AS, Uni Eropa, Inggris dan Jepang Menyatakan Komunis Tiongkok Bertanggung Jawab atas Serangan Siber yang Berbahaya

Xu Jian

Pemerintah AS dan sekutunya di Eropa dan di Asia pada Senin (19/7/2021) bersama-sama menuduh pemerintah Tiongkok mendukung peretasan yang dilakukan kelompok kriminal dan melakukan kegiatan serangan siber ​​global yang luas  termasuk serangan terhadap Microsoft hingga memengaruhi puluhan ribu organisasi

Uni Eropa, Inggris, Australia, Kanada, Selandia Baru, Jepang, NATO, Norwegia dan sebagainya bergabung dengan barisan Amerika Serikat untuk mengutuk serangan  jahat siber Komunis Tiongkok. Mereka juga mengutuk agresi siber Beijing yang mengancam ekonomi dan  keamanan nasional banyak negara di dunia.

National Security Agency (NSA), The Cybersecurity and Infrastructure Security Agency (CISA) dan FBI juga mengeluarkan laporan bersama untuk memperingatkan lembaga federal AS, lembaga pemerintah di semua tingkatan, dan perusahaan swasta bahwa serangan siber Beijing melibatkan pemerasan dan pencurian. 

Peringatan lembaga AS itu menambahkan bahwa peretas yang didukung oleh Komunis Tiongkok, telah melakukan serangan ransomware terhadap perusahaan swasta, dengan jumlah ransomware mencapai jutaan dolar.

Menurut seorang pejabat senior pemerintah AS, Departemen Keamanan Nasional Komunis Tiongkok “menggunakan peretas ilegal untuk melakukan operasi jaringan ilegal dalam skala global, termasuk untuk keuntungan pribadi mereka sendiri.”

Amerika Serikat: Kementerian Keamanan Nasional Komunis Tiongkok menciptakan sistem kejahatan siber

Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri AS masing-masing menyatakan bahwa AS dan negara-negara lain di seluruh dunia, menganggap Komunis Tiongkok bertanggung jawab atas perilaku siber yang tidak bertanggung jawab dan merusak.

Keduanya mengatakan : “Perilaku ini menimbulkan ancaman besar bagi ekonomi dan keamanan nasional kita.”

Pernyataan itu menunjukkan bahwa Kementerian Keamanan Nasional (MSS) Komunis Tiongkok telah mengembangkan ekosistem “peretas kontrak kriminal”, yang mana terlibat dalam kegiatan  disponsori negara dan kejahatan dunia maya untuk mendapatkan keuntungan ekonomi mereka sendiri.

Pernyataan Departemen Luar Negeri AS juga menyatakan bahwa, pemerintah AS, sekutu, dan mitra telah secara resmi mengonfirmasi bahwa peretas di bawah Kementerian Keamanan Nasional Komunis Tiongkok menggunakan kerentanan di Microsoft Exchange Server , tak lain untuk melakukan kegiatan spionase dunia maya skala besar dan tanpa pandang bulu. Bahkan, merusak data ribuan komputer dan jaringan.

Pernyataan itu juga menyatakan bahwa sama seperti Departemen Kehakiman AS, menggugat tiga pejabat Keamanan Nasional Komunis Tiongkok dan pekerja kontrak peretas pada saat ini. AS menyatakan akan meminta Komunis Tiongkok untuk menanggung konsekuensi atas perilakunya yang tidak bertanggung jawab di siber. 

Uni Eropa mengutuk “aktivitas siber jahat” Komunis Tiongkok

Tindakan Amerika Serikat menandakan bahwa, Washington telah menyatukan sekutunya dan membentuk front baru melawan serangan siber global Komunis Tiongkok.

Dewan Eropa juga  mengatakan pada Senin 19 Juli, bahwa negara-negara anggota Uni Eropa mendukung laporan Washington. Mereka meminta Komunis Tiongkok bertanggung jawab atas serangan peretasan terhadap Microsoft.

Pada Maret tahun ini, sistem email Microsoft Outlook terkena serangan hacker skala besar, yang memengaruhi ratusan ribu kotak surat di perusahaan Amerika, lembaga pemerintah, dan sekolah. Selasa 13 Juli, Microsoft melaporkan bahwa sistem perangkat lunak perusahaan, SolarWinds, telah diserang secara besar-besaran oleh kelompok hacker Tiongkok.

Dewan Eropa  menyatakan : “Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan berbahaya ini, telah membawa risiko keamanan dan kerugian ekonomi besar bagi lembaga pemerintah dan perusahaan swasta kami, dan memiliki dampak besar dan dampak sistemik pada keamanan, ekonomi, dan masyarakat kami secara keseluruhan. 

Pernyataan itu menambahkan bahwa, komite telah mendeteksi bahwa organisasi peretas Komunis Tiongkok APT40 dan APT31, telah “mencuri hak kekayaan intelektual dan spionase untuk tujuan” aktivitas siber jahat “yang menargetkan lembaga pemerintah Uni Eropa dan bisnis Eropa.

Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab menggambarkan insiden peretasan Microsoft Exchange sebagai “pola perilaku yang tidak bertanggung jawab dan kebiasaan. Ia juga mengatakan “Pemerintah Tiongkok harus mengakhiri pelanggaran siber sistematis ini. Jika tidak, akan dimintai pertanggungjawaban.” 

Inggris juga meminta Komunis Tiongkok untuk memenuhi janjinya, untuk “tidak menerapkan atau mendukung” pencurian dunia maya atas kekayaan intelektual atau rahasia dagang selama periode G20.

Setelah pemerintahan Biden menuduh Komunis Tiongkok melakukan sabotase siber, Information Technology and Innovation Foundation (ITIF) atau Yayasan Teknologi dan Inovasi Informasi sebuah lembaga pemikir kebijakan teknologi AS yang terkenal, mengeluarkan pernyataan dari Wakil Presidennya, Daniel Castro .

Ia mengatakan komunitas internasional  mengabaikan peretasan yang didukung oleh Komunis Tiongkok selama bertahun-tahun, yang mana dianggap sebagai sesuatu yang tidak nyaman untuk disebutkan dalam hubungan yang sopan. Akan tetapi, sekarang “pemerintahan Biden secara terbuka menuduh Tiongkok melakukan serang dari dunia maya baru-baru ini. 

Daniel Castro menegaskan : “Tidak jelas apakah penamaan dan tuduhan (untuk Komunis Tiongkok) sudah cukup. Jika Tiongkok (Komunis Tiongkok) terus terang-terangan mendukung serangan dunia maya terhadap mitra dagangnya, Amerika Serikat dan sekutunya harus meningkatkan tindakan pencegahan mereka.” (Hui)