Kisah Seorang Raja yang Iri Hati dan Gajah Putih

ETIndonesia-Pada zaman dahulu kala, di sebuah negeri ada seorang raja yang memelihara beberapa ekor gajah. Diantara kelompok gajah itu, ada seekor yang bentuknya sangat unik, seluruh tubuhnya putih bersih, bulunya halus dan licin mengkilap. Belakangan, raja menyerahkan gajah itu pada seorang pelatih gajah untuk dipelihara.

Pelatih gajah itu tidak hanya memperhatikan kehidupan sehari-hari gajah tersebut, juga sangat tekun melatihnya. Gajah putih ini sangat cerdas, mengetahui maksud baik orang, dan setelah beberapa waktu berlalu, mereka telah membentuk suatu hubungan baik yang tak terucap.

Pada suatu hari, negeri itu mengadakan sebuah upacara perayaan yang meriah. Raja bermaksud menunggangi gajah putih pergi menghadiri perayaan itu, karenanya si pelatih gajah membersihkan sang gajah putih, menghiasnya sejenak, dan setelah menyandangkan selembar selimut di punggungnya, baru menyerahkan pada raja.

Dibawah dampingan sejumlah pejabat, raja menunggangi gajah putih pergi ke kota kabupaten menyaksikan upacara perayaan. Oleh karena sang gajah putih itu benar-benar sangat bagus, orang-orang mengelilinginya. Mereka berdecak kagum sambil berseru nyaring, “Raja gajah! raja gajah!

Saat itu, raja yang menunggang diatas punggung gajah, merasa semua kemeriahan dan semaraknya telah direbut oleh gajah putih itu, dalam hatinya benar-benar merasa sangat tidak senang, dan iri. Setelah dengan cepat mengelilingi satu putaran, lantas dengan perasaan tidak gembira ia kembali ke istana.

Begitu masuk ke dalam istana, ia bertanya pada pelatih gajah “Gajah putih itu, apakah mempunyai teknik seni yang spesial?“

Sang pelatih gajah bertanya pada raja, “ Saya tidak tahu dari segi mana yang dimaksud baginda ?”

Raja berkata : “Apakah ia bisa mempertunjukkan teknik seninya di ujung lereng yang terjal?”

Sang pelatih gajah menjawab, “Semestinya bisa.”

Raja lantas berkata, “Baik. Kalau begitu, besok suruh gajah itu mempertunjukkan teknik seninya di lereng terjal.”

Pada hari kedua, dengan berdasarkan perjanjian pelatih gajah membawa gajah putih ke luar lereng terjal disana. Raja berkata, “Apakah gajah putih ini bisa berdiri di ujung lereng dengan 3 kaki?”

Pelatih gajah mengatakan, “Itu gampang saja.”

Ia naik ke atas punggung gajah, dan berkata pada gajah putih, “Ayo, berdiri dengan 3 kaki.” Dan ternyata, gajah putih lantas segera mengerutkan satu kakinya.

Kemudian raja berkata lagi, “Apakah ia bisa menggelantungkan kedua kakinya ke atas, dan hanya berdiri dengan dua kaki?”

“Bisa,” jawab si pelatih gajah lalu menyuruhnya mengkerutkan ke dua kakinya. Dengan patuh gajah putih mengikuti perintah si pelatih.

Selanjutnya raja berkata lagi, “Apakah ia bisa menggelantungkan ke tiga kakinya ke atas, dan hanya berdiri dengan satu kaki?”

Begitu mendengar perkatan Raja, si pelatih tahu bahwasannya raja sengaja ingin memojokkan gajah putih, lantas berkata pada gajah putih, “Kali ini kamu harus hati-hati, kerutkan ketiga kaki, dan berdiri dengan satu kaki.”

Sang gajah putih dengan ekstra hati-hati melaksanakannya. Mengetahui permintaan raja yang demikian, Massa yang mengelilingi menyaksikan, dengan antusias memberikan semangat dan bersorak-sorak pada gajah putih!

Semakin melihat, dalam hati raja semakin tidak senang, lalu berkata pada pelatih gajah, “Apakah ia juga bisa mengerutkan kaki belakangnya, dan menggelantungkan seluruh tubunya keatas?”

Di saat itu, secara diam-diam si pelatih gajah berkata pada gajah putih, “Raja sengaja ingin membunuhmu. Karena ia tidak bermoral, kita bisa sangat riskan berada disini. Kamu bisa, kan membubung kelangit terbang ke lereng seberang sana? Dan secara tak terbayangkan, diluar dugaan sang gajah putih itu benar-benar menggelantungkan kaki belakangnya ke atas dan mulai terbang. Sang pelatih gajah menungganginya, melintasi lereng terjal dan memasuki negeri tetangga.

Mengetahui gajah putih terbang ke sana, rakyat seluruh kota negeri tetangga berseru gembra. Dan dengan sangat gembira raja tetangga bertanya pada si pelatih gajah, “Asalmu dari mana dan kenapa bisa menunggangi gajah putih datang ke negeri saya?”

Kemudian si pelatih gajah menjelaskan peristiwa yang dialaminya kepada raja. Setelah raja mendengarnya, ia berkeluh mengatakan :

“Manusia, mengapakah harus memperbandingkan dan merasa iri dengan seekor gajah?”

Melalui kisah cerita diatas, dapat kita ketahui : Bahwa berkultivasi, yang terpenting adalah harus menyelaraskan dengan baik hati kita sendiri. Terhadap orang dan pekerjaan sehari-hari, harus mengandung sebutir hati yang harmonis dan damai.

Pepatah mengatakan, “Jika orang lain bisa sukses, hati kita jangan mengandung perasaan iri, malahan semestinya berseru kagum dan gembira, ini adalah kunci untuk memiliki kehidupan yang bahagia.”