petugas polisi yang berdiri selama kejadian masih belum didakwa.

Trump memperingatkan bahwa melintasi batas negara bagian untuk menghasut kekerasan adalah kejahatan federal. Trump sebelumnya menyerukan kepada gubernur dan walikota di negara-negara bagian agar bertindak “lebih keras” dalam menghadapi kerusuhan.

Pernyataan Trump yang menunjuk Antifa sebagai kelompok teroris, bukan yang pertamakalinya disampaikan.  

Sebelumnya pada Juli tahun lalu, Trump mengatakan pemerintahannya sedang mempertimbangkan apakah akan menyatakan kelompok itu “Organisasi Teror Utama.”

Pada saat itu, Senator Bill Cassidy (R-La.) dan Ted Cruz (R-Texas) mengusulkan resolusi di Senat untuk mengutuk tindakan kekerasan yang dilakukan oleh anggota Antifa. Bahkan, menyebut kelompok itu sebagai organisasi teroris domestik .

Senator AS mengusulkan resolusi tersebut setelah serangan anggota Antifa terhadap jurnalis independen Andy Ngo, yang dikenal secara luas mendokumentasikan kekerasan Antifa. Dia dipukul di wajahnya, ditendang, dan gelas-gelas zat putih dilemparkan kepadanya ketika dia sedang meliput salah satu aksi protes di Portland, Oregon.

Polisi Portland kemudian mengatakan gelas-gelas itu berisi semen cepat kering yang dicampur menjadi milkshake.

Ngo, dalam cuitannya di Twitter terhadap pengumuman terbaru Trump, mengatakan, “Otoritas investigasi federal harus membongkar jaringan dan ratusan sel antifa di seluruh AS yang meradikalisasi, melatih dan melakukan kekerasan ekstremis terorganisir.”

Ngo mengatakan : “Mereka juga memiliki hubungan internasional dengan sel afinitas di Eropa Barat. Ini adalah terorisme domestik dan internasional.”

Sementara itu, dalam sebuah wawancara dengan Jake Tapper CNN, penasihat keamanan nasional Gedung Putih Robert O’Brien menuduh kelompok itu menggunakan taktik terorganisir dan kekerasan. Ia menanyakan tentang tindakan yang sudah dilakukan oleh FBI.

“Presiden dan Jaksa Agung ingin mengetahui dari Direktur FBI apa yang sudah dilakukan untuk melacak dan membongkar, dan mengawasi, dan menuntut Antifa,” kata O’Brien pada 31 Mei.

“Dan jika itu belum terjadi, kami ingin mengetahui tentang rencana ke depan,” katanya.

“Radikal militan Antifa yang datang ke kota-kota kami dan melewati batas negara bagian, mereka diorganisir dan menggunakan bom molotov, kembang api, dan gas untuk membakar kota-kota kami,” ujarnya. (asr)

FOTO : Presiden Donald Trump berbicara selama diskusi dengan para eksekutif industri tentang pembukaan kembali AS, di Ruang Makan Negara Gedung Putih di Washington, pada 29 Mei 2020. (Mandel Ngan / AFP via Getty Images)

Reporter Epoch Times Janita Kan, dan Reuters berkontribusi pada laporan ini.

https://www.youtube.com/watch?v=E2GrZXAbcxc