Lebih dari 35.000 Warga Australia Dimata-matai oleh Perusahaan Tiongkok yang Terkait dengan Militer

Daniel Y.Teng

Perusahaan Tiongkok yang memiliki hubungan dengan militer Beijing dan kekuatan intelijen rahasia, mengumpulkan data pribadi lebih dari 35.000 orang Australia. Langkah itu sebagai bagian sebuah basis data global raksasa yang menargetkan tokoh-tokoh berpengaruh dan keluarganya, Perusahaan tersebut, Zhenhua Data, terkait dengan Tentara Pembebasan Rakyat, Kementerian Keamanan Negara Tiongkok, dan Partai Komunis Tiongkok dan menyusun profil 2,4 juta orang di seluruh dunia. 

Data tersebut berisi informasi mengenai 35.558 warga Australia, yang mencakup terkemuka dalam bidang politik, bisnis, hukum, akademisi, dan pertahanan. 

Data tersebut mencakup tanggal lahir, alamat, status perkawinan, dan kecenderungan politik warganegara Australia yang terkemuka termasuk Perdana Menteri Scott Morrison dan informasi mengenai diskusinya dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, mantan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull dan keluarganya, dan anggota Aliansi Inter-Parlementer untuk Tiongkok, Andrew Hastie dan keluarga mudanya.

Berjudul Overseas Key Individuals Database, basis data itu juga memuat informasi mengenai  mantan Perdana Menteri Kevin Rudd dan putranya, mantan Bendahara Peter Costello, Gubernur Bank Sentral saat ini Robert Lowe, mantan Duta Besar Australia Joe Hockey dan putra-putranya, pendiri Atlassian, Mike Cannon-Brookes, beberapa juri, selebriti, dan akademisi.

Catatan bank, lamaran pekerjaan dan profil psikologis juga disertakan dalam data tersebut, banyak yang diambil dari dokumen publik, termasuk artikel berita, catatan kriminal, Twitter, Facebook, LinkedIn, Instagram, dan TikTok.

Namun, 20 persen data tersebut tidaklah sumber terbuka, termasuk rahasia dokumen, yang menunjukkan bahwa informasi tersebut diperoleh melalui peretasan atau dark web.

CEO Zhenhua Data Wang Xuefeng, mendukung pengupahan “perang tanpa batas” melalui manipulasi opini publik dan “perang psikologis,” menurut postingan WeChat.

Basis data dibocorkan oleh karyawan anonim dari Zhenhua Data dan ditemukan oleh Profesor Chris Balding, yang bekerja di Universitas Peking hingga tahun 2018 saat ia melarikan diri ke Vietnam karena masalah keamanan.

Dalam pernyataan yang dipublikasikan di situsnya, Profesor Chris Balding mengatakan, ia sedang meneliti klaim-klaim Huawei sampai ia menemukan “Holy Grail” untuk peneliti Tiongkok. Pada gilirannya, Profesor Chris Balding memberikan informasi tersebut ke sebubah konsorsium global outlet media di Australia, Amerika Serikat, Kanada, Amerika Serikat, Inggris, Italia, dan Jerman.

Profesor Chris Balding mengklaim data tersebut mensahkan kecurigaan lama seputar pengawasan dan operasi pemantauan oleh Partai Komunis Tiongkok.

Profesor Chris Balding menjelaskan : “Apa yang tidak dapat diremehkan adalah luas dan dalamnya pengawasan negara Tiongkok dan perluasannya di seluruh dunia. Dunia hanya pada tahap awal untuk memahami seberapa besar Tiongkok berinvestasi di bidang intelijen dan operasi pengaruh dengan menggunakan jenis data mentah yang kami miliki untuk memahami target mereka.”

Ia juga mengatakan,  bekerja dengan pemerintah, jurnalis, dan akademisi tertentu atau lembaga pemikir di seluruh dunia, untuk membantu menyediakan cakupan keahlian yang diperlukan yang dibutuhkan untuk menganalisis dan memahami data.”

Menteri Bayangan Dalam Negeri Australia, Kristina Keneally mengatakan basis data tersebut adalah mengkhawatirkan dan orang-orang merasa khawatir.

“Tentu saja, negara-negara telah lama mengumpulkan intelijen, tetapi yang penting kemerdekaan setiap negara dihormati,” kata Kristina Keneally kepada radio ABC pada tanggal 14 September.

Kristina Keneally mengatakan, apa yang disoroti ini adalah ancaman campur tangan asing dan kapasitas untuk mengumpulkan kumpulan big data, pada suatu populasi adalah nyata dan kami harus menghadapi ancaman itu dengan sangat serius. 

Matt Warren, profesor keamanan dunia maya di Royal Melbourne Institute of Technology mengatakan Beijing melakukan “pengumpulan data tingkat industri” tidaklah mengejutkan, terutama mengingat tingkat pengawasan Beijing di dalam negerinya.

“Zhenhua Data hanyalah puncak gunung es, dibandingkan dengan yang terjadi di Tiongkok sendiri,” kata Matt Warren kepada The Epoch Times.

Matt Warren berkata bahwa karena banyak informasi adalah sumber terbuka, maka sebenarnya secara teknis tidaklah memata-matai. Namun, perhatian sebenarnya adalah apa yang dilakukan Zhenhua Data dan Partai Komunis Tiongkok terhadap data tersebut.

Matt Warren mendesak orang-orang untuk lebih berhati-hati dengan profil media sosial milik mereka dan mengenai menambahkan orang yang belum pernah mereka temui dalam kehidupan nyata.

“Masalah muncul saat orang-orang memposting mengenai keluarga mereka di Facebook, atau  aktivitas kerja di Linkedin, ‘teman-teman’ baru mereka akan mengumpulkan dan menyimpan informasi tersebut. Masalah lainnya adalah orang-orang tidak memahami pengaturan mereka di media sosial dan memposting sesuatu sebagai publik daripada pribadi,” Matt Warren menambahkan. (vv)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=fFYbnVLyflM