Menghadapi Komunis Tiongkok, Tiga Kekuatan di Eropa Meluncurkan “Gunboat Diplomacy”

Zhang Ting

The “Nikkei Asian Review” menerbitkan komentar pada 5 Maret 2021, dengan bahasa Inggris yang berjudul European navies hold stronger China deterrent than first appears. 

Artikel itu menyatakan bahwa ketika suatu negara mengabaikan aturan internasional, negara-negara kuat di dunia merespons dengan model eskalasi khusus. 

Disebutkan, Pertama, mereka akan mengutuk dengan mengadakan konferensi pers dan mengeluarkan pernyataan. Jika kritik tersebut tidak efektif, mereka akan menjatuhkan sanksi ekonomi untuk memperjelas pandangan mereka. Langkah selanjutnya adalah menerapkan tekanan militer bila diperlukan, termasuk mengirim kapal perang.

Dalam menangani masalah Tiongkok , tanggapan negara-negara besar Eropa mulai meningkat ke pendekatan ketiga. Salah satu contohnya adalah pada 19 Februari, Prancis mengirimkan fregat untuk melakukan latihan militer bersama dengan pasukan Jepang dan AS di perairan dekat Jepang.

Dilaporkan bahwa operasi ini memungkinkan angkatan laut Prancis, Jepang, dan AS menyelesaikan latihan maritim yang menyoroti kemampuan angkatan laut masing-masing.

Penindasan intensif Beijing terhadap hak asasi manusia di Hong Kong dan Xinjiang, dan meningkatnya provokasi di Laut China Selatan, menimbulkan ketidakpuasan di negara-negara Barat. Langkah Prancis ini, juga merupakan saat Eropa mengintensifkan tanggapannya terhadap Komunis Tiongkok.

Inggris, Prancis dan Jerman meluncurkan “Gunboat Diplomacy” melawan Komunis Tiongkok

Sebuah survei yang dirilis oleh Pew Research Center pada Oktober tahun lalu menunjukkan bahwa lebih dari 70% responden di Inggris , Prancis, dan Jerman memiliki pandangan negatif terhadap Tiongkok (Komunis Tiongkok).

Menurut Nikkei, ketidakpuasan dan kecemasan publik di tiga negara besar Eropa terhadap Beijing, kini terwujud dalam bentuk yang bisa disebut “diplomasi kapal perang”(gunboat diplomacy).

Sejak akhir Perang Dunia II, Eropa telah memfokuskan pengalaman geopolitiknya di Rusia. Akan tetapi, langkah baru-baru ini oleh negara-negara Eropa telah menandai perubahan yang menarik dalam strategi Eropa.

Catatan khusus adalah langkah Prancis, yang memiliki Kaledonia Baru dan wilayah lain di Pasifik Selatan. Prancis juga menempatkan ribuan tentara, kapal, dan pesawat di daerah tersebut.

Selain mengirimkan fregat, Prancis juga mengungkapkan pada 8 Februari 2021, bahwa negara tersebut telah mengirimkan kapal selam serang bertenaga nuklir di Laut China Selatan. Seorang pejabat keamanan Asia mengatakan: “Sangat tidak biasa untuk mengungkapkan keberadaan kapal selam nuklir yang sangat rahasia.”

Tugas utama kapal selam hunter-killer adalah menemukan dan menenggelamkan kapal selam musuh. Dengan mengirimkan kapal selam semacam itu ke Laut China Selatan, Prancis mengirimkan peringatan yang jelas kepada Tiongkok. Beberapa analis menduga bahwa Komunis Tiongkok telah mengerahkan kapal selam yang dilengkapi rudal nuklir di sana.

Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly men-tweet foto dua kapal perang itu menuju Laut China Selatan.

“Ini membuktikan bahwa angkatan laut kami mampu melakukan navigasi jarak jauh dan jangka panjang. Mitra strategis kami adalah Australia, Amerika, dan Jepang,” kata Parley.

Prancis diharapkan juga akan mengirim kapal amfibi sebelum musim panas ini. Selanjutnya. mengadakan latihan militer dengan Jepang dan Amerika Serikat untuk pertama kalinya. Tujuannya, untuk mempertahankan pulau-pulau terpencilnya.

Di saat yang sama, Inggris berencana mengirimkan kapal induk tercanggih “Queen Elizabeth” ke kawasan Indo-Pasifik pada akhir tahun ini. Kapal induk tersebut akan tetap berada di kawasan Indo-Pasifik selama beberapa bulan. 

Namun demikian, rencana yang muncul mengindikasikan bahwa Inggris berniat untuk mengirimkan kapal induk. Yang mana, sudah hampir lama ditempatkan di kawasan Indo-Pasifik di masa mendatang.

Seorang pejabat pemerintah Jerman mengungkapkan pada 2 Maret, bahwa fregat Jerman akan berangkat ke Asia pada bulan Agustus dan akan melewati Laut Vietnam-Tiongkok dalam perjalanan pulang. Ini akan menjadi kapal perang Jerman pertama yang berlayar melalui Laut China Selatan dalam dua dekade terakhir.

