Komunis Tiongkok Dinilai Takut Serang Taiwan, karena Kesenjangan Kekuatan Militer dengan AS

 oleh Luo Ya, Zhang Dun

Pesawat militer Partai Komunis Tiongkok berulang kali mengganggu Taiwan. Situasi ketegangan di Selat Taiwan terus meningkat. Apakah Partai Komunis Tiongkok akan menyerang Taiwan?

Dalam 2 tahun terakhir, ada lebih dari 100 orang warga negara Taiwan di daratan Tiongkok yang ditangkap oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT). Media corong Partai Komunis Tiongkok menyatakan bahwa orang-orang yang ditangkap Itu dicurigai sebagai mata-mata, tetapi pernyataan ini dibantah oleh pemerintah Taiwan. 

Pada saat yang sama, pesawat militer Partai Komunis Tiongkok berulang kali mengganggu Taiwan, dan para pemimpin tertinggi dari kedua sisi selat tersebut sama-sama memeriksa militer pada 13 Oktober 2020. Situasi di Selat Taiwan terus meningkat, apakah Partai Komunis Tiongkok akan menyerang Taiwan menjadi fokus perhatian.

Hu Ping, seorang komentator politik tentang masalah Tiongkok mengatakan bahwa komunis Tiongkok sesungguhnya takut dengan intervensi militer Amerika Serikat sehingga untuk sementara waktu ini belum berani menyerang Taiwan.

Setidaknya 149 orang Warganegara Taiwan ditangkap komunis Tiongkok dan 48 lainnya masih hilang

Sebuah artikel yang dimuat media corong Partai Komunis Tiongkok ‘People’s Daily’ pada 15 Oktober 2020 lalu menyebutkan bahwa Departemen Keamanan Nasional Tiongkok membentuk satuan untuk melaksanakan operasi khusus yang diberi nama Halilintar-2020. Satuan itu bertujuan untuk melawan “otoritas Taiwan dan badan intelijen mata-mata mereka”. 

Menurut artikel itu, sejak peluncuran operasi tersebut pada tahun 2018, otoritas Tiongkok telah berhasil mengungkap ratusan kasus pencurian mata-mata Taiwan dan menangkap sekelompok agen mata-mata mereka.

Pada hari yang sama, Chiu Chui-cheng, juru bicara Menteri Dewan Urusan Daratan dalam konferensi pers reguler menyebutkan bahwa komunis Tiongkok telah berulang kali menangkap para perwakilan Taiwan untuk misi komunikasi dengan tuduhan palsu dan dikarang-karang melakukan kegiatan spionase yang bertujuan merusak hubungan antar selat.

Straits Exchange Foundation Taiwan pada 18 September tahun lalu pernah menyebutkan bahwa sejak Presiden Tsai Ing-wen berkuasa pada tahun 2016, telah terjadi 149 kali insiden WN Taiwan hilang kontak di daratan Tiongkok, 82 diantaranya telah ditemukan melalui saluran yang relevan, tetapi sejauh ini masih 67 kasus belum ada kabarnya.

Ada wartawan yang bertanya dalam konferensi pers tentang kasus-kasus yang disebutkan di atas, Chiu Chui-cheng mengatakan bahwa dari 101 kasus yang dikonfirmasi, pihak Taiwan membenarkan bahwa beberapa orang telah kembali ke Taiwan dan beberapa masih ditahan oleh pihak komunis Tiongkok. Namun 48 orang masih belum ditemukan.

Kejahatan spionase adalah cara yang sering dipakai komunis Tiongkok dalam penangkapan ilegal

Hu Ping, mantan kepala editor kehormatan media ‘Peking Spring’ kepada grup media Epoch Times mengatakan bahwa media Partai Komunis Tiongkok dengan sengaja memanipulasi penangkapan ilegal terhadap warganegara Taiwan dengan alasan melakukan kegiatan mata-mata. Ini adalah taktik umum yang digunakan oleh Partai Komunis Tiongkok untuk memerangi dan membalas dendam terhadap orang-orang asing. Seperti juga dalam kasus penangkapan warga negara Kanada di daratan Tiongkok.

