Xi Jinping dan Vladimir Putin Mempunyai Pertukaran Tahun Baru yang Tidak Biasa

oleh Zhou Xiaohui

Komunikasi antara Pemimpin Tiongkok, Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin melalui telepon saat momen Tahun Baru, dinilai sangat tidak biasa dan penuh kebohongan-kebohongan.

Laporan media Komunis Tiongkok, pada malam 28 Desember, menyebutkan bahwa pemimpin Tiongkok, Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara di telepon dan saling mengucapkan Selamat Tahun Baru. Dibandingkan dengan isi ucapan Tahun Baru yang lalu antara pemimpin Tiongkok dengan pemimpin Rusia dari tahun 2016 hingga 2019, salam tahun ini adalah sangat tidak biasa. 

Ada kebohongan-kebohongan yang tidak biasa seperti berikut ini.

Pertama, gaya sapaan yang berbeda. 

Dalam empat tahun terakhir, Xi Jinping dan Vladimir Putin saling bertukar surat ucapan selamat Tahun Baru. Namun pada tahun ini, mereka berbicara melalui telepon. Menurut laporan, Xi Jinping tidak menelepon pada waktu yang ditentukan. Itu berarti Beijing memulai panggilan tersebut. Apakah ada alasan khusus atau hal khusus  untuk dibicarakan di telepon kali ini? Apa tujuannya?

Kedua, waktunya berbeda. 

Dalam empat tahun terakhir, kedua belah pihak saling mengucapkan Selamat Tahun Baru pada Malam Tahun Baru, yaitu pada tanggal 31 Desember. Namun, tahun ini tidak seperti biasanya dan tidak terduga, yaitu tiga hari sebelum Malam Tahun Baru. Mengapa dilakukan lebih awal?

Ketiga, para pemimpin Tiongkok dan Rusia saling mengucapkan  Selamat Tahun Baru, tetapi saling sapa perdana menteri kedua negara tersebut menghilang. Dalam empat tahun terakhir,

pertukaran pesan Tahun Baru oleh kepala negara Tiongkok dan Rusia diikuti oleh pertukaran pesan Tahun Baru antara perdana menteri Tiongkok dan Rusia. Namun, dalam pemberitaan media, tidak disebutkan pertukaran pesan Tahun Baru antara Perdana Menteri Tiongkok, Li Keqiang dengan Perdana Menteri Rusia, Mishustin.

Apakah ini berarti surat ucapan Selamat Tahun Baru antara kedua perdana menteri tersebut masih terkirim seperti biasa, dan hanya salam antara kedua pemimpin tersebut yang luar biasa?

Keempat, isi salam  berbeda. 

Pada akhir bulan Desember 2019, menurut sebuah laporan oleh Xinhua, Xi Jinping mengulas persahabatan Tiongkok dengan Rusia dengan keyakinan penuh pada pesan ucapan selamat dari Xi Jinping. 

“Hubungan Tiongkok-Rusia telah memasuki era baru,” kata Xi Jinping. 

“Kami menandatangani dan mengeluarkan  pernyataan bersama mengenai penguatan stabilitas strategis global kontemporer, yang menunjukkan tekad kuat kami untuk bersama-sama menjaga  stabilitas strategis global.”

Sambil menantikan tahun 2021, Xi Jinping mengatakan ia siap untuk tetap mengadakan kontak dekat dengan Vladimir Putin, guna mendongkrak momentum pembangunan masing-masing negara dan revitalisasi Tiongkok dan Rusia.

Sebaliknya, pesan Vladimir Putin  cukup singkat. Putin  mengakui bahwa kedua belah pihak memiliki “konsensus, yang membuka prospek baru untuk saling menguntungkan dalam kerjasama di berbagai bidang. Itu dengan upaya bersama,  kerjasama yang komprehensif antara Rusia dan Tiongkok serta koordinasi Rusia dan Tiongkok yang konstruktif dalam masalah internasional akan ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi.

