Seandainya Matahari Lenyap, Mungkin ini yang Akan Terjadi

Pernahkah terlintas dalam benak anda, apa yang akan terjadi dengan dunia ini jika kita yang sudah terbiasa dengan keberadaan matahari itu hilang suatu hari nanti? 

Mungkin ada yang berpikir ini adalah pertanyaan yang sangat bodoh, karena para ahli mengatakan bahwa matahari kita akan mati setidaknya 5 miliar tahun lagi. Tapi mengingat kita tidak bisa melihat momen itu, jadi pada kesempatan ini, tidak ada salahnya kita berasumsi sejenak apa yang akan terjadi dengan dunia ini jika suatu hari nanti tidak ada matahari lagi. 

Letusan gunung berapi Tambora

Sekitar 200 tahun silam, pernah terjadi bumi seakan tanpa matahari. Pada April 1815 silam, Gunung berapi Tambora di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat meletus. Para ahli memperkirakan indeks letusan gunung berapi saat itu sudah mencapai tingkat 7. Indeks letusan gunung api terbagi dari tingkat 1 hingga 8. Tingkat 8 adalah indeks yang hanya ada saat gunung api super meletus, namun sejak dicatat manusia, indeks letusan gunung berapi terbesar kita adalah tingkat 7. Jadi bisa dibayangkan betapa mengerikannya saat gunung Tambora meletus di saat itu.

Pada saat Gunung Tambora meletus, sekitar 11 miliar ton abu vulkanik seketika membubung ke angkasa. Abu vulkanik  bercampur dengan banyak gas seperti karbondioksida, sulfur dioksida dan lain sebagainya. 

Abu menyebar ke belahan dunia lain mengikuti angin muson. Karena abu vulkanik ini menutupi sinar matahari,  suhu permukaan turun tajam karena tidak mendapat sinar matahari, hingga akhirnya menyebabkan turunnya salju lebat di Amerika Serikat dan Kanada meski pada musim panas yang terik sekali pun. Bahkan dilaporkan ada yang mati beku, dan disebut tahun tanpa musim panas. Setelah kejadian itu, orang-orang kembali menyadari betapa pentingnya matahari  bagi bumi.

Matahari lenyap

Jika suatu saat nanti matahari benar-benar lenyap, kita juga tidak akan pernah tahu kapan matahari akan lenyap, karena jarak antara matahari dan bumi sekitar 150 juta kilometer jauhnya, dengan kecepatan cahaya sekitar 300.000 kilometer per jam. Jadi, setelah matahari lenyap, kita tidak akan mengetahui perubahan ini sampai setidaknya setelah 8 menit dan 20 detik. 

Pada awalnya jika anda berada di malam hari, dimana meskipun tidak akan menjadi gelap seketika sejelas di siang hari, maka Anda akan tetap melihat malam hari saat itu sepertinya semakin gelap. Hal ini karena bulan memantulkan cahaya dari matahari, sehingga ketika matahari menghilang, kita tidak bisa melihat bulan.

Namun, karena tidak ada gangguan dari cahaya matahari,  kita bisa melihat langsung galaksi lain di alam semesta yang biasanya tidak bisa kita saksikan. Tidak peduli siang atau malam saat matahari menghilang, lenyapnya matahari akan tetap diketahui di seluruh belahan dunia dalam beberapa jam kemudian. 

Ketika orang-orang mulai menyadari hari yang jelas-jelas sudah pagi, tetapi langit masih gelap, maka orang-orang pun mulai panik. Hal pertama yang dilakukan adalah, orang-orang akan menyalakan TV atau menjelajahi dunia maya, ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi. Ketika semua orang tahu kenyataannya, maka mereka akan segera keluar rumah dan mulai panik memborong kebutuhan pokok.

Pada saat seperti ini, pembangkit listrik akan terus memasok aliran listrik, jadi lampu jalan masih akan terus menerangi jalan. Tindakan tanggap darurat pemerintah segera diaktifkan. Sementara tentara segera diturunkan ke jalan, mencoba melakukan upaya terakhir di saat yang mengerikan ini. 

Tetapi ini tidak akan berlangsung lama dan akan kehilangan kendali lagi. Anda akan melihat banyak orang di jalan berdesak-desakan dalam ketakutan, bahkan akan terjadi penjarahan dimana-mana. Hingga akhirnya pembangkit listrik akan berhenti menyediakan listrik selama beberapa jam kemudian karena tidak ada petugas yang mengelola. 