“Niat komunis Tiongkok terutama untuk memberikan tekanan kepada Taiwan. Tuduhan melakukan kegiatan mata-mata jelas tidak benar. Pihak Taiwan juga menjelaskan bahwa itu hanyalah alasan yang dibuat-buat yang gunanya untuk menekan Taiwan. Selain itu, komunis Tiongkok juga bermaksud menggunakan cara ini untuk lebih menekan pemerintahan Taiwan yang dipimpin oleh Partai Progresif Demokratik Taiwan,” kata Hu Ping.

Komunis Tiongkok telah menangkap lebih dari 100 orang warganegara Taiwan. Ini didasarkan pada kebutuhan politik Partai Komunis Tiongkok saat ini, tetapi mereka sama sekali tidak peduli dengan kondisi orang-orang yang dicap sebagai mata-mata.

Pimpinan tertinggi dari kedua sisi selat memeriksa tentara pada hari yang sama

Partai Komunis Tiongkok belakangan ini acap kali menyelenggarakan latihan militer di Selat Taiwan, mengirim pesawat militer untuk mengganggu Taiwan, dan menyusup masuk ke wilayah udara Taiwan.

Pada 13 Oktober 2020, Pemimpin Tiongkok, Xi Jinping, mengunjungi agen Korps Marinir komunis Tiongkok di daerah Chaoshan, Guangdong. Xi Jinping menegaskan bahwa Korps Marinir Partai Komunis Tiongkok wajib mengerahkan seluruh pikiran dan energinya untuk mempersiapkan perang dan menjaga tingkat kewaspadaan yang tinggi.

Pada hari yang sama, Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen berkunjung ke Stasiun Radar Leshan untuk melakukan inspeksi terhadap Pusat Pengintaian dan Peringatan Dini Angkatan Udara Taiwan dan Pusat Pertahanan Udara Angkatan Udara Taiwan. 

Menurut Tsai Ing-wen, pusat pengintaian dan peringatan dini mampu mendeteksi secara dini pengujian roket atau rudal oleh negara-negara tetangga. Dia sangat yakin bahwa pusat tersebut dapat memimpin dalam tindakan pencegahan dan berhasil menahan ancaman berupa serangan lewat udara.

Pada 15 Oktober, sebuah pesawat militer Tiongkok kembali masuk ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan. Menurut Jaringan Berita Sanli, itu seharusnya adalah pesawat anti-kapal selam Y-8, tetapi berhasil diusir oleh Angkatan Udara Taiwan.

Pada hari yang sama, media resmi komunis Tiongkok memperingatkan pihak berwenang Taiwan untuk tidak sok hebat dengan mendompleng kekuatan asing.

Ahli : Komunis Tiongkok Tidak Berani Menyerang Taiwan Karena Besar Kesenjangan Dalam Kekuatan Militernya dengan Amerika Serikat

Menurut Hu Ping, Partai Komunis Tiongkok kecil kemungkinan akan menyerang Taiwan, karena 2 alasa.

Pertama, Taiwan akan mempertahankan status quo dan tidak akan melakukan tindakan provokatif. Beijing tidak memiliki alasan dan tidak dapat menemukan alasan untuk menyerang Taiwan. Sedangkan faksi elang dalam Partai Komunis Tiongkok juga dengan jelas menyatakan bahwa penyerangan Taiwan terutama karena mempertimbangkan masalah dengan Amerika Serikat. 

Pada tahap ini, kekuatan militer komunis Tiongkok masih jauh dibawah kekuatan militer Amerika Serikat. Jadi kemungkinan untuk menyerang Taiwan kecil saat ini.

Kedua, masih ada mekanisme di kedua sisi selat untuk mencegah kontak senjata sehingga menjadi insiden besar. Meski tidak banyak kontak antara partai-partai tingkat tinggi di kedua sisi selat, namun dalam kondisi saat ini mereka masih memiliki mekanisme untuk mencegah agar kontak senjata tidak terjadi. 

Oleh karena itu, beberapa konflik lokal pada akhirnya tidak akan berkembang menjadi perang besar-besaran. Jadi secara teknis sudah mampu diatasi.

