Chief Medical Officer Moderna : Tidak Ada Bukti, Vaksin Dapat Menghentikan Penyebaran Virus

Chief Medical Officer Moderna yang efektifitas vaksinnya mencapai 95% menyatakan, bahwa produk vaksin milik perusahaan mungkin tidak bisa membuat orang segera kembali beraktivitas secara normal karena belum terbukti mampu mencegah penyebaran virus komunis Tiongkok atau COVID-19, pneumonia Wuhan.  

Saat ini, sudah tersiar kabar baik tentang adanya beberapa vaksin yang dapat memberi lebih banyak pilihan kepada orang untuk mencegah tertular dari virus komunis Tiongkok atau COVID-19  yang mematikan itu. 

Namun, Chief Medical Officer Moderna yang efektifitas vaksinnya mencapai 95% mengatakan, bahwa produk serupa milik perusahaan mungkin tidak bisa membuat orang segera kembali beraktivitas secara normal karena belum terbukti mampu mencegah penyebaran virus tersebut.

Tal Zaks, chief medical officer Moderna mengungkapkan dari penelitian menunjukkan bahwa vaksin virus komunis Tiongkok dari perusahaan bioteknologi ini dapat secara efektif mencegah orang tertular virus komunis Tiongkok. Tetapi tidak ada bukti konklusif bahwa vaksin dapat mencegah orang yang “sementara” membawa virus, dan bahkan dapat menginfeksi orang lain yang belum divaksinasi.

Tal Zaks mengatakan kepada Axios dalam sebuah wawancara TV yang dirilis pada Senin 23 November lalu.

“Saya pikir kita perlu berhati-hati saat melakukan vaksinasi dan tidak menjelaskan secara berlebihan soal keampuhan (vaksin). Ketika kami mulai menyebarkan vaksin, kita belum memiliki cukup data spesifik untuk membuktikan bahwa vaksin ini mampu mengurangi penularan,” kata Tal Zaks.

“Apakah saya percaya itu akan mengurangi penularan ? Ya, itu sudah pasti. Alasan saya mengatakan ini karena ini berdasarkan ilmu pengetahuan,” tambah Tal Zaks.

Lebih jauh Tal Zaks.

 Mengatakan, “Tapi tidak ada bukti (yang menunjang pernyataan ini). Saya pikir yang penting adalah kita tidak hanya berdasarkan vaksinasi, lalu mengubah perilaku (terhadap pencegahan penyebaran epidemi yang ada)”.

Moderna yang berbasis di Massachusetts mengungkapkan minggu lalu bahwa vaksin eksperimentalnya hampir 95% efektif dalam uji klinis tahap akhir. Pfizer dan AstraZeneca juga melaporkan bahwa vaksin mereka sangat efektif melawan virus komunis Tiongkok.

Pernyataan Tal Zaks mengirimkan sinyal lain yakni meskipun jika farmasi memproduksi vaksin yang aman dan efektif pada tingkat yang mengkhawatirkan, vaksin juga membutuhkan waktu untuk mengakhiri pandemi global dan membantu pemulihan ekonomi.

Sementara itu, pada hari Jumat 20 November, Pfizer Pharmaceuticals meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) untuk membebaskan bea bagi vaksinnya guna penggunaan darurat. Moderna diperkirakan juga akan mengajukan permintaan serupa dalam beberapa minggu ke depan.

Para pejabat Amerika Serikat mengatakan bahwa mereka berencana untuk menyiapkan jutaan dosis vaksin pada akhir tahun ini. Namun, vaksin tersebut diperkirakan belum dapat didistribusikan secara luas hingga musim semi tahun depan.

Hingga hari Selasa, 24 November pukul 7:57 pagi, harga saham Moderna pada dasarnya relatif stabil dalam perdagangan pra-pasar di bursa saham Amerika Serikat, yakni sekitar USD. 101. (sin)

Keterangan Foto : Perusahaan farmasi Pfizer dan Moderna secara berturut-turut mengumumkan keberhasilan uji coba vaksin mereka. (Shutterstock)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=QBy_zxyUXZg