Pemerintah AS memuji rencana Jerman mengirimkan kapal perang melintasi Laut China di Vietnam. AS menyatakan menyambut baik dukungan Jerman untuk menjaga tatanan internasional di kawasan Indo-Pasifik.  Sementara Beijing menyatakan ketidakpuasannya dengan langkah Jerman.

“Nikkei” sebelumnya memberitakan bahwa untuk Jerman, pengiriman kapal perang ke kawasan Indo-Pasifik merupakan langkah yang langka. Pasalnya, Jerman tidak memiliki wilayah Indo-Pasifik sendiri, tidak seperti Inggris dan Prancis.

“Nikkei” mengutip seorang diplomat Eropa yang mengatakan bahwa tindakan Inggris, Prancis, dan Jerman mencerminkan meningkatnya kewaspadaan kekuatan Eropa terhadap Tiongkok (Komunis Tiongkok). 

Sumber tersebut mengatakan bahwa tindakan represif Komunis Tiongkok di Hong Kong dan Xinjiang dan pandemi, telah membuat pandangan mereka yang sudah suram tentang Beijing, menjadi semakin suram.

Tindakan provokatif Komunis Tiongkok di Laut China Selatan menjadi ancaman bagi kepentingan ekonomi negara-negara Eropa. Laut China Selatan merupakan jalur pelayaran penting, membawa sekitar 10% volume perdagangan Inggris, Prancis, dan Jerman.

Tekanan militer dari tiga kekuatan Eropa menghalangi Komunis Tiongkok setidaknya dalam dua cara

Menurut laporan Nikkei, pejabat keamanan di Asia dan Eropa menyatakan bahwa tindakan Inggris, Prancis, dan Jerman, diharapkan dapat membantu melawan tindakan militer Komunis Tiongkok setidaknya dalam dua aspek.

Pertama, jika Eropa menunjukkan kemampuan dan kemauan mereka untuk memproyeksikan kekuatan angkatan laut di kawasan Indo-Pasifik, Tiongkok (Komunis Tiongkok) tidak akan punya pilihan selain mengubah rencana aksinya untuk Taiwan dan Laut China Selatan. 

Militer Komunis Tiongkok harus berasumsi bahwa jika terjadi konflik, Inggris, Prancis, Jerman, serta Jepang dan Australia akan memberikan beberapa bentuk dukungan kepada militer AS. Ini akan menetapkan ambang batas yang lebih tinggi bagi Komunis Tiongkok, tak lain untuk memutuskan mengambil tindakan militer.

Nicolas Regaud, yang telah sangat terlibat dalam strategi Indo-Pasifik di Kementerian Pertahanan Prancis hingga tahun 2019, mengatakan bahwa meskipun Inggris, Prancis, dan Jerman tidak secara langsung bergabung dalam pertempuran, mereka secara tidak langsung dapat mendukung militer AS. 

Kini Nicolas  menjadi peneliti senior dan direktur urusan pembangunan internasional di Institut Riset Strategis Kementerian Angkatan Bersenjata.

Regaud mengatakan : “Jika Tiongkok (Komunis Tiongkok) mengambil tindakan militer yang melibatkan Amerika Serikat di kawasan Indo-Pasifik, seperti di Selat Taiwan, Eropa kemungkinan tidak akan berdiam diri dan tidak mengambil tindakan.”

Kedua, jika Inggris dan Prancis terus mengirimkan kapal ke kawasan Indo-Pasifik, maka kawasan itu akan membentuk kerangka kerja sama angkatan laut baru yang dipimpin Amerika Serikat. Inggris dan Prancis dapat memperkuat kerja sama tim dengan Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan negara lain dengan mengadakan latihan maritim bersama di kawasan tersebut.

The “Queen Elizabeth” sendiri adalah contoh operasi hibrida militer antara Inggris dan Amerika Serikat. Ini membawa pesawat dari Korps Marinir AS dan pesawat Inggris. Kapal perusak Amerika juga bergabung dengan kapal Inggris untuk mengawal kapal induk.

Meskipun pengiriman kapal perang oleh Inggris, Prancis, dan Jerman ke kawasan Indo-Pasifik dapat menimbulkan ketidakpuasan terhadap Komunis Tiongkok. Bahkan dapat memicu pembalasan oleh Komunis Tiongkok, langkah ini dapat menghalangi tindakan provokatif Komunis Tiongkok di Selat Taiwan dan laut China Selatan. 

Jika Eropa memperdalam kontak militer dengan kawasan Indo-Pasifik, peran Jepang juga akan meningkat. Jepang adalah satu-satunya negara di Asia yang memiliki pelabuhan yang dapat dikunjungi oleh kapal induk dan mendapatkan maintenance secara total. (hui)

Keterangan Foto : Gambar menunjukkan foto data kapal perang Prancis. (THOMAS COEX / AFP melalui Getty Images)

Video Rekomendasi :