Praktisi Falun Gong Hong Kong Menuntut Permintaan Maaf Atas Propaganda Outlet Pro-Beijing yang Menghasut Ujaran Kebencian

Eva Fu

Para praktisi dari kelompok keyakinan yang dianiaya, Falun Gong di Hong Kong menuntut sebuah permintaan maaf dari sebuah surat kabar pro-Beijing atas serangkaian artikel yang menghasut ujaran kebencian dan mengikis kebebasan terakhir di Hong Kong.

Ini bermula antara 20 April hingga 29 April 2021, surat kabar lokal, Ta Kung Pao memuat setidaknya delapan artikel yang menjelaskan Falun Gong sebagai sebuah “sekte jahat”, “takhayul”, dan “tumor ganas di dalam masyarakat.” 

Salah satu artikel mengklaim bahwa Toko Buku Tianti, di mana buku-buku Falun Gong dijual, “menyelundupkan buku-buku beracun.”

Liang Zhen, dari Himpunan Falun Dafa Hong Kong, membacakan pernyataan di dekat Kantor Ta Kung Pao, Senin 3 Mei 2021 (Song Bilong / The Epoch Times)

Dalam sebuah tajuk rencana 29 April, Ta Kung Pao menyatakan bahwa pemerintah Hong Kong harus melarang Falun Gong dan menyebut masalah tersebut sebagai “keharusan pertama.”

Bahasa semacam itu “memfitnah” dan “memicu kebencian terhadap Falun Gong”karena para praktisi Falun Gong di Tiongkok Daratan “menanggung kesengsaraan yang tidak dapat dibenarkan,” demikian Himpunan Falun Dafa Hong Kong  dalam sebuah pernyataan resminya, Senin (3/5/2021).

Himpunan Falun Dafa Hong Kong menuntut agar Ta Kung Pao segera mencabut artikel-artikel tersebut dan mengeluarkan sebuah permintaan maaf di hadapan umum.

“Himpunan Falun Dafa Hong Kong juga berhak mengejar setiap dan semua hukum yang tersedia dan pemulihan yang adil atas pelaporan palsu dan berpotensi menfitnah oleh Ta Kung Pao,” demikian Himpunan Falun Dafa Hong Kong dalam pernyataannya.

Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, mengajarkan prinsip-prinsip Sejati, Baik, dan Sabar, serta seperangkat latihan meditasi, menurut situs web Falun Gong. 

Liang Zhen, dari Himpunan Falun Dafa Hong Kong, membacakan pernyataan di dekat Kantor Ta Kung Pao, Senin 3 Mei 2021 (Song Bilong / The Epoch Times)

Ada sekitar 70 juta hingga 100 juta orang Tiongkok berlatih Falun Dafa pada tahun 1999, ketika rezim Tiongkok melihat popularitas Falun Dafa sebagai sebuah ancaman dan meluncurkan sebuah kampanye pemberantasan Falun Dafa yang brutal.

Selama lebih dari dua dekade, praktisi Falun Gong di Hong Kong dan di tempat lain telah menarik perhatian, karena terjadi penganiayaan terhadap sesama praktisi Falun Gong di Tiongkok Daratan, yang terus-menerus berada di bawah ancaman penangkapan, penyiksaan, budak kerja paksa, dan bahkan panen organ secara paksa karena keteguhan praktisi Falun Gong di Tiongkok Daratan pada keyakinannya.

Namun demikian, upaya-upaya semacam itu di Hong Kong telah mendapat tekanan yang meningkat sejak rezim Beijing memberlakukan Undang-Undang keamanan nasional yang luas yang tanpa pandang bulu, yang membuat apa pun yang dianggap rezim Beijing sebagai pemisahan diri, subversi, terorisme, dan kolusi dengan kekuatan asing akan diancam hukuman penjara seumur hidup.