Dalam jangka panjang Amerika Serikat  dan Taiwan dapat menjalin hubungan diplomatik resmi

Hu Ping menilai, dalam jangka panjang, sangat mungkin Amerika Serikat akan menjalin hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan.

Pada 6 Oktober, Legislatif Yuan Taiwan mengesahkan 2 proposal yang dibuat oleh Kuomintang. Proposal pertama, meminta pemerintah untuk secara aktif membujuk Amerika Serikat membantu pertahanan Taiwan. Kedua, adalah meminta pemerintah untuk secara aktif untuk mempromosikan pemulihan hubungan diplomatik antara Taiwan dengan Amerika Serikat.

Menurut Hu Ping, usai kedua proposal itu disetujui oleh Legislatif Yuan Taiwan, Kantor Urusan Taiwan dari komunis Tiongkok, maka segera mengatakan pihaknya menentang pembentukan 2 Tiongkok, satu Tiongkok dan satu Taiwan, kemerdekaan Taiwan dan lainnya. 

“Tetapi komunis Tiongkok tidak menyinggung soal satu Tiongkok dengan dua pemerintahan. Jika Amerika Serikat sekarang menjalin hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan adalah terjalinnya hubungan diplomatik dengan satu Tiongkok dengan dua pemerintahan, maka komunis Tiongkok tidak akan menemukan alasan untuk menolaknya. Karena mereka sejak dulu tidak lagi menentang satu Tiongkok dengan dua pemerintahan,” kata Hu Ping.

Hu Ping menyatakan bahwa karakteristik kedua sisi Selat Taiwan saat ini adalah hubungan antara satu Tiongkok dengan dua pemerintahan, bukan hubungan dengan dua negara.  Republik Rakyat Tiongkok menyatakan bahwa wilayahnya mencakup daratan Tiongkok dan Taiwan. 

Sementara Pemerintah Republik Tiongkok (Taiwan) juga menyatakan bahwa wilayahnya mencakup Taiwan dan daratan Tiongkok. Artinya, wilayah yang diklaim oleh kedua pemerintah ini sama. Oleh sebab itu mereka adalah satu negara, bukan dua negara, tetapi satu negara memiliki dua pemerintahan yang sama-sama mengklaim sebagai pemerintah pusat. Inilah hubungan keduanya.

Hu Ping menilai kebanyakan orang tidak memperhatikan dua hal ketika membahas hubungan lintas selat. 

Pertama, publik tidak tahu perbedaan antara dua Tiongkok dengan satu Tiongkok. Mereka mengira itu adalah sama. 

Kedua, publik tidak memperhatikan bahwa komunis Tiongkok telah merevisi prinsip dari pengertian satu Tiongkok pada tahun 2000. Sekarang prinsip satu Tiongkok sudah tidak mencakup penentangan terhadap satu Tiongkok dengan dua pemerintahan. 

Di masa lalu, komunis Tiongkok dengan tegas menentangnya, mereka percaya bahwa itu bertentangan dengan prinsip satu Tiongkok yang pernah diusulkan di masa lalu.

Menurut Hu Ping, jika Amerika Serikat menjalin hubungan diplomatik dengan Taiwan, Amerika Serikat mengatakan bahwa  telah menerapkan satu Tiongkok dengan dua pemerintah, maka Partai Komunis Tiongkok tidak ada alasan untuk menolak. 

Hu Ping mengatakan, “Awalnya mereka sendiri yang mengeluarkan kalimat itu. Sesungguhnya, pembentukan hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Taiwan tidak sesulit yang dibayangkan banyak orang. Karena ​​Amerika Serikat dapat menyatakan bahwa ia tidak menyimpang dari prinsip satu Tiongkok. Pemerintah Tiongkok tidak dapat menemukan alasan untuk menentangnya. (Sin)

Keterangan Foto : Pesawat tempur F-16 Republik Tiongkok (kiri) segera lepas landas untuk mengusir pesawat komunis Tiongkok yang terbang melewati garis tengah Selat Taiwan pada 9 Februari 2020. (foto Kementerian Pertahanan Nasional Republik Tiongkok)