Komunis Tiongkok Ingin Serang Taiwan Tapi Tak Punya Pengalaman Pertempuran Nyata

 Alexander Liao

Para pelaut berdiri dekat jet-jet tempur di atas dek kapal induk Liaoning milik Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok saat kapal induk tersebut ikut serta dalam sebuah parade laut untuk memperingati Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok ke-70 di laut dekat Qingdao, Provinsi Shandong, Tiongkok timur pada 23 April 2019 silam.

Baru-baru ini, banyak titik-titik api konflik secara tiba-tiba memanas di seluruh dunia. Saat terjadi titik-titik api konflik internasional, pada dasarnya tidak ada perubahan-perubahan besar dari akhir abad lalu hingga saat ini.

Konflik Israel-Palestina di Timur Tengah kini menjadi konflik Israel-Iran; volatilitas dengan Eropa Timur kini dibuktikan dengan konflik antara Rusia dam Ukraina; Semenanjung Balkan adalah satu-satunya kawasan yang menjadi sedikit lebih tenang.

Saat ini, semua titik-titik api utama konflik internasional yang tersisa adalah terkait dengan Tiongkok, yaitu Semenanjung Korea, Kepulauan Diaoyu, Selat Taiwan, Laut Tiongkok Selatan, serta Tiongkok dengan India, dan ketegangan India dengan Pakistan.

Berkenaan dengan Partai Komunis Tiongkok, konflik geopolitik terpenting yang terjadi saat ini adalah peningkatan militerisasi Partai Komunis Tiongkok terhadap Taiwan.

Mulai awal bulan April, pesawat militer Partai Komunis Tiongkok memasuki Zona Identifikasi Pertahanan Udara Taiwan setiap hari selama sepuluh hari berturut-turut dengan total 74 serangan ke zona penyangga tersebut.

Secara khusus, pada Senin, 12 April, Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan mengumumkan bahwa 25 pesawat tempur militer Partai Komunis Tiongkok yang memecahkan rekor memasuki Zona Identifikasi Pertahanan Udara Taiwan pada hari itu saja. 

Pesawat-pesawat tempur ini terdiri dari dua pesawat anti-kapal selam Y-8, satu pesawat pengintai Air Police-500, empat jet tempur J-10, empat belas jet tempur J-16, dan empat pesawat pembom strategis H-6K. Empat model pembom H-6K yang diterbangkan memiliki kemampuan senjata nuklir.     

Menurut peta yang disediakan oleh Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan, semua pesawat militer Tiongkok terbang di dekat Kepulauan Pratas dan tidak melintasi tengah Selat Taiwan.

Sejak bulan April, Partai Komunis Tiongkok mengerahkan jenis-jenis pesawat militer yang serupa, dan dari jenis pesawat yang dikerahkan, kita dapat menyimpulkan niat-niat Partai Komunis Tiongkok.

Pesawat pengintai Air Police-500 adalah suatu keharusan untuk operasi-operasi udara jarak-jauh yang modern.

Jet tempur J-10 adalah sebuah pesawat militer utama untuk pertempuran udara; fungsi dan desainnya mirip dengan F-16 milik Amerika Serikat. J-16 dikembangkan dari seri J- 11B dan J-16 diklaim sebagai sebuah pesawat tempur dua-kursi multiguna generasi 4,5. J-11 adalah pesawat tempur dua-kursi Su-30 Rusia versi Tiongkok. 

Fungsi pesawat tempur ini mirip dengan pesawat F-15 mesin-kembar Amerika Serikat. Fitur yang menentukan J-11 adalah jaraknya yang jauh dan memiliki kemampuan serangan darat dan laut yang kuat.

H-6K adalah pembom jarak-jauh utama yang dikerahkan oleh Angkatan Udara Komunis Tiongkok. Selain dilengkapi dengan sistem-sistem elektronik yang canggih, H-6K juga membawa berbagai rudal udara-ke-kapal.

Pesawat anti kapal selam Y-8, seperti namanya, berfungsi untuk menggempur kapal-kapal selam.

Sejak tahun lalu, pesawat-pesawat militer ini sering memasuki zona pertahanan udara Taiwan. Pesawat-pesawat militer ini terutama diarahkan pada pertempuran laut.

Musuh operasional tersebut bukanlah target daratan Taiwan, tetapi  armada kapal induk Amerika Serikat yang berpatroli di Laut Tiongkok Selatan.

