Saat Tiongkok Menderita Banjir yang Parah, Para Pemimpin Rezim Tiongkok Menghilang dari Pandangan Masyarakat

Nicole Hao

Saat daratan Tiongkok dilanda banjir parah, pemimpin Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping tidak muncul di depan umum selama 21 hari hingga tanggal 21 Juli, saat ia menjadi tuan rumah seminar ekonomi di Beijing.

Kemudian, pada hari Rabu 22 Juli, Xi Jinping mengunjungi Siping Battle Memorial Hall di Provinsi Jilin di Timur Laut Tiongkok. Selama perang saudara Tiongkok, mulai bulan Maret

1946 hingga bulan Maret 1948, Kuomintang dan Partai Komunis Tiongkok berperang empat pertempuran yang melelahkan di Siping, yang menewaskan sedikitnya 55.000 tentara dari kedua pihak. Partai Komunis Tiongkok memenangkan pertempuran pertama dan terakhir, sedangkan Kuomintang memenangkan pertempuran kedua dan ketiga.

Pada kedua kesempatan itu, Xi Jinping tidak menyebutkan banjir parah di setidaknya 27 provinsi dan wilayah Tiongkok — yang disebabkan oleh hujan deras sejak bulan Juni. 

Xi Jinping maupun anggota Komite Tetap Politbiro lainnya —  badan pembuat keputusan Partai Komunis Tiongkok yang paling kuat — tidak mengunjungi daerah bencana untuk memimpin gugus tugas untuk memberi bantuan, seperti yang dilakukan para pendahulunya. Hanya, Perdana Menteri Li Keqiang yang melakukan kunjungan singkat ke sebuah desa yang banjir pada awal bulan Juli.

Para pemimpin utama Partai Komunis Tiongkok tidak banyak muncul di depan umum sepanjang tahun 2020.

Komentator urusan politik Tiongkok yang berbasis di Amerika Serikat, Zhong Yuan mencatat bahwa hal ini adalah tidak lazim untuk Partai Komunis Tiongkok. 

Zhong Yuan mempertanyakan apakah para pejabat senior meninggalkan Beijing untuk menghindari tertular virus Komunis Tiongkok.

Xi Jinping

Pada siang hari tanggal 21 Juli 2020, Xi Jinping menyelenggarakan seminar untuk para pengusaha di Beijing, bersama dengan dua anggota Komite Tetap Politbiro, Wang Huning

dan Han Zheng, serta pejabat senior pemerintah pusat lainnya.

Para eksekutif di beberapa perusahaan terbesar Tiongkok hadir: Chen Zongnian, ketua dan pemimpin Hikvision milik Partai Komunis Tiongkok, produsen peralatan pengawasan; Ning Gaoning, ketua dan pemimpin Sinochem milik Partai Komunis Tiongkok.  Selain itu, konglomerat migas yang dikelola negara; Huang Li, ketua Wuhan Guide Infrared, produsen peralatan pencitraan termal inframerah; Jiang Bin, ketua Goertek, merupakan  perusahaan komponen akustik; Hsiao-Wuen Hon, ketua Microsoft Kelompok R&D Asia-Pacific; dan Zhao Bingdi, presiden Panasonic Tiongkok.

Di seminar itu, Xi Jinping menyebutkan “kekuatan money trading” antara pejabat Partai Komunis Tiongkok dengan perusahaan, serta penyuapan komersial. Hal demikian menurut laporan media milik negara, mengisyaratkan bahwa korupsi adalah masalah besar di Tiongkok.

Xi Jinping mengklaim bahwa ekonomi Tiongkok dalam kondisi baik, serta juga membuat poin untuk mendorong “pedagang individu.”

Sebelumnya pada bulan Juni 2020, pedagang individu adalah konsep yang dipromosikan saat Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang mengusulkan menghidupkan kembali pasar kaki lima. Tujuannya untuk meringankan krisis pengangguran.

Akan tetapi, Xi Jinping segera membuat pernyataan yang bertentangan dengan proposal Li Keqiang. Ia menyatakan bahwa Tiongkok memiliki populasi kelas menengah yang besar.

