Demo Skala Besar Rakyat Thailand Masih Berlanjut

Epochtimes.com

Puluhan ribu warga Thailand dengan mengabaikan tindakan represif yang diambil oleh pemerintah, kembali melancarkan unjuk rasa pada jalanan di ibu kota Bangkok dan kota-kota lainnya, pada hari Minggu, 18 Oktober 2020 lalu. Ini adalah hari kelima berturut-turut warga Thailand melancarkan protes jalanan. Mereka menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha.

VOA memberitakan bahwa polisi Thailand menggunakan meriam air untuk membubarkan ribuan pengunjuk rasa pada hari Jumat 16 Oktober 2020 dan mengambil berbagai tindakan untuk mencegah kegiatan protes, termasuk mematikan sistem transportasi umum di Bangkok. 

Sehari sebelumnya, Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengumumkan keadaan darurat dan melarang pertemuan politik lebih dari lima orang, dan menangkap lebih dari lima puluh orang aktivis termasuk beberapa pemimpin unjuk rasa.

Istana Kerajaan Thailand tidak mengomentari protes tersebut, tetapi Raja Maha Vajiralongkorn mengatakan bahwa Thailand membutuhkan orang-orang yang mencintai negara dan keluarga kerajaan.

Para aktivis pro-demokrasi Thailand memulai kegiatan unjuk rasa sejak 3 bulan lalu, menuntut pengunduran diri Prayuth, mantan jenderal angkatan darat yang melakukan kudeta pada tahun 2014 untuk menggulingkan pemerintah sipil terpilih. 

Prayuth memenangkan pemilihan sebagai perdana menteri tahun lalu, tetapi pengunjuk rasa menuduh ada kecurangan dalam pemilihan tersebut.

Para pengunjuk rasa juga menyerukan reformasi konstitusi Thailand dan mengurangi pengaruh dari keluarga kerajaan Thailand.

Gerakan mahasiswa Thailand semakin intensif, selebriti tidak lagi berdiam diri

CNA (Central News Agency) memberitakan bahwa barisan masyarakat pro-demokrasi di Thailand telah menjadi semakin besar. Bintang musik pop Korea, ratu kecantikan, selebriti TV, dan bintang lainnya juga ikut menyuarakan dukungan mereka terhadap kegiatan pro-demokrasi di Thailand melalui pesan yang diunggah di media sosial.

Agence France-Presse melaporkan bahwa jarang sekali selebriti Thailand membuat pernyataan politik. Lagi pula, dukungan iklan murah hati mereka bergantung pada keluarga kaya yang menjadi tulang punggung pendirian Thailand. Tetapi setelah polisi menembakkan meriam air ke pengunjuk rasa damai di Bangkok pada 16 Oktober, beberapa selebriti tidak lagi menghindar. Tindakan polisi anti-huru hara pada 16 Oktober itu membuat situasi menjadi memanas.

Situasi di Bangkok terus mencekam pekan lalu. Ribuan pengunjuk rasa kembali turun ke jalan meskipun pihak berwenang melarang demonstrasi dan menangkap sejumlah pemimpin gerakan. Para pengunjuk rasa menuntut mantan komandan militer Prayuth Chan-O-Cha mundur dari jabatan perdana menteri, dan menuntut reformasi kerajaan. Pada  16 Oktober merupakan pertama kalinya polisi menggunakan kekuatan untuk menekan unjuk rasa.

Selain selebriti Korea Selatan Nichkhun yang memberikan dukungan terhadap unjuk rasa Thailand melalui akun Twitter, Miss Universe Thailand Amanda Obdam juga memposting beberapa foto polisi anti huru hara yang sedang mendorong dengan perlengkapan tameng terhadap pengunjuk rasa melalui akun Instagram. Model yang merupakan peranakan campuran Thailand – Kanada tersebut menulis:  “Sebuah gambar yang mengungkapkan seribu kata … Tugas kalian adalah melindungi warga masyarakat, bukan menyakiti mereka.” 

Pada 18 Oktober, mahasiswa Thailand bersama pengunjuk rasa anti-pemerintah terus melakukan protes di jalan-jalan, menuntut pemerintah melakukan reformasi, dan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengundurkan diri. (Jack Taylor/AFP/Getty Images)

Pada 18 Oktober, mahasiswa Thailand bersama pengunjuk rasa anti-pemerintah terus melakukan protes di jalan-jalan, menuntut pemerintah melakukan reformasi, dan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengundurkan diri. (Jack Taylor/AFP/Getty Images)

Pada 18 Oktober, mahasiswa Thailand bersama pengunjuk rasa anti-pemerintah terus melakukan protes di jalan-jalan, menuntut pemerintah melakukan reformasi, dan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengundurkan diri. (Mladen Antonov/AFP/Getty Images)

Pada 18 Oktober, mahasiswa Thailand bersama pengunjuk rasa anti-pemerintah terus melakukan protes di jalan-jalan, menuntut pemerintah melakukan reformasi, dan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengundurkan diri. (Lilian Suwanrumpha/AFP/Getty Images)

Pada 17 Oktober, mahasiswa Thailand bersama pengunjuk rasa anti-pemerintah terus melakukan protes di jalan-jalan, menuntut pemerintah melakukan reformasi, dan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengundurkan diri. (Lilian Suwanrumpha/AFP/Getty Images)

Pada 17 Oktober, mahasiswa Thailand bersama pengunjuk rasa anti-pemerintah terus melakukan protes di jalan-jalan, menuntut pemerintah melakukan reformasi, dan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengundurkan diri. (Mladen Antonov/AFP/Getty Images)

Pada 17 Oktober, mahasiswa Thailand bersama pengunjuk rasa anti-pemerintah terus melakukan protes di jalan-jalan, menuntut pemerintah melakukan reformasi, dan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengundurkan diri. (Getty Images)

Pada 16 Oktober, para pengunjuk rasa di Bangkok menghadapi polisi anti huru hara. Unjuk rasa ini merupakan bagian baru dari serangkaian protes anti-pemerintah yang telah dimulai pada akhir bulan Juli lalu. Mahasiswa dan pengunjuk rasa anti-pemerintah menuntut pemerintah melakukan reformasi, dan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengundurkan diri. (Getty Images)

Pada 16 Oktober, para pengunjuk rasa di Bangkok menghadapi polisi anti huru hara. Unjuk rasa ini merupakan bagian baru dari serangkaian protes anti-pemerintah yang telah dimulai pada akhir bulan Juli lalu. Mahasiswa dan pengunjuk rasa anti-pemerintah menuntut pemerintah melakukan reformasi, dan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengundurkan diri. (Getty Images)