Dunia akan menjadi lebih gelap setelah kehilangan daya listrik, tetapi tidak akan sepenuhnya tidak terlihat, karena kecerahan bintang lain di alam semesta setara dengan sepertiga dari kecerahan bulan purnama, jadi masih ada sumber cahaya yang lemah.

Saat matahari menghilang, fotosintesis tumbuhan akan langsung terhenti. Tanpa fotosintesis, tumbuhan tidak akan mampu menghasilkan oksigen segar. Namun saat ini yang paling dikhawatirkan semua orang bukanlah oksigen, karena para ahli telah memperkirakan bahwa jumlah oksigen yang dihirup manusia setiap tahun sekitar 6 triliun kilogram. Sementara cadangan oksigen di atmosfer setidaknya masih ada sekitar 1 juta triliun kilogram. Jadi meski tanpa fotosintesis, jumlah penyimpanan oksigen saat ini juga memungkinkan sisa kehidupan di bumi, termasuk kita, manusia, masih bisa bertahan hidup setidaknya 1.000 tahun lagi. 

Seminggu kemudian

Satu minggu setelah matahari menghilang, suhu rata-rata bumi akan turun dari semula 15 derajat celcius menjadi sekitar 0 derajat celcius. Makhluk di permukaan bumi mulai mati, tetapi di saat demikian, makhluk di lautan tidak akan banyak berubah. Hal ini karena suhu laut akan turun jauh lebih lambat dari pada suhu di darat. 

Jadi jika Anda tinggal di daerah pesisir atau di negara kepulauan, dampaknya relatif kecil karena penyesuaian air laut, tetapi bagi orang-orang yang tinggal di daerah tropis tidak seberuntung itu, karena mereka biasanya berada di lingkungan bersuhu tinggi sepanjang tahun, jadi pada dasarnya mereka bahkan tidak memiliki pakaian untuk menahan musim dingin. Namun  orang-orang di daerah lain pada akhirnya juga akan menghadapi masalah yang sama, karena suhunya akan sangat rendah diluar bayangan anda.

Satu bulan kemudian

Satu bulan kemudian, suhu rata-rata bumi akan turun hingga -30 derajat C. Sebelumnya disebutkan, setelah satu minggu tanaman di permukaan bumi akan mulai menghilang, sehingga menyebabkan herbivora terkena dampaknya dan mati kelaparan. Namun, sebagian besar pohon di permukaan seperti tumbuhan runjung dan semacamnya, masih bisa bertahan hidup untuk sementara karena  menyimpan fruktosa yang cukup, sampai akhirnya mati karena kedinginan. 

Ketika suhu turun dari hari ke hari, permukaan laut mulai membeku, dan hampir seluruh bumi mulai tertutup es. Di saat seperti ini, hanya ada sedikit tempat yang cocok untuk kelangsungan hidup manusia, tetapi masih ada beberapa tempat yang dapat dipilih. Pertama adalah Taman Nasional Yellowstone di Amerika Serikat. Kawasan dengan energi panas bumi yang tak berujung ini akan menjadi surga terakhir bagi umat manusia. Karena energi panas bumi ini masih ada setelah matahari menghilang. Lalu darimana sumber panas bumi yang tak ada habisnya ini?

20% panas bumi berasal dari massa bumi yang sangat besar yang terkompresi dengan rapat di inti bumi saat bumi terbentuk, tekanan ini akan melelehkan batuan. 80% sumber panas bumi lainnya berasal dari peluruhan zat radioaktif. Karena berbagai faktor di atas,  suhu inti bumi mulai bertahan di sekitar 6000 derajat. 

Di penghujung akhir dunia ini, Islandia, yang selama ini meneliti konversi energi panas bumi menjadi energi terbarukan mungkin adalah tempat yang paling memungkinkan untuk bertahan hidup.

Selain tempat-tempat dengan sumber daya panas bumi yang unik ini, yang tersisa di saat-saat terakhir, adalah tempat perlindungan yang dibangun oleh pemerintah berbagai negara. Karena suhu belum turun ke titik terendah (-30 derajat C), jadi mungkin hanya ada dua pilihan, salah satunya adalah tempat perlindungan di bawah tanah. 

Beberapa ahli mengatakan, jika bisa menggali hingga kedalaman 1,6 kilometer di bawah tanah, maka suhu tempat perlindungan bisa dipertahankan pada 24,1 derajat celcius. Masalah selanjutnya yang perlu dipikirkan adalah bagaimana mempertahankan operasional normal generator agar mesin dapat menyediakan oksigen dan air bersih yang dibutuhkan serta perlu menemukan cara untuk menanam buah dan sayuran yang dapat dimakan. Selain pilihan di permukaan bumi, pilihan lainnya adalah laut.

