Wabah Terdeteksi di Ruili, Provinsi Yunnan, Tiongkok, Warga Diharuskan Tinggal di Rumah

Hong Ning – Epochtimes.com

Markas Besar Pencegahan dan Pengendalian Epidemi kota Ruili, Tiongkok mengeluarkan pemberitahuan tentang Pelaksanaan Isolasi Diri dan Manajemen Tertutup di Komunitas Aoxingshiji Tahap 1 dan Tahap 2.

Baru-baru ini, seorang wanita yang menyelundup dari Myanmar kembali ke Kota Ruili, Provinsi Yunnan terdeteksi virus Komunis Tiongkok. Pengasuh yang mendampinginya juga terinfeksi. Orang yang mengetahui hal itu mengatakan bahwa daerah setempat sudah dalam kondisi waspada.

Menurut laporan media Tiongkok, pada 12 September 2020, Markas Besar Pencegahan dan Pengendalian Epidemi kota Ruili mengeluarkan pemberitahuan tentang Pelaksanaan Isolasi Diri dan Manajemen Tertutup di Komunitas Aoxingshiji Tahap 1 dan Tahap 2.

Pemberitahuan tersebut mengatakan, ditemukan kasus yang dicurigai di komunitas Aoxingshiji (Tahap I) di Kota Ruili dan perlu diselidiki. Oleh karena itu, komunitas Tahap I akan ditutup dan penghuni di lingkungan komunitas (Tahap II) yang hanya dipisahkan oleh gang dihimbau mengisolir diri di rumah. Tindakan ini akan dilaksanakan mulai 12 September 2020 pukul 18.00, dan waktu berakhirnya akan ditentukan sesuai dengan kondisi di lapangan.

Pada 14 September 2020 pagi waktu setempat, Komisi Kesehatan Provinsi Yunnan mengumumkan bahwa 2 kasus impor corona telah dikonfirmasi di Kota Ruili.

Pada 14 September malam, Kota Ruili, Provinsi Yunnan mengadakan konferensi pers, mengumumkan penerapan tindakan darurat yang relevan, termasuk pengujian asam nukleat untuk semua personel di Kota Ruili.

BACA JUGA:  Pakar : Gunakan Nama ‘Virus Komunis Tiongkok’ untuk Menuntut Tanggung Jawab Rezim Komunis Tiongkok atas Krisis Global

Pada 14 September setelah  pukul 22:00, warga dilarang keluar masuk Kota Ruili jika tidak ada keperluan yang mendesak. Waktu ditentukan secara tentatif selama satu minggu. Warga kota dihimbau mengisolir diri atau tinggal di rumah masing-masing. Imigran gelap akan ditindak tegas. Mereka yang meninggalkan kota Ruili pada tanggal 12 September setelah pukul 0:00  harus secara pro-aktif melapor ke komunitas setempat dan melakukan pengujian asam nukleat.

Orang yang Terinfeksi Menyelundup Kembali dari Myanmar, Daerah Tempat Tinggal akan Ditutup Setidaknya Selama Dua Minggu

Salah satu warga di lingkungan komunitas Aoxingshiji Tahap II, bernama samaran Zhao Liang mengatakan kepada grup media The Epoch Times,  seorang wanita dikonfirmasi menyelundup kembali ke kota Ruili dari Myanmar pada akhir Agustus lalu. Setelah itu, dia pergi ke banyak tempat, termasuk berbelanja sayuran dan menghadiri pertemuan dan sebagainya.

Saat diperiksa di rumah sakit pada 12 September, dia terdeteksi dengan kasus yang diduga. Saat itu, puluhan mobil polisi dan puluhan personel bersenjata berat diberangkatkan untuk untuk menutup area lingkungan komunitas Aoxingshiji tahap 1.

Distrik Aoxing Century di Kota Ruili ditutup karena wabah tersebut. 
(Disediakan oleh orang yang diwawancarai)

Saat ini, wanita tersebut telah dikonfirmasi, dan pengasuh di bawah usia 20 tahun yang kembali bersamanya juga terinfeksi virus corona. Beberapa anaknya dikarantina. 

Zhao Liang mengatakan bahwa jalur perbatasan kota Ruili setempat panjangnya ratusan kilometer, di perbatasan terdapat desa yang bersebelahan dengan desa lainnya. Hanya ada jalan sempit yang memisahkan kedua negara. Tidak bisa mencegah penyelundupan. 

Pasca ditemukannya virus corona, desa-desa di perbatasan mulai membentengi diri. Seluruh desa di Ruili dijaga sangat ketat. Ada yang menjaga selama 24 jam sehari, karena imigran gelap bisanya diselundupkan dari tempat-tempat itu. Sebelumnya, hanya ada penjaga perbatasan.

Meskipun pejabat pemda setempat menetapkan isolasi diri di rumah di komunitas Auxingshiji tahap dua daripada pengelolaan tertutup seperti tahap pertama, tetapi bagi penghuni, hal itu tidak jauh berbeda. 