Karena Xi Jinping membuat komentar positif pada pedagang individu untuk pertama kalinya, beberapa analis mengatakan hal itu dapat menjadi indikator bahwa ekonomi yang sedang mengalami pelemahan menjadi sedemikian parah. Sehingga Xi Jinping terpaksa memutarbalik posisinya.

Dilanda Banjir

Selain kunjungan Li Keqiang ke sebuah desa di kota Tongren, Provinsi Guizhou, di barat daya Tiongkok pada tanggal 6 dan 7 Juli, tidak ada pejabat tinggi lainnya yang melakukan kunjungan ke zona bencana.

Pejabat berpangkat tertinggi yang akan dikirim ke daerah bencana adalah E Jingping, Menteri Sumber Daya Air Tiongkok, yang mengunjungi Provinsi Jiangxi pada tanggal 12 Juli.

Wang Yong, Kepala Kantor Pusat Pengendalian Banjir dan Bantuan Kekeringan Negara serta merupakan anggota Dewan Negara mirip-kabinet, belum mengunjungi daerah banjir. Guizhou telah mengalami banjir sejak awal bulan Juni.

Tanah longsor mengubur desa-desa di Tongren dan kota-kota lain sejak saat itu. Akan tetapi, media yang dikelola negara nyaris tidak meliput berita. Sementara itu, pihak berwenang belum menilai kerusakan  atau jumlah korban secara menyeluruh.

Guizhou adalah salah satu provinsi termiskin di Tiongkok. Di daerah pedesaan, banyak penduduk tinggal di rumah yang terbuat dari lumpur dan jerami, membuat rumah-rumah tersebut rentan terhadap kerusakan akibat badai.

Pada tanggal 19 Juli, Biro Meteorologi Guizhou memberitahu penduduk setempat bahwa hujan yang lebih deras akan melanda provinsi itu, dan dengan curah hujan antara 6 hingga 7,9 inci 48 jam kemudian.

Banjir besar juga merusak petak besar di bagian tengah dan timur Provinsi Anhui, Jiangxi, Hubei, dan Hunan.

Secara resmi, pihak berwenang menyatakan bahwa setidaknya 43 juta orang terkena dampak, di mana hampir 3 juta kehilangan rumahnya. Namun demikian, banyak yang menduga kerusakan sebenarnya bahkan lebih besar. 

Diperkirakan lebih banyak curah hujan, karena tiga sungai besar di Tiongkok  meluap dan dapat menjebol tanggul setiap saat.

Bersembunyi

Menurut media pemerintah, Xi Jinping mengadakan satu konferensi video untuk membahas bencana pada tanggal 17 Juli. Selain itu, menyampaikan dua pesan mengenai banjir kepada para pejabat pada tanggal 28 Juni dan 12 Juli.

Komentator Zhong Yuan menilai pada tanggal 22 Juli, bahwa adalah tidak lazim bagi para pemimpin pemerintah pusat dan bos-bos Partai Komunis Tiongkok di tingkat provinsi akan menghilang selama   malapetaka berskala besar semacam itu. 

“Para pemimpin Partai Komunis Tiongkok biasa muncul di garis depan untuk membuat sebuah citra dekat dengan rakyat,” kata Zhong Yuan.

Zhong Yuan menganalisis instruksi tertulis Xi Jinping kepada para pejabat, sebagaimana dipublikasikan di media yang dikelola negara, dan reaksi publik dari para pejabat di setiap tingkatan. 

Zhong Yuan menyimpulkan, pemerintah setempat belum mengikuti perintah Xi Jinping, juga tidak menanggapi kebutuhan rakyat.

“Mereka tidak peduli dengan nyawa dan kerugian orang,” komentar Zhong Yuan.

Dikarenakan, Xi Jinping dan para pemimpin senior lainnya tidak menonjolkan diri sejak bulan Januari, Zhong Yuan mempertanyakan apakah mereka berusaha menghindari penampilan di depan umum dan melindungi dirinya agar tidak tertular COVID-19 — terutama karena Beijing baru-baru ini mengalami wabah gelombang baru. (Vv/asr)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=1_7HFSMmuEU