TikTok Digugat Para Orangtua di Belanda Rp 24 Triliun Dikarenakan Membahayakan Anak dan Melanggar Privasi

Lin Nan  

Sebuah organisasi yang berbasis di Amsterdam, Belanda, menggugat TikTok pada Rabu 2 Juni. Alasannya untuk “memastikan keselamatan anak-anak. Selain itu, dikarenakan “Kelalaian dengan keselamatan dan privasi” yang diduga melanggar undang-undang perlindungan data Uni Eropa.

Market Information Research Foundation mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah mengajukan gugatan klaim sebesar 1,4 miliar euro, sekitar US $ 1,7 miliar atau setara Rp 24 Triliun terhadap TikTok atas nama 64.000 orangtua.

TikTok adalah versi luar negeri dari Douyin, aplikasi untuk membuat dan berbagi video pendek. Aplikasi ini populer di kampus-kampus di seluruh dunia.

Yayasan tersebut menyatakan, TikTok tidak mendapatkan izin dengan benar untuk mengumpulkan data pengguna dari anak-anak. Bahkan, platform media sosial tersebut berbuat terlalu sedikit untuk melindungi anak-anak.

Selain itu,  TikTok mengumpulkan lebih banyak data daripada yang dibutuhkan, terkait informasi yang diperlukan.

Cor Wijtvliet, salah satu pendiri Market Information Research Foundation, mengatakan  organisasi dan lembaga Uni Eropa terkait sudah mengirimkan surat keluhan ke TikTok, tetapi tidak ada hasil substantif yang dicapai.

Namun demikian, seorang karyawan TikTok mengklaim dalam sebuah wawancara dengan media lokal Belanda bahwa keamanan data pribadi, adalah salah satu prioritas utama perusahaan.

Dia juga menambahkan, TikTok memberi orang tua akses ke akun anak-anak mereka, sehingga mereka dapat mengontrol akun anak-anak di bawah usia 16 tahun.

TikTok hanya mengizinkan anak-anak di atas usia 13 tahun untuk menjadi anggota platform, dengan persetujuan orangtua.

Selain itu, beberapa game berbahaya yang populer di TikTok, menarik banyak anak muda untuk meniru secara membabi buta, yang menyebabkan korban terus-menerus. Meskipun TikTok berdalih soal konten yang tidak boleh dibagikan di platformnya, mendorong pengguna untuk melakukan tantangan berbahaya.

Sebagai contoh, sebuah game bernama “Skull Breaker Challenge” yang beredar di TikTok  menimbulkan banyak korban remaja. Seorang gadis 16 tahun di Brasil, tewas karena cedera kepala parah. Sejumlah remaja dari banyak negara juga menderita cedera kepala dan pergelangan tangannya patah.

Pada 13 Mei, seorang gadis berusia 13 tahun di Portland, Oregon, terlibat dalam tantangan api TikTok dalam sebuah kecelakaan. Sehingga menyebabkan luka bakar parah dan hampir kehilangan nyawanya. (hui)