Trump Umumkan Kemajuan Besar : Lihat Hasilnya Minggu Depan Kita Pasti Menang !

oleh Luo Tingting

Pada 10 November, Presiden Trump mengumumkan bahwa kemajuan besar telah dibuat dalam proses hukum, hal itu terkait penipuan pemilu, dan minggu depan akan ada hasil yang dapat dilihat. Trump dalam sebuah cuitannya menyebutkan : Kita akan menang ! 

Presiden AS Donald Trump dalam pesan tweetnya pada 10 November 2020 menyebutkan bahwa kegiatan kampanye dan proses hukum terkait kecurangan pilpres, telah membuat kemajuan yang signifikan. Ia menyebutkan minggu depan akan ada hasil yang dapat dilihat. Trump sangat yakin dirinya akan memperoleh  kemenangan akhir. “Make America Great Again !”

Kemudian, Trump menulis dengan huruf kapital : WE WILL WIN !

Menurut statistik yang dihimpun pada hari Selasa oleh situs analisis data pemilihan ‘Decision Desk HQ’ : North Carolina saat ini telah menyelesaikan penghitungan sekitar 95% dari total suara, Trump memiliki 2,74 juta suara, dan kandidat presiden dari Partai Demokrat Biden memiliki 2,66 juta suara. Diperkirakan bahwa Trump telah memenangkan pilpres di North Carolina dan 15 suara elektoralnya.

Tim kampanye Trump pada 9 November telah memulai proses pengadilan di negara bagian ayunan atau negara bagian medan tempur seperti Michigan, Arizona, Pennsylvania, Nevada, dan Georgia dan lainnya. Tweet Trump mengungkapkan bahwa pertempuran lewat jalur hukum sedang berkembang menuju keuntungannya.

Ekonom asal Tiongkok yang tinggal di AS, He Qinglian dalam pesan Twitter yang diposting pada 9 November menyebutkan : Tindakan hukum hari ini memiliki pengaruh tidak besar, yakni Pennsylvania telah dihapus dari negara bagian di mana Biden menang. Dan sekarang hanya tinggal memiliki 259 suara. Lihat saja peta pemilu, Pennsylvania awalnya menerima 279 suara dari media untuk Biden. Sekarang Biden tidak bisa lagi mengumumkan pengambilalihan Gedung Putih. 

Pada 9 November 2020, ‘Real Clear Politics (RCP)’, sebuah situs web berita politik Amerika dan agregator data polling, diam-diam mengurangi 20 suara elektoral Pennsylvania dari kubu Biden.

Pada 6 November, Hakim Mahkamah Agung AS Samuel Alito telah membuat keputusan sementara yang mengharuskan Komisi Pemilihan Pennsylvania menyimpan suara terpisah yang diterima setelah jam 8 malam pada hari pemilihan pada 3 November. Bahkan jika suara ini akan dihitung, mereka harus dihitung secara terpisah.

Pengacara pribadi Trump Rudy Giuliani baru-baru ini mengatakan kepada Fox News, bahwa mereka telah menemukan ratusan ribu surat suara terlambat di Pennsylvania yang tidak dapat diverifikasi keabsahannya. Mantan Walikota New York itu juga menuturkan, sejumlah besar suara yang diberikan orang-orang yang sudah meninggal dunia dan surat suara ilegal lainnya, dan telah menemukan belasan orang saksi mata penipuan suara.

Pada hari pemilihan, Trump berada di posisi memimpin Joe Biden dengan selisih suara cukup besar di Pennsylvania. Jika di kemudian hari Mahkamah Agung memutuskan bahwa surat suara terlambat itu tidak valid, maka Pennsylvania akan tetap menjadi milik Trump.

Pada 10 November, diberitakan oleh tim kampanye pemilihan Presiden Trump bahwa melalui perhitungan ulang suara di daerah pemilihan Wisconsin, Trump berhasil memperoleh kembali 19.500 suara yang telah diberikan kepada Joe Biden karena “kesalahan sistem”. Dengan demikian jelas Trump yang memenangkan suara di sana.

Selain itu, di North Carolina, Trump memenangkan 2,73 juta suara, melampaui Joe Biden yang memperoleh 2,65 juta suara. Presiden Trump diperkirakan akan memenangkan 15 suara elektoral di North Carolina.

Di hari yang sama, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo secara terbuka mengungkapkan pendapatnya, bahwa dirinya yakin bahwa Presiden Trump akan terpilih kembali untuk kedua kalinya. Ia juga menekankan bahwa suara harus dihitung secara adil sesuai dengan konstitusi dan menunggu keputusan yudisial.

Pompeo mengatakan bahwa dirinya tahu bahwa dunia sedang menaruh perhatian tinggi terhadap pemilu AS. Setiap suara sah harus dihitung, dan setiap suara ilegal harus ditolak.

Ia percaya bahwa Amerika Serikat akan dengan mulus bertransisi ke masa jabatan Presiden Trump yang kedua.

He Qinglian juga menulis dalam tweet pada 10 November : Melalui pemantauan beberapa media pada hari ini, dikejutkan dengan tiba-tiba terhentinya ucapan selamat kepada Joe Biden yang datang dari berbagai pihak. Kemarin, saya membaca berita di situs web Kementerian Luar Negeri Tiongkok dan menemukan bahwa Reuters, CNN, dan wartawan lainnya berulang kali mengajukan pertanyaan (soal kapan komunis Tiongkok mengucapkan selamat kepada Joe Biden), tetapi juru bicara terus mengulangi ucapan ‘Itu adalah klaim sepihak oleh Biden’ dan ‘sebaiknya menunggu hasil proses hukum dari pihak yang berwenang’ .

Sebelumnya, kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden mengumumkan kemenangannya pada 7 November. Sehingga beberapa kepala negara seperti Kanada, Inggris, dan Jerman mengirimkan pesan ucapan selamat kepada Biden. Tetapi pemimpin Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un justru diam saja tidak menyikapi.

Pada 7 November, Presiden Trump mengeluarkan pernyataan bahwa pemilihan umum belum berakhir dan proses hukum baru saja dimulai. (sin)

Keterangan Foto : Pada 21 Oktober 2020, Presiden Trump melambai di akhir rapat umum kampanye di Carolina Utara. (SAUL LOEB / AFP melalui Getty Images).

https://www.youtube.com/watch?v=vPnf-AX5CW4