Menerima Baik Silaturahmi Taliban, Pakar : Beijing Sedang Bermain Api dan Memutuskan untuk Menjadi Musuh Dunia

oleh Luo Ya, Li Yun

Hanya beberapa hari setelah Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat berkunjung ke Tiongkok, Menteri Luar Negeri Wang Yi bertemu dengan kepala organisasi teroris Afghanistan Taliban di Tianjin, yang membangkitkan komentar negatif dari masyarakat internasional. Pakar mengatakan bahwa kesediaan Beijing menyambung tali persaudaraan dengan Taliban merupakan tindakan bermain api, sekaligus menunjukkan bahwa pemerintah komunis Tiongkok telah memutuskan untuk menjadi musuh dunia

Wang Yi, yang baru saja menerima Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Ruth Sherman di Kota Tianjin, juga dengan profil tinggi menyambut baik silaturahmi dari delegasi Taliban yang dipimpin oleh orang nomor dua Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar di Kota Tianjin pada 28 Juli. 

Dalam kesempatan itu Wang Yi memuji Taliban mampu memainkan peranan balancing kekuatan militer dan politik di Afghanistan. Karena itu, Taliban juga diharapkan mampu memainkan peran penting dalam proses perdamaian, rekonsiliasi dan rekonstruksi di Afghanistan.

Kolusi antara Beijing dan Taliban adalah Bermain Api

Dalam hal ini, para pakar percaya bahwa kolusi Beijing dan Taliban adalah bermain api, dan Beijing telah bertekad untuk menjadi musuh dunia.

Li Hengqing, seorang pakar di Institut Informasi dan Strategi Washington, Amerika Serikat mengatakan bahwa, Taliban sendiri adalah organisasi teroris. Selama masa kekuasaannya, Taliban mengubah Afghanistan menjadi basis organisasi teroris al-Qaeda, menyembunyikan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden yang melancarkan serangan 11 September. Melarang anak perempuan bersekolah, menerapkan ajaran agama secara ekstrim, eksekusi rajam yang tingkat kekejamannya sangat mengerikan.

Setelah insiden September 11 pada tahun 2001, setelah Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Taliban demi mencegah serangan pembunuhan lainnya yang berbasis di Afghanistan, Taliban melarikan diri. Namun, dengan ditariknya pasukan NATO, terutama setelah pasukan AS meninggalkan Afghanistan pada 3 Juli, Taliban berusaha bangkit kembali dan menguasai lebih banyak wilayah di Afghanistan.

Li Hengqing mengatakan bahwa organisasi teroris seperti ini selama ini, menggunakan kegiatan teroris untuk mencapai tujuan politik mereka.

Mengapa rezim Beijing malahan dengan profil tinggi menyambut baik kedatangan Taliban di Tiongkok ? Li Hengqing menjelaskan bahwa karena Amerika Serikat telah menarik pasukannya dari Afghanistan, sehingga terjadi kekosongan yang memberi peluang kepada rezim Beijing memanfaatkannya sebagai kesempatan, untuk berpartisipasi dalam rekonstruksi Afghanistan. Harapannya agar dapat memainkan peran besar di sana di kemudian hari.

Dia mengatakan bahwa pasukan pemerintah Afghanistan dan pasukan Taliban, sekarang sedang berperang, dan Taliban telah menguasai lebih dari setengah wilayah Afghanistan. Pemerintah komunis Tiongkok berharap dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk menyusupkan kekuatannya ke Afghanistan.

Di satu sisi, untuk mencegah Taliban bergabung dengan Gerakan kemerdekaan Turkestan Timur, yang kemudian mengubah Afghanistan menjadi basis pelatihan untuk Turkistan Timur. Di sisi lain, stabilitas Afghanistan merupakan peluang bagi rezim Beijing untuk mempromosikan Prakarsa Sabuk dan Jalan (OBOR).