Pesan-pesan ucapan Selamat Tahun Baru dalam tiga tahun sebelumnya, meski berbeda susunan kata, isi dan tema adalah serupa dengan tahun  2019, yang menyampaikan bahwa Rusia dan Tiongkok merasa puas dengan kerja sama masa lalu dan menantikan masa depan.

Namun, dalam dunia yang bergejolak yang kita hadapi tahun ini, isi pembicaraan di telepon pada tahun 2020 antara Xi Jinping dengan Vladimir Putin agak berbeda. Pertama-tama, Xi Jinping mengungkapkan kepeduliannya terhadap lingkungan internasional yang dihadapi oleh Partai Komunis Tiongkok. 

Xinhua mengutip Xi Jinping yang mengatakan, bahwa tahun 2020 telah menjadi sebuah tahun yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan wabah pandemi COVID-19 telah  membawa tantangan berat bagi kehidupan dan keamanan bagi umat manusia dan  berdampak sangat besar pada ekonomi global.

Subteksnya adalah bahwa Partai Komunis Tiongkok juga sangat kuat terpengaruh, sehingga dapat dikatakan bahwa Partai Komunis Tiongkok menghadapi sebuah masa sulit.

Selanjutnya Xi Jinping mengungkapkan pentingnya hubungan dengan Rusia selama  saat krisis  dan meninjau kerjasama dan dukungan antara kedua negara selama tahun lalu. Xi Jinping  menekankan, “Tahun depan menandai  peringatan penandatanganan Traktat Kebaikan Tiongkok-Rusia yang  bertetangga dan Kerjasama yang Ramah yang ke-20.” 

Xi Jinping meminta kedua negara untuk menjadikan hari peringatan penandatanganan Traktat tersebut sebagai sebuah kesempatan untuk mendorong kerja sama bilateral menuju tingkat

Selanjutnya. Xi Jinping juga mencatat bahwa “hubungan bilateral tidak terpengaruh oleh perubahan situasi internasional.”

Xi Jinping menambahkan bahwa kerja sama strategis antara Tiongkok dan Rusia dapat secara efektif menolak setiap upaya untuk menekan dan memecah belah kedua negara. Dia 

berharap kedua negara dapat memberikan kontribusi yang lebih besar untuk membangun sebuah jenis hubungan internasional yang baru dan sebuah komunitas dengan masa depan bersama untuk umat manusia.”

Subteks tersebut menyebutkan bahwa Xi Jinping merasa khawatir Rusia akan semakin dekat dengan  Amerika Serikat. Hal ini terbukti dalam tekanan yang saat ini dihadapi Xi Jinping dari pemerintahan Amerika Serikat.

Menanggapi sikap ramah Xi Jinping, Vladimir Putin menjawab dengan nada yang lebih lembut. Vladimir Putin  mengatakan bahwa Rusia akan terus berkomitmen untuk mendorong pengembangan tingkat-tinggi  kemitraan koordinasi Tiongkok-Rusia yang strategis dan komprehensif. Putin juga mengharapkan kedua negara dapat terus  saling mendukung dalam masalah yang menjadi perhatian utama dan meningkatkan  koordinasi yang strategis dan kerjasama dalam urusan internasional untuk memberikan kontribusi terhadap stabilitas global. 

Namun, tanggapan Vladimir Putin mungkin jauh dari harapan Xi Jinping.

Bagaimanapun, Vladimir Putin tidak menanggapi “masa sulit” Xi Jinping, “sebuah jenis hubungan internasional,” atau permintaan tersirat agar Rusia menjaga jarak dari Amerika Serikat. 

Faktanya, Rusia, lahir dari Uni Soviet, amat memahami niat Partai Komunis Tiongkok dan tahu cara terbaik untuk meminta bantuan dari “seekor harimau”. Menilai dari interaksi antara Amerika Serikat dengan Rusia dalam dua tahun terakhir, terutama antara Donald Trump dengan Vladimir Putin, tidak diragukan lagi, Vladimir Putin lebih suka mendukung siapa.

Vladimir Putin tentu saja tidak keberatan untuk terus menjalin sebuah kemitraan yang dangkal dengan Partai Komunis Tiongkok jika ia bisa mendapatkan keuntungan maksimal dari Partai Komunis Tiongkok. Tetapi dalam hal kepentingan fundamental, Rusia tidak akan pernah mengorbankan dirinya untuk Partai Komunis Tiongkok.

