WHO : Tingkat Kematian yang Ditimbulkan Virus Marburg di Afrika Barat Mencapai 88%

oleh Zhu Ying

Baru-baru ini, pihak berwenang Guinea Afrika Barat menemukan untuk pertama kalinya kasus kematian pasien karena terinfeksi virus Marburg. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga sudah memberitakan kasus tersebut beberapa hariĀ  lalu, dan menunjukkan bahwa virus ini sangat menular dan sangat mematikan. Saat ini, WHO telah mengorganisir tim ahli untuk membantu Guinea menyelidiki kasus tersebut. Selain itu, memberikan bantuan dalam penilaian risiko dan pengawasan penyakit

Menurut sebuah laporan yang dikeluarkan di situs resmi WHO pada 9 Agustus, Dinas Kesehatan Guinea telah mengkonfirmasi penemuan kasus seorang pria yang terinfeksi virus Marburg di sebuah desa di Prefektur Gueckedou, Wilayah Nzerekore, Guinea barat daya. Virus yang dapat menyebabkan gejala demam berdarah ini sangat menular. Sebelum penemuan kasus ini, belum pernah ada kasus infeksi virus Marburg baik di Guinea maupun di seluruh Afrika Barat. Padahal wabah virus Ebola yang merebak di Guinea sejak awal tahun ini, baru menghilang dalam waktu kurang dari 2 bulan.

Menurut laporan, virus Marburg ditemukan dari sampel darah dari seorang pasien pria yang saat ini telah meninggal dunia, yang diteliti oleh laboratorium di Gueckedou dan laboratorium demam berdarah nasional Guinea. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien tersebut terinfeksi virus Marburg. Terungkap juga bahwa pasien ini, sebelumnya sempat dirawat di sebuah klinik di kawasan Koundou, Gueckedou, namun kondisinya terus memburuk dan akhirnya meninggal dunia.

WHO menjelaskan bahwa virus Marburg adalah virus parasit yang hidup pada kelelawar buah. Begitu seseorang tertular, gejala demam tinggi akan langsung muncul, disertai sakit kepala serius dan gejala tidak nyaman lainnya. Orang lain dapat tertular virus tersebut karena berkontak badan atau menyentuh benda-benda yang pernah disentuh pasien yang terinfeksi. Daya menularnya cukup tinggi, dan tingkat kematian orang yang tertular bisa mencapai 88%.

Namun demikian, WHO menyatakan bahwa meskipun virus ini merupakan ancaman yang tinggi di kawasan, tetapi ancamannya terhadap dunia masih relatif kecil. Sampai saat ini belum ada vaksin atau terapi antivirus yang disetujui untuk mencegah dan mengendalikan penularan virus, tetapi obat oral atau obat injeksi intravena khusus gejala tertentu sudah terbukti dapat mencegah kematian pasien yang terinfeksi.

Saat ini, tim yang terdiri dari 10 orang ahli WHO, termasuk ahli epidemiologi dan antropolog sosial telah berada di TKP, dan sedang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Guinea untuk menyelidiki kasus tersebut. Kemudian membantu dinas kesehatan negara tersebut melakukan penilaian risiko, pengamatan terhadap penyakit, mobilisasi masyarakat, pengujian, perawatan klinis, pencegahan infeksi, dan lainnya, termasuk memberikan dukungan logistik.

Otoritas setempat berusaha mencari orang-orang yang mungkin pernah melakukan kontak dengan pasien. 3 orang kerabat mendiang dan seorang staf medis, diidentifikasi sebagai orang yang berisiko tinggi terinfeksi. Kondisi kesehatan keempat orang tersebut beserta 155 orang lainnya yang juga melakukan kontak sedang dipantau setiap hari. Negara-negara tetangga Guinea menyatakan keadaan siaga.

Menurut situs web ‘Deutsche Welle’ bahasa Mandarin, bahwa virus Marburg adalah salah satu virus paling berbahaya yang dikenal di dunia saat ini. Virus ini memiliki masa inkubasi sekitar 5 sampai 10 hari, menginfeksi sel darah, hati dan kulit, dan menyebar dengan cepat dan kuat di dalam tubuh manusia.

Orang yang terinfeksi biasanya memiliki gejala seperti demam, nyeri kepala dan otot, pendarahan kulit dan selaput lendir, mulut mata saluran pencernaan dan organ dalam tubuh juga terpengaruh. Pada kasus yang parah, gejala kelumpuhan saraf dan gangguan pembekuan darah yang serius dapat terjadi. Karena kegagalan fungsi organ dan sistem sirkulasi darah, jadi menimbulkan syok hemoragik, yang menyebabkan kematian penderita. (sin)