Mengenang Natal yang Kudus: ‘Pemujaan Orang Majus’

ERIC BESS

Sangat mudah untuk melupakan tujuan Natal dengan hiruk-pikuk yang disambut dengan belanja akhir tahun. Musim liburan kali ini, saya ingin menggunakan lukisan Jan Gossaert yang berjudul “The Adoration of the Magi” (Pemujaan Orang Majus) untuk mengingatkan kita mengapa Natal begitu istimewa.

Kelahiran Yesus

“Pemujaan Orang Majus” juga dikenal sebagai “Pemujaan Para Raja,” menggambarkan kisah Alkitabiah yang disajikan dalam Matius 2 di mana tiga orang bijak, dibimbing oleh bintang, melakukan per- jalanan dari Timur untuk melihat Yesus Kristus yang baru lahir.

Dalam perjalanan mereka, tiga orang bijak bertanya di mana mereka dapat menemukan bayi yang baru lahir, yang dinubuatkan menjadi raja, karena mereka melakukan perjalanan untuk memberi persembahan dan memujanya.

Domba dan kota besar di latar belakang, ditampilkan dalam detail Adoration of the Magi. (PD-AS)

Raja Herodes mendengar bahwa orang- orang majus sedang mencari Yesus, dan dia gelisah. Dia percaya bahwa kekuatannya terancam dan mengumpulkan semua imam kepala dan juru tulisnya untuk bertanya kepada mereka di mana Yesus akan dilahirkan. Mereka memberi tahu bahwa telah dinubuatkan bahwa Yesus akan lahir di Betlehem.

Setelah mendengar ini, Herodes mengirim ketiga orang bijak itu ke Betlehem dan memerintahkan mereka untuk mencari bayi yang baru lahir dengan dalih palsu bahwa dia akan menyembah juga. Tiga orang bijak tersebut mengambil perintah Herodes dan pergi.

Ketika mereka meninggalkan Herodes, orang-orang bijak tersebut diberi petunjuk oleh bintang itu lagi, dan mereka semua bersukacita. Bintang  membawa mereka ke tempat Yesus dilahirkan. Mereka melihat Maria dan Yesus, lalu bersujud menyembah mereka, dan memberikan hadiah berupa emas, kemenyan, dan dupa.

Setelah merayakan kelahiran Yesus, ketiga orang bijak itu tidur dan bermimpi yang memperingatkan mereka untuk tidak kembali ke Herodes. Saat bangun, mereka mengambil rute lain untuk pulang.

Suami Maria, Yusuf, juga diperingatkan dalam mimpi untuk membawa Yesus yang baru lahir dan melarikan diri ke Mesir sampai Herodes meninggal.

Yesus mengambil koin emas, dengan detail “Adoration of the Magi.” (PD-AS)

Herodes menjadi marah ketika dia menyadari bahwa ketiga orang bijak itu tidak kembali. Dia masih tidak tahu lokasi raja yang dinubuatkan. Jadi Herodes memutuskan untuk membunuh semua bocah laki-laki di Betlehem, yang menyebabkan dia menderita sakit yang hebat sampai kematiannya.

Setelah kematian Herodes, atas nasihat malaikat dan peringatan Tuhan, Yusuf dan keluarganya pergi ke Nazaret dan tinggal di sana.

“Pemujaan Orang Majus”

“The Adoration of the Magi” karya Jan Gossaert adalah lukisan kompleks dengan banyak simbolisme.

Topi merah Raja Caspar bertuliskan namanya, dengan detail “Adoration of the Magi.” (PD-AS)

Maria dan Yesus adalah titik  fokus-nya dan terletak di tengah-tengah bagian bawah komposisi. Maria duduk di tengah- tengah apa yang tampak seperti reruntuhan bangunan yang dulunya bagus, dan di kejauhan tampak kota besar tempat domba digembalakan.

Maria mengenakan jubah biru dan menggendong bayi Yesus di  pangkuannya. Di sebelah kanan Maria dan Yesus adalah salah satu dari tiga orang bijak, Caspar, yang menawarkan hadiah koin emas dalam piala emas kepada Yesus. Yesus memandang Caspar dan mengambil salah satu koin di tangan kirinya.

Caspar melepaskan topinya untuk menghormati. Tutup piala berada di sebelah topinya dan bertuliskan nama Caspar [L]EROII IASPAR dengan hiasan, huruf emas di dasar tutup piala.

Orang bijak kedua, Melchior, berdiri di belakang Caspar dengan pengiringnya. Melchior sedang menunggu untuk mempersembahkan hadiah kemenyan, yang disimpan dalam bejana emas indah yang dia pegang.

Orang bijak ketiga,  Balthasar,  ada di sisi kiri Maria dan Yesus. Balthasar, seperti Melchior, juga dikelilingi oleh pengawalnya. Mahkota Balthasar bertuliskan namanya, BALTAZAR, dan nama pelukis, GOSSAERT. Nama Balthasar tertulis dengan hiasan huruf emas dengan latar belakang merah di bagian paling atas mahkotanya.

Raja Melchior dengan pengawalnya, di belakang Caspar, dalam detail “Adorasi of The Magi.” (PD-AS)

GOSSAERT juga dihiasi dengan hiasan huruf emas dengan latar belakang merah di kain yang tergantung dari mahkota Balthasar. Raja ini membawa bejana emas berisi dupa yang dia tunggu untuk dipersembahkan kepada Yesus.