Lalu apa alasan dan tujuan di balik panggilan telepon yang tidak biasa antara pemimpin Tiongkok dengan pemimpin Rusia? 

Mungkin panggilan telepon tersebut untuk menghalau desas-desus yang beredar belakangan ini di kalangan internet Tiongkok mengenai kesehatan Xi Jinping yang buruk. Panggilan telepon tersebut dimaksudkan untuk membuktikan bahwa Xi Jinping masih hidup dan sehat.

Baru-baru ini, publik internet Tiongkok ramai membicarakan mengenai dugaan stres mental yang diderita Xi Jinping akibat tekanan dari Amerika Serikat. Rangkaian sanksi yang ditargetkan Donald Trump  telah menyebabkan Partai Komunis Tiongkok  panik. Tidak mengherankan jika Xi Jinping baru saja  menyebutkan “masa kritis yang luar biasa ini” selama pertemuan  Politbiro Partai Komunis Tiongkok   baru-baru ini.

Kondisi kesehatan para pejabat tinggi Partai Komunis Tiongkok dianggap sebagai rahasia negara. Mungkin orang-orang dalam lingkaran  Partai Komunis Tiongkok yang tahu mengenai kesehatan Xi Jinping dengan sengaja mengungkap berita di internet. Sepertinya faksi-faksi  di dalam Partai Komunis Tiongkok yang tidak menyukai Xi Jinping sedang menguji keadaan, mengukur apakah mereka dapat mempersiapkan operasi masa depan.

Setelah Xi Jinping berkuasa, banyak pejabat di faksi yang setia kepada mantan pemimpin terpenting Jiang Zemin dipecat karena kampanye antikorupsi Xi Jinping. 

Xi Jinping terus-menerus menekankan kepada para pejabatnya bahwa Xi Jinping  adalah adalah orang yang mengendalikan keadaan. 

Namun, Xi Jinping terus menghadapi tantangan faksi yang berupaya menggoyangkan kekuasaannya yakni  dari faksi Jiang Zemin, kiri, reformis, dan sentris. Khususnya, daftar sanksi yang berkembang dari Amerika Serikat, yang mencakup pembatasan visa untuk beberapa pejabat Partai Komunis Tiongkok, anggota Partai Komunis Tiongkok, dan keluarga anggota Partai Komunis Tiongkok, telah mempengaruhi kepentingan vital pejabat Partai Komunis Tiongkok yang memiliki aset-aset di luar negeri dan yang keluarganya telah berimigrasi ke luar negeri. 

Mereka secara alami cukup tidak puas dan ingin melompat sebelum “perahu merah” itu tenggelam. Salah satu metode perlindungan diri adalah membocorkan “rahasia” mengenai para pejabat senior.

Xi Jinping tidak peduli dengan perpecahan dalam Partai Komunis Tiongkok. Di media Politbiro baru-baru ini, laporan-laporan media pemerintah mencatat bahwa Xi Jinping meminta anggota Politbiro untuk “mengkritik dan mengkritik diri sendiri,” guna mendukung “pemerintahan Xi Jinping,” dan mempelajari “Pemikiran Xi Jinping.” 

Ini adalah manifestasi lain dari niat Xi Jinping untuk mengendalikan perselisihan dalam Partai Komunis Tiongkok dan mempertahankan kekuasaannya. Hanya saja di bawah tekanan internasional yang luar biasa, dan seiring dengan semakin banyaknya rakyat Tiongkok kecewa dengan Partai Komunis Tiongkok, Partai Komunis Tiongkok mungkin tidak bertahan lama. (Vv)

Keterangan Foto : Presiden Rusia Vladimir Putin dan mitranya dari Tiongkok Xi Jinping bertukar dokumen selama upacara penandatanganan setelah pembicaraan mereka di Kremlin di Moskow pada 5 Juni 2019. (Alexander Zemlianichenko / AFP / Getty Images)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=LuKKUTXg98Q