Strategi Baru Korp Marinir AS di Asia Pasifik untuk Menghadapi Konflik Senjata dengan Komunis Tiongkok

oleh Jin Shi

Pemerintah komunis Tiongkok semakin menunjukkan ambisinya untuk menguasai dunia, termasuk seringnya menunjukkan kekuatan di Selat Taiwan.

Baru-baru ini, Komandan Korps Marinir Amerika Serikat Jenderal David H. Berger melalui jurnal militer AS terkenal “Military Review” mempresentasikan suatu strategi baru untuk menghadapi konflik senjata dengan komunis Tiongkok.

Jenderal David H. Berger mengatakan bahwa, perkembangan pesat pada teknik rudal dan senjata serang presisi jarak jauh komunis Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir, telah membuat pangkalan darat militer AS di kawasan Indo-Pasifik rentan terhadap serangan. 

Pada saat yang sama, rudal anti-kapal milik komunis Tiongkok Dongfeng-21 dan Dongfeng-26 juga mengancam keselamatan kapal-kapal besar angkatan laut AS. Sebagai tanggapan, Amerika Serikat membutuhkan kelompok pasukan ekspedisi marinir yang ringan, mandiri, dan sangat aktif, yang berada di dekat dengan daerah pesisir Tiongkok.

Tugas utama pasukan ini adalah, melakukan pengawasan dan pengawasan balasan (Counter Surveillance). Selain itu, melakukan pengintaian terhadap kegiatan musuh, dan menggagalkan kegiatan pengawasan yang membuat musuh frustasi. Strategi baru ini menjungkirbalikkan misi tradisional Korps Marinir. Selama beberapa dekade, Korps Marinir AS telah menjadikan operasi serangan amfibi dari laut ke darat sebagai prioritas utamanya.

Inti dari strategi baru Berger ini, adalah bertempur dalam jangkauan daya tembak lawan, walau  bukan dalam arti jangkauan tembak yang mematikan. Akan tetapi, untuk melakukan tugas pengawasan dan pengawasan balasan di seluruh aspek perang tersebut, menjadi mata dan telinga bagi kekuatan utama militer AS.

Di saat yang sama, pesawat tempur F-35B yang didemonstrasikan untuk pertama kalinya oleh militer AS beberapa waktu lalu, memiliki keterampilan praktis untuk melakukan pendaratan di landasan pendek. Teknik mutakhir ini, dinilai sangat menunjang strategi yang dikembangkan oleh Jenderal David H. Berger.

Teknologi ini akan memungkinkan Korps Marinir untuk menggunakan pesawat tempur F-35B di beberapa bandara luar negeri. Bahkan di jalan raya dalam kondisi yang buruk.

Pesawat tersebut juga dinilai sangat memperluas kemampuan bertahan dan menyerang Korps Marinir. 

Bahkan media Tiongkok pun, menyebutkan bahwa sampai keterampilan baru pesawat tempur F35B ini digunakan secara luas, maka akan sangat meningkatkan radius tempur dan transportasi amunisi, menimbulkan ancaman besar bagi musuh. (sin)