Pada 3 Mei, Liang Zhen dari Himpunan Falun Dafa Hong Kong, memprotes dan mengirimkan surat ke Kantor Ta Kung Pao. Mengecam keras Ta Kung Pao karena mengarang fakta, meminta Ta Kung Pao untuk menarik artikel fitnah dan meminta maaf secara terbuka . Banyak media memberitakan di tempat kejadian. (Song Bilong / The Epoch Times)

Dalam beberapa minggu terakhir, para pengacau telah menyerang stan-stan informasi Falun Gong setempat dengan pisau dan cat semprot, merobohkan tujuh stan selama 24 jam. Himpunan Falun Dafa Hong Kong mencurigai serangan itu terkait dengan agen-agen rahasia Komunis Tiongkok.

“Hong Kong telah memiliki undang-undang keamanan nasional dan tidak akan mentolerir kekuatan-kekuatan anti-Tiongkok dan Hong Kong terus berjalan liar,” tajuk rencana Ta Kung Pao menyatakan. 

Beberapa aktivis pro-demokrasi disebutkan, di antaranya penerbit Jimmy Lai, yang dituntut pihak berwenang Hong Kong dengan menggunakan undang-undang keamanan baru, sebelum menegaskan bahwa hari-hari bagi praktisi Falun Gong “untuk tetap bebas juga tidak akan lama.”

Dengan berupaya mengarahkan pemerintah Hong Kong untuk melarang Falun Gong, Ta Kung Pao telah mengambil sebuah posisi yang salah dan tindakan-tindakan tersebut pada akhirnya akan menjadi bumerang, kata Himpunan Falun Dafa Hong Kong.

“Banyak yang menganggap keberadaan Falun Gong sebagai tolak ukur kebebasan di Hong Kong, setelah Hong Kong benar-benar kehilangan kebebasan berbicara dan kebebasan pers, maka Hong Kong akan berhenti menjadi Hong Kong,” kata Himpunan Falun Dafa Hong Kong. 

Pada Senin (3/5/2021), empat praktisi Falun Gong – jumlah maksimum yang diperbolehkan untuk kelompok-kelompok masyarakat di bawah tindakan jaga jarak sosial di Hong Kong — memegang spanduk-spanduk sebagai protes atas artikel-artikel Ta Kung Pao di depan kantor utama Ta Kung Pao di kawasan Aberden.

Zhou Sheng, salah seorang pengunjuk rasa, mengatakan, ia melihat dua orang yang mencurigakan yang tampaknya seperti agen-agen rahasia Tiongkok di dekat apartemennya pada 13 April.

Dua orang yang mencurigakan itu, seorang pria dan seorang wanita, muncul di lantai apartemennya mengaku mengirim pizza. Saat ditanyai oleh Zhou Sheng, mereka tidak dapat menunjukkan sebuah tanda terima atau menjelaskan, mengapa butuh dua orang untuk mengirim pizza, dan mereka pergi dengan tergesa-gesa setelah Zhou Sheng mengatakan ia akan melaporkan mereka ke polisi jika mereka datang lagi.

Seorang reporter Ta Kung Pao yang menyamar, mendekati beberapa praktisi Falun Gong setempat dengan berpura-pura tertarik pada Falun Gong. Bahkan sebelum laporan-laporan yang menghina itu, dua praktisi Falun Gong sudah mengalami pelecehan yang telah mengganggu hidup mereka, menurut Zhou Sheng.

Lau Ching Kwok, seorang praktisi Falun Gong yang disebutkan dalam artikel tersebut, mengatakan Ta Kung Pao mengubah kata-katanya yang diucapkannya untuk memberikan sebuah kesan negatif terhadap Falun Gong.

“Falun Gong tidak memiliki rahasia; Falun Gong di sini tidak peduli akan ketenaran atau uang. Para praktisi Falun Gong hanyalah sekelompok orang yang berjuang untuk menjadi baik,” ujar Lau Ching Kwok selama protes tersebut.

Para pejabat di Ta Kung Pao tidak menanggapi permintaan The Epoch Times untuk komentar. (Vv)