Zhao Liang mengatakan, “Daerah sekitar komunitas telah ditutup dengan pagar besi, dan orang-orang dari luar tidak bisa masuk. Setiap keluarga di komunitas harus mendaftarkan diri, berapa jumlah anggota keluarga di rumah, nomor telepon dan sebagainya.”

Pada 14 September malam waktu setempat, Zhao Liang menerima pemberitahuan dari komunitas bahwa akan dilakukan tes asam nukleat lagi dalam dua minggu. Artinya lingkungan komunitas di sini akan dtutup minimal 2 minggu.

 Tahap pertama dilakukan tes asam nukleat sehari sebelumnya 12 September 2020, dan tahap kedua kami menjalani tes yang sama 13 September 2020.

Zhao Liang mengatakan,  “Saya prediksi akan ditemukan lagi kasus (penyakit) lain di kota Ruili. Di kedua lingkungan komunitas kami telah menjalani tes asam nukleat. Jika tidak beruntung, tidak tertutup kemungkinan akan terdeteksi lagi virus corona.”

Menurut Zhao Liang, hingga 14 September, sudah 700 atau 800 orang di lingkungan komunitas Tahap I dan Tahap II telah menjalani tes asam nukleat. Banyak orang di Kota Ruili ke rumah sakit untuk pengujian tersebut. Rumah sakit penuh sesak dan alat uji asam nukleat juga telah habis terpakai.

Tidak dapat memesan hotel secara online, Mahar Aung Myay Gems Dealers’ Market atau Jade Market di Myanmar ditutup

Pemilik toko di luar komunitas Aoxingshiji (Tahap I) mengatakan kepada grup media The Epoch Times, bahwa wilayah tersebut sudah siaga I.

Resepsionis di sebuah hotel tak jauh dari Aoxingshiji, Kota Ruili, mengatakan,  untuk saat ini hotel tidak menerima pemesanan online. Mereka yang akan menginap harus datang ke hotel secara langsung, memberikan KTP, kode kesehatan, mengisi formulir pendaftaran dan mengukur suhu tubuh di tempat, dan baru bisa check-in setelah memenuhi persyaratan. Selain itu, hotel hanya buka sampai jam 12 tengah malam.

Seorang pedagang giok lokal mengatakan bahwa kota Ruili adalah pusat perdagangan giok. Ada ratusan ribu orang yang terlibat dalam bisnis batu giok dan puluhan ribu toko, tetapi seluruh pasar perdagangan saat ini ditutup. 

“Sekitar 100.000 hingga 200.000 orang melakukan transaksi batu giok di sini setiap hari, orang-orang berlalu lalang di pasar, namun sekarang ditutup total. Kami terpaksa tinggal di rumah dan tidak bisa ke toko lagi,” katanya.

Menurut pedagang itu, jika ada masalah mendesak untuk pergi ke pasar giok, maka harus menjalani prosedur, dan baru diizinkan  masuk setelah memiliki laporan pengujian asam nukleat. Jika ditemukan lagi kasus penyakit, kemungkinan besar tidak akan diizinkan keluar dari pasar. Setidaknya ada ribuan orang di pasar yang menjalani tes asam nukleat pada 14 September lalu.

Warga Ruili lainnya menuturkan bahwa anaknya bersekolah di kota Mang, yang jaraknya lebih dari satu jam dari kota Ruili. Pemda kota tersebut mewajibkan setiap siswa untuk menjalani tes asam nukleat dan manajemen isolasi.

Pada saat yang sama, beberapa orang di Yunnan mengeluh di Weibo tentang longgarnya penanganan epidemi setempat. Ada yang menyindir.

“Manajemen semacam ini di Yunnan benar-benar hebat, tidak pakai masker di mana-mana. Sudah beberapa bulan tidak tampak orang memakai masker di kota Zhaotong. Beberapa supermarket di pusat kota dengan arus orang yang hilir mudik juga tidak dipedulikan. Apa jadinya jika virus menyebar ke provinsi Yunnan, Tiongkok.”

“Orang-orang di Kunming tidak lagi memakai masker. Terus terang saja, sangat mudah untuk bergerak bebas di dalam provinsi. Sekarang bahkan tidak perlu menunjukkan kode hijau/kode sehat lagi.”

“Hampir tidak ada yang memakai masker sekarang, kecuali di kereta bawah tanah atau bandara.”

“Ahh, tampaknya bencana itu tak bisa dihindari. Ada lebih banyak kasus (penyakit) di Myanmar pada Agustus lalu daripada periode kumulatif dari Februari hingga Juli 2020. Yunnan berbatasan dengan Myanmar dan perbatasannya panjang, dengan medan yang kompleks. Penyelundupan juga sangat sulit dicegah. Seorang teman saya di perbatasan mengatakan bahwa mereka sudah melintasi perbatasan setelah melalui beberapa gunung.” (jon)

Editor : Sun Yun

Keterangan Foto : Orang-orang di Kota Ruili, Provinsi Yunnan menjalani tes asam nukleat. (Disediakan oleh orang yang diwawancarai)

Video Rekomendasi :