Pompeo : Xi Jinping Mendapat “Hadiah Besar” dari Biden yang Tidak Siap untuk Melawan Komunis Tiongkok

 oleh Li Yun

Biden menandatangani perintah eksekutif agar Amerika Serikat dapat bergabung kembali dengan Perjanjian Paris. Hal tersebut dinilai merugikan ekonomi AS dan menguntungkan pemerintah komunis Tiongkok. Mantan Menteri Luar Negeri AS Michael R. Pompeo mengatakan bahwa ini adalah hadiah terbesar yang diberikan pemerintahan Biden kepada Xi Jinping. 

Dalam wawancara di acara TV ‘Morning with Maria’ yang diselenggara Fox News pada 30 April, Pompeo mengatakan bahwa pemerintah komunis Tiongkok telah “menyatakan perang” terhadap para pekerja Amerika Serikat, tetapi pemerintahan Biden tidak siap untuk ini.

Pompeo mengatakan bahwa di masa lalu, dalam menghadapi pesaing dunia lainnya, seperti Belgia dan Inggris, Amerika Serikat akan berjuang untuk bersaing dengan mereka, tetapi sekarang menghadapi komunis Tiongkok, Malahan Biden mengatakan : “Kami, Amerika Serikat akan baik-baik saja”. Semua orang mengetahui bahwa ini mungkin janji kosong. Tidak ada bukti sama sekali yang menunjukkan bahwa, pemerintah benar-benar siap untuk melawan pemerintah komunis Tiongkok.

Dia mengatakan bahwa pemerintah komunis Tiongkok telah menyatakan perang terhadap para pekerja Amerika Serikat sejak beberapa tahun lalu. Pada saat itu, pemerintahan Trump berusaha sekuat tenaga untuk melawan komunis Tiongkok. Pihak Tiongkok ingin merampas lapangan kerja Amerika, mencuri hak kekayaan intelektual dan melakukan kegiatan spionase di Amerika Serikat. Ini adalah konflik yang dipicu oleh komunis Tiongkok. Amerika Serikat perlu menggunakan kekuatan ekonominya yang besar untuk melawan komunis Tiongkok di semua aspek.

Pada saat yang sama, Pompeo mengatakan: “ini adalah hadiah terbesar untuk Ketua Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping”  atas keputusan Biden untuk bergabung kembali dengan perjanjian iklim Paris. Kemandirian energi AS merupakan senjata bagi AS untuk memasuki Eropa, Asia bahkan Timur Tengah, dan juga merupakan salah satu alat penting diplomasi.

Pompeo mengatakan bahwa, bergabung kembali dengan perjanjian iklim Paris sama saja dengan melepaskan kemerdekaan energi Amerika Serikat.  Pompeo berkata : “Ini adalah kesalahan besar dan akan merusak keamanan negara kita”.

Pemerintahan Biden secara resmi mengeluarkan perintah eksekutif untuk bergabung kembali dengan Perjanjian Iklim Paris pada 19 Januari lalu. Ini dinilai sebagai kerugian besar bagi ekonomi AS dan keuntungan bagi pemerintah komunis Tiongkok.

Perjanjian Iklim Paris adalah perjanjian sukarela dimana negara-negara mengajukan komitmennya sendiri untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Mantan Presiden Trump percaya bahwa isi Perjanjian Iklim Paris adalah bencana total bagi ekonomi AS. Tetapi, perjanjian itu justru memberlakukan kelonggaran bagi komunis Tiongkok terhadap emisi gas rumah kaca mereka.

Trump mengumumkan penarikan diri dari Perjanjian Iklim Paris pada tahun 2017, dalam penjelasannya ia mengatakan : “Itu adalah contoh terbaru Washington bergabung dengan perjanjian yang tidak kondusif bagi kepentingan Amerika Serikat, memungkinkan negara lain untuk menikmati manfaat eksklusif, dan menyebabkan pekerja dan pembayar pajak Amerika  kehilangan pekerjaan mereka, menerima upah yang rendah, menutup pabrik dan secara drastis mengurangi produksi ekonomi untuk menyerap biaya”.

Pemerintahan Trump secara resmi mengumumkan penarikan diri AS dari perjanjian itu pada tahun 2019.

Pada 21 Februari tahun ini, ‘Wall Street Journal’ menerbitkan artikel editorial dengan judul “Why Beijing Likes Biden and Paris”, yang melukiskan bahwa Amerika Serikat secara resmi bergabung kembali dengan perjanjian iklim Paris dan mendapat tepuk tangan dari banyak media dan orang Eropa. Kami menduga bahwa pemerintah komunis Tiongkok adalah pihak yang paling bahagia, karena mengetahui bahwa perjanjian tersebut akan membatasi pengembangan energi Amerika Serikat, dan Beijing bisa “membonceng” kendaraan itu setidaknya selama sepuluh tahun, artinya, tidak perlu khawatir tentang persyaratan emisi untuk pengembangannya.

Pada 12 April, Fox News mempublikasikan tulisan Senator AS Marco Rubio yang isinya mengkritik kebijakan iklim Biden, yang justru untuk memperkuat pemerintah komunis Tiongkok dengan mengorbankan lapangan kerja AS. Rencana energi hijau Biden adalah hadiah besar bagi rezim Beijing. Pada intinya, Biden menyerukan agar infrastruktur energi skala besar di Amerika Serikat dialihkan ke apa yang ia sebut sebagai “energi bersih”.

Itu berarti Biden lebih mendorong Amerika Serikat untuk membeli jutaan panel surya, stasiun pengisian mobil listrik, dan infrastruktur hijau mahal lainnya, yang semuanya itu merupakan industri yang didominasi oleh komunis Tiongkok. Dengan kata lain, pemerintahan Biden menginginkan rakyat Amerika Serikat menggunakan panel surya yang dibeli dari Tiongkok untuk dipasang di atap rumah mereka. Basis industri komunis Tiongkok akan mendapatkan keuntungan dari sini.

Artikel Rubio menyebutkan bahwa, komunis Tiongkok mendominasi industri energi terbarukan dan telah berinvestasi di industri ini melalui subsidi pemerintah berskala besar selama bertahun-tahun. Jika Amerika Serikat hendak menghabiskan ratusan miliar dolar untuk energi terbarukan, maka Amerika Serikat tidak semestinya membelanjakan dananya untuk keuntungan rezim yang melakukan genosida.

Marco Rubio mengingatkan, jangan tertipu oleh Biden. Rencana pemerintahnya bukanlah untuk infrastruktur atau energi hijau. Rencananya adalah rencana yang pro-Beijing, rencana yang akan memperkuat pemerintah komunis Tiongkok dengan mengorbankan lapangan kerja Amerika Serikat. (sin)