Balthasar juga mengenakan selendang berjumbai yang bertuliskan kata-kata pembuka doa kepada Maria: “Salve regina misericordiae” [Salam Ratu Suci, Bunda Pengasih].

Yusuf ditampilkan mengenakan jubah merah, berdiri di antara Maria dan Balthasar. Joseph memandang ke sembilan malaikat yang melayang  di atas. Sembilan malaikat mungkin mewakili sembilan ordo malaikat.

Raja Balthasar mengenakan mahkotanya yang bertuliskan, dengan detail “Adoration of the Magi.” (PD-AS)

Tangan semua malaikat ditangkupkan, kecuali satu, seolah-olah mereka berdoa untuk menghormati kejadian sakral. Malaikat yang tidak menangkupkan tangannya saat berdoa malah memegang gulungan naskah bertuliskan “Gloria in excelsis deo” [Puji Tuhan Yang Mahatinggi].

Di kejauhan, di tengah atas komposisi ada bintang terang dan burung merpati. Bintang tersebut berpotensi mewakili Tuhan atau bintang yang menuntun orang bijak kepada Yesus. Burung merpati biasanya melambangkan Roh Kudus.

Mengingat Natal Suci

Jan Gossaert melakukan  pekerjaan yang bagus untuk mengemas banyak hal ke dalam komposisi ini. Dia berhasil menceritakan kisah yang sedang berlangsung dengan gambar diam.

Jan menggambarkan Maria dan  Yesus duduk di tengah reruntuhan, dengan latar belakang kota besar.  Apakah  kota yang hancur itu mewakili hukum moral Perjanjian Lama — hukum yang harus dipenuhi oleh Yesus, melalui hati, pikiran, dan tindakannya? Apakah ini  sebabnya ada domba yang digembalakan di latar belakang kota yang indah itu? Jika ya, apakah kota yang indah itu melambangkan surga? Ataukah para gembala meninggalkan kota agar mereka juga bisa menyaksikan peristiwa sakral itu?

Sebuah stola berpohon yang disulam dengan doa, dengan detail “Adoration of the Magi.” (PD-AS)

Tiga orang bijak mempersembahkan hadiah mereka untuk merayakan kelahiran Yesus. Emas untuk upeti, kemenyan melambangkan pengorbanan, dan dupa untuk menguburkan orang mati. Ini mewakili Yesus sebagai raja, Tuhan, dan manusia.

Yusuf melihat ke langit seolah-olah dia menerima pesan dari para malaikat untuk membawa Yesus dari tempat ini untuk menghindari bahaya Raja Herodes.

Namun, yang paling penting adalah bagaimana langit dan bumi menjadi saksi peristiwa sakral tersebut. Orang-orang datang dari seluruh dunia untuk  melihat manifestasi Ilahi itu sendiri di bumi dan untuk memberikan rasa hormat yang sesuai.

Seorang malaikat memegang gulungan, dengan detail “Adoration of the Magi.” (PD-AS)

Bahkan seluruh surga telah menjadi saksi: sembilan malaikat — yang, jika mereka mewakili sembilan kelompok malaikat, akan termasuk semua pertolongan  Tuhan di surga; burung merpati sebagai Roh Kudus; dan bintang, yang mungkin mewakili Tuhan. Semuanya berhenti untuk menyaksikan sakralitas peristiwa ini.

Liburan akhir tahun ini, masih dapat menawarkan kita kenyamanan hidup manusia untuk beberapa hal, seperti pertukaran hadiah, berbagi makanan dan tradisi, dan pertemuan dengan orang yang dicintai atau setidaknya bersentuhan dengan mereka. Tapi mungkin itu juga menawarkan kita kesempatan untuk menghargai yang Ilahi di bumi ini.

Mungkin kita bisa menangkap kembali makna Natal yang lebih mendalam selain membeli barang-barang yang tidak bisa kita bawa saat kita mati. Dengan hanya berhenti dan meluangkan waktu sejenak dalam hati dan pikiran, kita dapat memberi penghormatan kepada yang  kudus dan mengingat bahwa Ilahi bermanifestasi di tengah-tengah kita di bumi — terkadang kapan dan di mana kita tidak mengharapkannya. Dengan pengakuan ini, mungkin pikiran kita akan tenang, harapan kita terhadap orang lain akan berkurang, serta hati kita akan penuh dengan kebaikan dan kegembiraan. (ajg)

Keterangan Foto : Sebuah detail dari “Adoration of the Magi,” sekitar tahun 1510-1515, oleh Jan Gossaert. Minyak di atas Kayu, 69,7 inci kali 63,7 inci. National Gallery London. (PD-AS)

Seni memiliki kemampuan luar biasa untuk menunjukkan apa yang tidak bisa dilihat sehingga kita mungkin bertanya “Apa artinya ini bagi saya dan semua orang yang melihatnya?” “Bagaimana hal itu memengaruhi masa lalu dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi masa depan?” Apa yang disarankannya tentang pengalaman manusia? Ini adalah beberapa pertanyaan yang saya jelajahi dalam seri saya “Reaching Within: What Traditional Art Offers the Heart.”

Eric Bess adalah seniman representasional dan merupakan kandidat doktoral di Institute for Doctoral Studies in the Visual Arts (IDSVA).