Hal ini cenderung merupakan kunci perang Partai Komunis Tiongkok  melawan Taiwan.

Partai Komunis Tiongkok telah merencanakan sebuah serangan militer terhadap Taiwan selama bertahun-tahun, dan strategi tempur Partai Komunis Tiongkok melawan Taiwan secara kasar telah diselesaikan. 

Tetapi hambatan terbesar Partai Komunis Tiongkok adalah menangani perlindungan Amerika Serikat terhadap Taiwan. Partai Komunis Tiongkok telah merumuskan berbagai strategi “anti-akses,” terutama untuk mencegah ancaman dari kelompok-kelompok pertempuran kapal induk Amerika Serikat.

Di masa depan, Angkatan Udara akan menentukan hasil perang tersebut. Keuntungan terbesar Partai Komunis Tiongkok atas Amerika Serikat dalam pertempuran udara di seluruh Selat Taiwan adalah jaraknya. Kapal induk Amerika Serikat adalah satu-satunya kendala terbesar dalam  penyelidikan Partai Komunis Tiongkok untuk mengambil alih Taiwan.

Oleh karena itu, dalam sepuluh tahun terakhir, fokus strategis Partai Komunis Tiongkok adalah bagaimana caranya berurusan dengan kapal-kapal induk Amerika Serikat. Semua pesawat Partai Komunis Tiongkok yang baru dirancang dipersenjatai yang ditujukan untuk kelompok kapal induk Amerika Serikat.

Partai Komunis Tiongkok Kurang Memiliki Sebuah Komando Militer dengan Pengalaman Tempur

Setelah Partai Komunis Tiongkok membangun kekuatannya di Tiongkok, sebagian besar perang besar diperintahkan oleh jenderal-jenderal yang memiliki banyak pengalaman tempur. Bahkan di tahun 1979 perang melawan Vietnam, sejumlah besar komandan jenderal adalah para prajurit berpengalaman yang telah berpartisipasi dalam perang sebelumnya. Kini, semua jenderal-jenderal ini telah tiada.

Dunia luar tidak memiliki cara untuk mengukur kualitas generasi baru jenderal-jenderal Partai Komunis Tiongkok ini. Namun, satu hal yang pasti: banyak jenderal di angkatan bersenjata Partai Komunis Tiongkok bukanlah jenderal-jenderal yang berdasarkan prestasi.

Setelah Partai Komunis Tiongkok membentuk kekuatannya, kinerja pertempuran Angkatan Udara Partai Komunis Tiongkok adalah sedikit lebih baik daripada Angkatan Laut Partai Komunis Tiongkok. Angkatan Udara Partai Komunis Tiongkok berpartisipasi dalam operasi-operasi dalam Perang Korea pada tahun 1950-an dan secara langsung bertempur melawan Angkatan Udara Amerika Serikat. Kemudian, dalam konfrontasi dengan Pemerintah Nasionalis Tiongkok di seberang Selat Taiwan, kedua belah pihak juga melakukan banyak pertempuran udara di tahun 1950-an, dan dari akhir tahun 1960-an hingga awal tahun 1970-an. Selama Perang Vietnam, juga terjadi konflik antara pesawat udara militer Tiongkok dengan pesawat udara militer Amerika Serikat.

Catatan Angkatan Udara Partai Komunis Tiongkok di Korea Timur Laut  dan Korea Utara diperoleh dengan MiG-15 melawan B-26 dan F-80 yang lebih tua milik Amerika Serikat. Tidak ada catatan Angkatan Udara Partai Komunis Tiongkok yang menembak jatuh F-86 Saber Amerika Serikat. Dengan kata lain, Angkatan Udara Partai Komunis Tiongkok berkonsentrasi pada penyerangan pembom-pembom yang lebih lambat.

Pada akhir tahun 1950-an, Angkatan Udara Partai Komunis Tiongkok menerbangkan armada MiG-17 milik Soviet Rusia dalam pertempuran melawan Nasionalis Tiongkok dari Taiwan. Pada saat itu, Taiwan melawan balik dengan pesawat tempur F-86 Amerika Serikat.

Bahkan kemudian, Angkatan Udara Partai Komunis Tiongkok kalah dalam sebagian besar pertempurannya melawan Taiwan. Akibatnya, Angkatan Udara Partai Komunis Tiongkok bersembunyi di dalam negeri dan tidak berani bertempur di laut terbuka.