Terkait mengapa laut cocok untuk kelangsungan hidup, akan dijelaskan nanti.

Satu tahun kemudian

Satu tahun kemudian, suhu bumi mencapai minus 73 derajat C. Pada saat demikian, seluruh bumi telah diselimuti lapisan es yang tebal, namun kedalaman di laut tetap tidak akan membeku. Hal ini karena es di permukaan laut akan membentuk penghalang alami, mencegah suhu yang terus menurun dari permukaan laut. Ditambah dengan energi panas yang terus menerus dari inti bumi, sehingga lingkungan di dalam laut tidak akan separah di permukaan.

Tentu saja akan menjadi salah satu pilihan tempat berlindung bagi manusia. Sayangnya, minus 73 derajat bukanlah suhu akhir di bumi. Para ahli mengatakan bahwa saat matahari menghilang, suhu bumi akan terus menurun hingga -160 derajat celcius.

Saat ini, jika masih ada manusia, mereka hanya bisa memakai kostum astronot yang berat untuk menahan iklim ekstrim di permukaan saat keluar rumah. Tapi meski suhu bumi sudah begitu rendah, masih akan ada aqueous/larutan berair di laut dalam, dimana ada air, disitu pasti ada kehidupan. 

Pada tahap ini, mata air panas di dasar laut akan terus menyembur keluar, dan bakteri bersel tunggal yang disebut ekstremofil dapat bertahan hidup di sini. Mereka hidup di tempat di mana tidak ada sinar matahari sepanjang tahun, jadi hilangnya matahari tidak berpengaruh sama sekali pada mereka, karena dengan adanya ekstremofil, akan ada kerang atau cacing tabung raksasa dan makhluk lain yang memakan ekstremofil. Dan ini mungkin termasuk sebagai kehidupan terakhir di bumi.

Sampai di sini, mungkin ada pemirsa yang memperhatikan, bahwa masih ada satu tanda tanya, yaitu jika matahari lenyap, maka bumi yang kehilangan gravitasinya tidak akan mengorbit mengelilingi matahari lagi, lalu apa yang akan terjadi? 

Sebenarnya, gravitasi juga memiliki kecepatan rambat, secepat kecepatan cahaya. Jadi ketika matahari lenyap, kita akan tetap berada di orbit semula dan terus mengorbit selama 8 menit 20 detik. Begitu sampai 8 menit 20 detik, kita akan mulai start dari posisi terakhir dan melesat ke alam semesta dengan kecepatan 108.000 kilometer per jam. Kita mungkin akan melihat planet lain di tata surya yang terjauh dari matahari, karena pada saat ini, planet tidak akan mengetahui bahwa matahari telah hilang, tetapi terus memantulkan sinar matahari, dan terikat oleh gravitasinya.

Jika kita cukup beruntung, tidak bertabrakan dengan planet lain atau ditelan oleh lubang hitam dalam prosesnya, maka mungkin kita akan bisa melihat matahari kedua dalam 1 miliar tahun. Lapisan es tebal di bumi akan mulai mencair, dan bentuk kehidupan yang tersisa akan terus berevolusi hingga suatu saat nanti, mungkin akan melahirkan kembali peradaban cerdas di muka bumi.

Manusia seringkali mengabaikan apa yang dimiliki, matahari adalah contoh terbaik. Meski kita tidak membuka gorden saat bangun keesokan paginya, pasti kita akan mengira saat ini langit pasti terang benderang. Hal ini karena kita sudah terbiasa dengan keberadaan matahari, sementara mengabaikan masalah penting lainnya.

Kita dan selaksa kehidupan di bumi, dapat eksis pada saat ini, karena ada banyak keajaiban yang terjadi. Mata rantai yang menghasilkan kehidupan itu sangat diperlukan, dan meskipun probabilitas kehidupan itu sangat rendah, namun, semua ini tetap terjadi. Jadi setiap saat bangun tidur, kita harus menghargai apa yang kita miliki, termasuk segala sesuatu yang sederhana sekali pun. (jon/rp)

Keterangan Foto : Sinar matahari (RyanKing999 / iStock)

Sumber : Berbagaisumber/Youtube

https://www.youtube.com/watch?v=YMd0r9iJkxA