Untuk Pertama Kalinya, 69 Anggota Parlemen Bersama-sama Meminta Negara G7 untuk Bersama-sama Melawan Komunis Tiongkok

Luo Tingting

Sebanyak 69 anggota kongres dari negara-negara G7, mengeluarkan surat bersama untuk pertama kalinya, menyerukan kepada pemerintah negara-negara G7 untuk merumuskan rencana bersama-sama melawan Komunis Tiongkok

Pemrakarsa inisiatif seruan bersama-sama melawan Komunis Tiongkok ini adalah ketua Dewan Urusan Luar Negeri Jerman Norbert Röttgen dan Perwakilan Republik AS Anthony Gonzalez. Perwakilan Jerman yang berpartisipasi dalam penandatanganan bersama tersebut termasuk anggota Bundestag Jerman dan Parlemen Eropa CDU / CSU, Partai Sosial Demokrat, Partai Demokrat Liberal, dan Partai Hijau.

Pada tanggal 25 Januari, Röttgen memposting surat terbuka dan daftar penandatangan dari negara G7 dan Parlemen Eropa. 

Surat terbuka itu menulis, “Apa yang dilakukan Tiongkok (Partai Komunis) mempengaruhi politik global dan masyarakat kita lebih dari sebelumnya. G7 harus mempertahankan prinsip-prinsip demokrasi dari kepercayaan kita bersama.”

Surat itu juga mencantumkan lima bidang di mana negara-negara G7 harus mengambil inisiatif untuk melawan Komunis Tiongkok, termasuk reformasi organisasi internasional, standar ilmiah dan teknologi, hak asasi manusia, ketegangan di kawasan Indo-Pasifik, dan kerja sama dalam krisis pandemi. 

Ini adalah pertama kalinya anggota Kelompok Tujuh bersama-sama mengirim surat yang menyerukan pemerintah untuk menghadapi Komunis Tiongkok. 

G7 adalah organisasi internasional yang terdiri dari tujuh negara yang perekonomian termaju di dunia, negara anggotanya adalah Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, dan Jepang.

Pada awal 8 Januari, Frankfurter Allgemeine Zeitung di Jerman telah melaporkan rencana surat bersama, mengatakan bahwa negara-negara Barat waspada terhadap kebijakan Komunis Tiongkok yang semakin radikal.

Röttgen, sponsor utama dari surat bersama tersebut, telah berulang kali menekankan bahwa Eropa harus mengambil sikap keras terhadap Komunis Tiongkok. Ia percaya bahwa perilaku agresif Komunis Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik telah menjadi tantangan terbesar bagi tatanan internasional sejak Perang Dunia II.

Dia menekankan: “Kami tidak ingin bermusuhan, tetapi menganjurkan sikap realistis terhadap Tiongkok (Partai Komunis).”

Pada Maret 2020, Röttgen menulis di Frankfurter Allgemeine Zeitung: “Tiongkok (Partai Komunis) bukan hanya mitra, tetapi di atas segalanya adalah pesaing dan lawan institusional.”

Dia menunjukkan, “Uni Eropa seharusnya memiliki strategi satu-Tiongkok sejak lama, tetapi sejauh ini sering gagal karena tidak mau mengutamakan kepentingan bersama.”

Röttgen juga mengomentari situasi di Hong Kong. Pada Mei tahun lalu, Komunis Tiongkok mencoba dengan paksa memperkenalkan “Undang-Undang Keamanan Nasional versi Hong Kong” di Hong Kong, yang menimbulkan reaksi keras dari komunitas internasional. Berbicara di Bundestag, Röttgen mengatakan: “Tiongkok akan menjadi tantangan diplomatik terbesar bagi Jerman, Eropa dan dunia di tahun-tahun mendatang.”

“Kami ingin bekerja sama, tetapi buka ditaklukan.” Röttgen berkata, “Kita harus membela kepentingan kita sendiri. Bukan untuk melawan, tetapi jangan menjilat”

Anggota Kongres dari Partai Republik Gonzalez, yang berpartisipasi dalam penandatanganan bersama, percaya bahwa ancaman yang ditimbulkan oleh Komunis Tiongkok adalah “tantangan diplomatik terbesar di zaman kita.”

Dia mengutip praktik buram Komunis Tiongkok di awal wabah, pelanggaran hak asasi manusia, penyalahgunaan organisasi internasional, dan “perilaku bermusuhan” di kawasan Indo-Pasifik. Bahkan, menyerukan semua negara demokrasi G7 untuk bersatu dan bekerja sama melawan Komunis Tiongkok. (hui)

Keterangan Foto : Bendera negara-negara G7 (DON MACKINNON / AFP melalui Getty Images)