Penduduk Desa Tiongkok Memohon Bantuan Karena Banjir Semakin Memburuk, Pihak Berwenang Membiarkan Sungai Meluap

Theepochtimes.com- Pusat Meteorologi Nasional Tiongkok memperkirakan bahwa curah hujan keseluruhan di wilayah cekungan sungai Yangtze di selatan Tiongkok akan mencapai 100 milimeter hingga 180 milimeter dari tanggal 14 hingga 16 Juli. Di beberapa daerah, curah hujan akan mencapai 300 milimeter. 

Pusat Meteorologi Nasional Tiongkok juga memperingatkan bahwa wilayah utara Tiongkok yaitu Tibet, Xinjiang, Qinghai, Xinjiang, Gansu, Mongolia Dalam, Beijing, Tianjin, Liaoning, dan Heilongjiang akan mengalami hujan lebat pada tanggal 15 dan 16 Juli.

Wakil Menteri Sumber Daya Air Tiongkok, Ye Jianchun mengatakan selama konferensi pers pada tanggal 13 Juli di Beijing bahwa sungai Kuning, sungai Hai, dan sungai Songhua di utara Tiongkok akan mengalami banjir dalam beberapa bulan mendatang, tetapi penduduk setempat tidak memiliki pengalaman untuk menghadapi bencana ini. “Kita harus lebih memperhatikan utara Tiongkok,” kata Ye Jianchun.

Ye Jianchun menjelaskan bahwa curah hujan musim panas ini di lembah sungai Yangtze dan cekungan Danau Tai adalah 1,5 kali hingga 2,6 kali curah hujan daripada tahun-tahun sebelumnya, dan sebelumnya pihak berwenang akan mengevakuasi orang-orang yang terkena dampak.

Namun, orang-orang di provinsi banjir, yaitu Anhui, Hubei, dan Jiangxi memberitahukan kepada The Epoch Times dalam wawancara telepon, bahwa kota mereka tenggelam baru-baru ini setelah pihak berwenang mengeluarkan air banjir di danau atau sungai atau karena tanggul yang jebol. Namun, pihak berwenang tidak menawarkan bantuan yang semestinya. 

Mengosongkan Air Bah

Wang Min (nama samaran) tinggal di desa Yiguan, yang terletak di kota Tongling, Provinsi Anhui, timur Tiongkok. Sungai Yangtze melewati desa Yiguan.

Ia mengatakan kepada The Epoch Times berbahasa Mandarin pada tanggal 13 Juli, bahwa ia dan rekan-rekan penduduk desa terpaksa meninggalkan kampung halamannya, yang terletak di dekat bendungan kecil, pada hari itu.

“Pihak berwenang mengorbankan tanggul yang lebih kecil untuk melindungi tanggul yang lebih besar. Entah tidak memperkuat tanggul agar tanggul runtuh secara alami, atau secara manual melanggar tepi tanggul, pihak berwenang mengizinkan air banjir dari sungai Yangtze untuk dilepaskan ke dalam tanggul,” kata Wang Min.

Hari itu, lebih dari 12.000 orang meninggalkan rumahnya di Tongling, kata Wang Min. Sebagian besar dari mereka tidak punya tempat untuk pergi dan kini menunggu banjir di tempat tinggal sementara.

Wang Min mengatakan, tempat perlindungan kekurangan air minum, obat nyamuk untuk mengusir serangga, jas hujan, lampu senter, dan tenda.

Pihak berwenang tidak memberi makanan yang cukup kepada penduduk desa, Wang Min menambahkan. Banyak orang yang khawatir bahwa harta bendanya akan tersapu banjir.

Yu tinggal di desa Hudong di daerah Poyang, yang terletak di Provinsi Jiangxi, timur Tiongkok. Tiga generasi keluarga hidup di bawah atap yang sama.

Hudong dan lusinan desa lain di kabupaten itu banjir pada tanggal 8 Juli setelah terjadi beberapa pelanggaran tanggul. Pihak berwajib mengklaim, bahwa mereka mengevakuasi orang-orang yang terkena dampak, tetapi keluarga Yu masih terjebak di rumahnya pada tanggal 12 Juli. Banjir belum surut.