Angkatan Udara Partai Komunis Tiongkok tidak terbang di atas lautan sampai tahun 1980-an.

Alexander Liao menekankan  bahwa Angkatan Udara Komunis Tiongkok  selalu ada sebagai sebuah kekuatan pertahanan, bukannya sebagai kekuatan penyerangan yang pernah digunakan untuk menyerang.

Setelah tahun 1949, sebagian besar Angkatan Laut Republik Tiongkok yang tua mundur ke Taiwan, melarikan diri dari rezim Komunis di Tiongkok. Meski kapal-kapal perang tua itu diterima dari Amerika Serikat sudah kuno, kapal-kapal perang tua itu masih bernasib jauh lebih baik daripada Angkatan Laut yang didirikan Partai Komunis Tiongkok dengan tergesa-gesa pada tahun 1950-an. 

Angkatan Laut Partai Komunis Tiongkok memiliki sebuah tonase daya tembak yang kecil. Ada beberapa kapal perang dengan berat lebih dari 1.000 ton, kebanyakan terdiri dari kapal-kapal meriam dan kapal-kapal torpedo. Banyak pertempuran laut Partai Komunis Tiongkok melawan Taiwan semuanya adalah serangan laut, yang terdiri dari kapal-kapal perang yang bersembunyi di pulau-pulau pesisir, lalu tiba-tiba melancarkan serangan-serangan mendadak, mendekati kapal-kapal musuh dengan kecepatan tinggi, dan menembakkan torpedo-torpedo sebelum melarikan diri dengan cepat.

Pertempuran laut terakhir antara Nasionalis Tiongkok dengan Partai Komunis Tiongkok adalah pada tahun 1965. Saat itu, Tentara Nasionalis Tiongkok ingin menguasai Kepulauan Pratas. Tentara Komunis Tiongkok memiliki beberapa perahu torpedo yang sedang menunggu untuk menyergap Angkatan Laut Nasionalis Tiongkok. 

Dua dari tiga kapal perang Angkatan Laut Nasionalis Tiongkok tenggelam dan satu kapal perang Angkatan Laut Nasionalis Tiongkok rusak parah.

Teknologi Hanyalah Salah Satu Faktor

Pada tahun 1974, Angkatan Laut Tiongkok dan Angkatan Laut Vietnam Selatan bertempur sekali di Kepulauan Paracel di Laut Tiongkok Selatan dan menang. Kini pertempuran tersebut dikenal sebagai Pertempuran Kepulauan Paracel, upaya terakhir Vietnam Selatan untuk melenyapkan kehadiran militer Tiongkok di daerah tersebut.

Saat itu, Amerika Serikat sudah menarik pasukannya dari Vietnam. Amerika Serikat menjual beberapa kapal perusak dari Perang Dunia II ke Vietnam Selatan dan memberikan pelatihan. Pada saat Pertempuran Kepulauan Paracel, Vietnam Selatan baru saja menerima kapal-kapal Amerika Serikat itu. Kekuatan bertarung tidak dapat dibentuk hanya dengan senjata-senjata berkualitas-tinggi dan tekad. Pengalaman adalah penting.

Dalam pertempuran laut itu, Partai Komunis Tiongkok memiliki empat kapal torpedo dan penyapu ranjau melawan tiga kapal perusak Angkatan Laut Vietnam Selatan. Pihak Vietnam Selatan memiliki keunggulan dalam daya tembak dan tonase.

Alexander Liao mengaku pernah berbicara dengan seorang jenderal Vietnam yang pernah bertugas di Kementerian Pertahanan Vietnam Selatan, dan kemudian menetap di Amerika Serikat. Alexander Liao penasaran mengapa Amerika Serikat tidak mengambil tindakan apa pun selama Pertempuran Kepulauan Paracel melawan Tiongkok?

Amerika Serikat masih memiliki aliansi militer yang utuh dengan Vietnam Selatan. Amerika Serikat wajib memberikan bantuan.

Sang jenderal mengatakan bahwa setelah pertempuran Laut Paracel dimulai, Vietnam Selatan tetap meminta bantuan Amerika Serikat, tanpa tanggapan sejak awal hingga akhir. Menurut sang jenderal, jika pihak Amerika Serikat membantu, hanya dua pesawat tempur Amerika Serikat   saja sudah memecahkan masalah, yang memakan waktu kurang dari sepuluh

menit untuk tiba dari Subic Bay di Filipina ke tempat konflik angkatan laut itu. Namun, permintaan bantuan oleh Vietnam Selatan ke Amerika Serikat tidak dijawab.