Li Hengqing percaya bahwa biaya pemerintah komunis Tiongkok untuk mencapai kedua tujuan ini sangat tinggi. Di satu sisi, dana dan senjata harus disediakan. Di sisi lain, tindakan terhina dari rezim Beijing itu akan dicela oleh masyarakat dari seluruh negara demokrasi Barat. Ditinjau dari situasi sekarang, tampaknya pemerintah komunis Tiongkok telah mengambil sikap untuk bermusuhan dengan dunia.

“Pemerintah komunis Tiongkok berdiri di belakang Taliban dan menjadi sponsor dan pendukung kegiatan Taliban. Situasi itu tidak berbeda dengan Tiongkok beraliansi dengan Korea Utara di masa lalu. Partai Komunis Tiongkok (PKT) berada di belakang tiga generasi rezim keluarga Kim,” kata Li Hengqing.

“Kesimpulan saya adalah untuk mencapai tujuan politik, pemerintah komunis Tiongkok tidak segan-segan untuk memecahkan masalahnya sendiri dengan cara yang menyinggung perasaan masyarakat internasional,” tambahnya.

Pakar : Rezim Beijing dan Taliban memanfaatkan satu sama lain

Hua Po, pengamat politik Beijing saat ini menjelaskan bahwa pemerintah komunis Tiongkok telah diisolasi secara internasional, sehingga mereka memiliki firasat bahwa Taliban akan mendapatkan kembali kekuasaan. Oleh karena itu, tidak lagi peduli apakah rezim teroris atau bukan, Beijing merasa perlu secepatnya meningkatkan suhu persahabatan dengan Taliban.

Hua Po mengatakan bahwa setelah Amerika Serikat menarik pasukannya dari Afghanistan, Taliban melakukan serangan balik, melihat bahwa situasi di Afghanistan akan segera berubah lagi. Pihak Beijing langsung mengundang Taliban untuk datang berkunjung, membicarakan soal kepentingan ekonomi dan membuat janji bersama. Terutama terkait dengan bidang pertimbangan dimana pemerintah komunis Tiongkok memiliki banyak investasi di Afghanistan yang sangat kaya akan sumber daya mineral. Sekarang Taliban telah merebut sekitar 70% wilayah dan mengendalikan banyak pelabuhan lalu lintas asing di Afghanistan, sehingga pemerintah komunis Tiongkok harus berurusan dengan Taliban.

“Jalinan hubungan antara pemerintah komunis Tiongkok dengan Taliban telah memiliki sejarah panjang. Ketika Afghanistan memerangi invasi bekas Uni Soviet, rezim Beijing dan organisasi teroris Taliban sudah menjalin hubungan baik meskipun secara tidak langsung,” katanya.

Hua Po mengatakan bahwa jika Taliban berkuasa, mereka juga harus membangun hubungan yang baik dengan pemerintah komunis Tiongkok, agar pihak Beijing meningkatkan investasinya di Afghanistan. Jadi, hubungan kedua belah pihak didasarkan pada pertimbangan kepentingan.

Analisis : PKT Sedang Melaju Cepat Menuju Kepunahannya

Penyambutan “hangat” organisasi teroris Taliban oleh pemerintah komunis Tiongkok juga memicu kritikan keras dari netizen di media sosial.

Beberapa netizen menunjukkan bahwa, ini merupakan gelagat PKT sedang mempercepat jalan menuju kepunahannya. Dua negara adidaya Amerika Serikat dan Uni Soviet, telah membayar harga yang mahal untuk memusnahkan organisasi teroris Taliban selama bertahun-tahun.

Sedangkan pemerintah komunis Tiongkok justru dengan beraninya memperlihatkan kepada dunia bahwa ia pun berkonsep terorisme. Dengan demikian berarti ia telah sepenuhnya putus dengan dunia beradab. Semoga saja dunia Barat dan Rusia meningkatkan kewaspadaan, bahwa berkolusi dengan roh jahat harus membayar harga yang mahal.

Ada netizen yang berkomentar : Pemerintah komunis Tiongkok ingin meminjam sikap teroris untuk mendongkrak wibawa dirinya. Tampaknya ia telah menemui jalan buntu! (Sin)