“Banjir di mana-mana. Kami tidak dapat keluar dan kami benar-benar membutuhkan makanan,” kata ayah Yu kepada The Epoch Times berbahasa Mandarin. Kakek Yu menjelaskan bahwa di Hudong, banjir mencapai lantai kedua.

Zhang berasal dari desa Dixi, sekitar 30 mil dari Hudong. Ia dan sesama penduduk desa berada dalam situasi yang sama dengan situasi Yu.

“Banyak orang kehilangan rumahnya di desa saya. Air banjir masih meningkat…pemerintah mengeluarkan air banjir dari danau Poyang,” kata Zhang. 

Banjir di Wuhan

Puncak air banjir mencapai Wuhan, ibukota Provinsi Hubei, di tengah Tiongkok, pukul 11 ​​malam pada tanggal 12 Juli, menurut pemerintah kota Wuhan.

Selain itu, seorang penduduk di desa Gangzhou, distrik Caidian, kota Wuhan, berbagi video dengan The Epoch Times berbahasa Mandarin pada tanggal 14 Juli, mengatakan bahwa semua penduduk desa dipaksa untuk mengungsi pukul 5 pagi hari itu karena pihak berwenang akan melepaskan air banjir dari sungai Yangtze ke sungai di desanya. 

Chen Guiya, wakil kepala insinyur di Komisi Sumber Daya Air sungai Yangtze Kementerian  Sumber Daya Air Tiongkok, mengatakan selama sebuah segmen siaran CCTV  yang dikelola partai Komunis Tiongkok pada tanggal 13 Juli, bahwa sungai Yangtze dapat menjangkau ketinggian yang berbahaya di Hubei dalam 10 hari ke depan.

Situs berita yang dioperasikan pemerintah Wuhan Changjiang Net melaporkan pada tanggal 14 Juli, bahwa banjir di sungai Yangtze akan menyebabkan puncak rangkap, yang berarti ada puncak baru akan tiba sebelum puncak lama berlalu.

Dr. Huang Guanhong, putra ahli hidrologi terkenal bernama Huang Wanli, memberi tahu NTD afiliansi The Epoch Times pada tanggal 12 Juli: “Jika Bendungan Tiga Ngarai tidak mengucurkan airnya, kota Chongqing [di hulu] akan menjadi terendam. Jika Bendungan Tiga Ngarai mengucurkan airnya, Wuhan [di hilir] kebanjiran. Situasi saat ini adalah banjir di Wuhan.”

Tidak hanya Wuhan, tetapi kota-kota lain di hilir Bendungan Tiga Ngarai juga menderita. Nanjing di Provinsi Jiangsu, timur Tiongkok, melaporkan bahwa ketinggian air sungai Yangtze setempat adalah 13,4 meter di atas tingkat siaga.

Peringatan Dari Organisasi Kesehatan Dunia

Khawatir akan potensi penyebaran penyakit menular setelah banjir, Organisasi Kesehatan Dunia mengeluarkan peringatan di akun resminya di Weibo — salah satu platform media sosial terbesar Tiongkok — pada tanggal 14 Juli.

Organisasi Kesehatan Dunia mendesak para korban banjir untuk minum air matang atau air yang diklorinasi. Juga, para korban banjir tidak boleh makan makanan yang ditemukan di air banjir, atau barang makanan yang kontak dengan air banjir. Juga disarankan untuk tidak menggunakan pakaian atau bahan lain yang bersentuhan dengan air banjir tetapi belum dicuci dengan pemutih.

Keterangan Gambar: Pandangan udara ini menunjukkan jalan-jalan yang terendam dan bangunan-bangunan yang tergenang setelah bendungan dilanggar akibat banjir di Jiujiang, Cina pada 13 Juli 2020. (STR / AFP via Getty Images)

(Vivi/asr)

Video Rekomendasi