Dokumen-dokumen Vietnam Selatan mencatat bahwa setelah Amerika Serikat menyerahkan kapal-kapal perang kepada Vietnam Selatan, Amerika Serikat mengirim sejumlah besar konsultan Angkatan Laut Amerika Serikat untuk melatih para pelaut Vietnam Selatan. Namun, pada tahun 1974, orang-orang Amerika Serikat yang sama itu di Vietnam tiba-tiba menerima perintah-perintah untuk tidak meninggalkan pelabuhan bersama dengan kapal-kapal perang. Oleh karena itu, pertempuran di Laut Paracel diserahkan kepada sekelompok pemula Vietnam Selatan yang mengarungi kapal-kapal perang Amerika melawan Angkatan Laut Tiongkok.

Alexander Liao percaya Amerika Serikat diam-diam setuju Partai Komunis Tiongkok mengambil alih Kepulauan Paracel. Amerika Serikat telah menentukan Vietnam Selatan mau tidak mau akan jatuh ke tangan Vietnam Utara. Pada saat itu, hubungan antara Vietnam Utara dengan Uni Soviet semakin erat.

Di mata Amerika Serikat, Kepulauan Paracel tidak seharusnya jatuh ke tangan Uni Soviet atau Rusia, karena Laut Tiongkok adalah sebuah saluran yang strategis. Strategi kebijakan luar negeri lebih menyukai Vietnam jatuh di tangan Tiongkok, daripada Vietnam jatuh di tangan Uni Soviet saat itu.

Tidak pernah dipublikasikan apakah Amerika Serikat dan Partai Komunis Tiongkok membuat sebuah kesepakatan rahasia mengenai masalah ini. Tetapi Alexander Liao tahu itu setelah Partai Komunis Tiongkok mengambil alih  Kepulauan Paracel dari Vietnam Selatan, anehnya Partai Komunis Tiongkok tidak menempatkan senjata-senjata dan perlengkapan penyerangan di Kepulauan Paracel.

Baru setelah tahun 2008 Partai Komunis Tiongkok mulai menempatkan rudal-rudal di pulau-pulau di  Laut Tiongkok Selatan sekaligus memperluas bandara-bandara,di antara  persiapan-persiapan militer lainnya. Banyak negara dikejutkan dengan tanggapan keras dari pemerintah Amerika Serikat. Mungkin hal itu ada hubungannya dengan Partai Komunis Tiongkok yang menghancurkan pemahaman yang asli secara diam-diam dengan Amerika Serikat?

Semua orang tahu bahwa meningkatkan senjata-senjata membantu hasil sebuah perang. Tetapi hasil sebuah perang tidak pernah hanya masalah kualitas senjata-senjata. Metode-merode pertempuran metode dan metode-metode perintah kepemimpinan juga harus ditingkatkan untuk memastikan kemenangan.

Angkatan Laut dan Angkatan Udara Partai Komunis Tiongkok yang modern  memang memiliki peralatan canggih, tetapi ini tidak berarti bahwa Partai Komunis Tiongkok memiliki kemampuan-kemampuan tempur yang canggih. Keyakinan Mao Zedong diasah dengan memiliki sebuah Angkatan Bersenjata Partai Komunis Tiongkok dengan pengalaman perang yang brutal selama lebih dari dua puluh tahun. 

Militer Partai Komunis Tiongkok saat ini menggunakan strategi-strategi militer yang belum teruji untuk mengendalikan senjata-senjata baru, dan tidak memiliki pengalaman bertempur. Di luar teknologi barunya yang mencolok, masih banyak keraguan mengenai kemampuan militer Partai Komunis Tiongkok dalam peperangan sejati. (Vv)

Alexander Liao seorang kolumnis dan reporter berita untuk studi hubungan internasional di Amerika Serikat, Tiongkok, dan Asia Tenggara. Alexander Liao telah menerbitkan banyak laporan, ulasan, dan program video di surat kabar dan majalah keuangan Tiongkok di Amerika Serikat dan Hong Kong

https://www.youtube.com/watch?v=BerPApNbhCg