Dukungan Beijing Terhadap Taliban Akan Membawa Beijing ke Masalah dan Jebakan

oleh Wang He

Dengan Taliban mengambil alih Kabul beberapa hari  lalu, Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengatakan Beijing selalu memainkan “sebuah peran yang membangun” di Afganistan, selama sebuah  jumpa pers pada 17 Agustus. Rezim Tiongkok menganggap situasi tersebut sebagai sebuah kesempatan strategis untuk lebih aktif terlibat dalam urusan Afghanistan.

Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi bertemu dengan Kepala Komisi Politik Taliban Afghanistan, Mullah Abdul Ghani Baradar, di kota Tianjin, Tiongkok pada 28 Juli. 

Wang Yi berkata, “Penarikan pasukan Amerika Serikat dan NATO dengan tergesa-gesa dari Afghanistan sebenarnya menandai kegagalan kebijakan Amerika Serikat terhadap Afganistan.”

Tampaknya Wang Yi menyinggung bahwa Beijing dapat melakukan sebuah pekerjaan yang lebih baik daripada Amerika Serikat. Namun, penulis yakin Partai Komunis Tiongkok akan gagal dalam membela Taliban di Afghanistan.

Pertemuan Wang Yi dengan Mullah Abdul Ghani Baradar sama saja dengan Partai Komunis Tiongkok secara resmi mengakui legitimasi politik Taliban. 

Setelah Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melarikan diri dari Afghanistan, media yang dikelola pemerintah CCTV menerbitkan sebuah video rekaman pada tanggal 16 Agustus untuk menutupi keburukan Taliban yang berjudul, “Memahami Masa Lalu dan Masa Kini Taliban Selama 60 Detik, “tetapi video tersebut dihapus dalam waktu empat jam setelah dipublikasikan karena banyak kritik, Radio France Internationale melaporkan pada 18 Agustus. 

Video tersebut, masih tersedia di corong Beijing, Global Times, memuji Taliban, mengklaim bahwa Taliban terdiri dari “pengungsi-pengungsi mahasiswa” dengan “disiplin yang ketat” dan “didukung” oleh para penduduk Afghanistan.

Akan sangat bodoh jika Partai Komunis Tiongkok berencana untuk mendukung Taliban di Afganistan.

Jebakan-Jebakan

Pertama, Partai Komunis Tiongkok dapat mengalami sebuah konflik dengan Taliban mengenai pelanggaran hak asasi manusia terhadap kelompok etnis di wilayah Xinjiang di bagian barat jauh Tiongkok.

Pada 19 Januari, mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mengumumkan dalam sebuah  pernyataan bahwa Partai Komunis Tiongkok melakukan “genosida terutama terhadap umat Muslim Uyghur serta kelompok etnis minoritas dan kelompok agama minoritas lainnya di Xinjiang.”

“Dokumentasi lengkap kami mengenai tindakan-tindakan Republik Rakyat Tiongkok di Xinjiang menegaskan bahwa setidaknya sejak Maret 2017, pihak-pihak berwenang setempat secara dramatis meningkatkan kampanye penindasan selama puluhan tahun terhadap umat Muslim Uyghur dan anggota-anggota   kelompok etnis dan agama minoritas lainnya, termasuk etnis Kazakh dan etnis Kirgistan,” kata Mike Pompeo.

Sementara Taliban akan mengakomodasi Partai Komunis Tiongkok dalam beberapa cara, dengan imbalan dukungan dan manfaat ekonomi, Taliban tidak akan melepaskan dukungannya yang sesungguhnya  untuk Gerakan Islam Turkestan Timur atau berjuang bersamanya. 

Taliban tidak ingin mengambil risiko kehilangan legitimasinya atau memicu pertikaian antara kelompok-kelompok Islam yang berbeda. Gerakan Islam Turkestan Timur adalah sebuah kelompok separatis Uyghur yang diklaim Beijing untuk  bertanggung jawab atas banyak serangan teroris di Xinjiang.

Kedua, Partai Komunis Tiongkok menghadapi kendala dari dalam Taliban dan dari masyarakat internasional.

Masih ada sebuah pertanyaan apakah Taliban dapat mengambil kendali penuh atau tidak atas situasi di Afganistan.

Sejauh menyangkut Taliban, ada Taliban Afghanistan dan Taliban Pakistan. 

Dulu Taliban Pakistan adalah sebuah cabang dari Taliban Afghanistan dan menjadi independen pada tahun 2007 karena perbedaan-perbedaan kepentingan. Taliban Afganistan itu sendiri bukanlah sebuah kelompok monolitik dan juga ada perbedaan yang cukup besar dalam pandangan politik di antara anggota-anggotanya.

Sejauh keterlibatan internasional yang bersangkutan, setidaknya ada delapan pihak—–Amerika Serikat, Rusia, Pakistan, India, Iran, Arab Saudi, Turki dan Tiongkok–—semuanya ini saling terkait dan kompleks. Niscaya, kemampuan Partai Komunis Tiongkok untuk campur tangan dengan Taliban dan di Afghanistan adalah terbatas.

Ketiga, Partai Komunis Tiongkok menghadapi dua ancaman langsung utama dari Afghanistan.

Ancaman pertama diberi label oleh Partai Komunis Tiongkok sebagai “Tiga Kekuatan Jahat”: terorisme, ekstremisme, dan separatisme. Pergolakan di Afghanistan telah menimbulkan kekuatan-kekuatan ini yang telah meluas ke Pakistan.

Pada 14 Juli, sebuah bom meledak di dalam sebuah bus yang penuh dengan pekerja di distrik Kohistan, Provinsi Khyber Pakhtunkhwa. Para pekerja sedang dalam perjalanan menuju  lokasi konstruksi proyek pembangkit listrik tenaga air Dasu, yang merupakan bagian dari  Koridor Ekonomi Pakistan-Tiongkok—–sebuah komponen penting dari Inisiatif Sabuk dan Jalan Partai Komunis Tiongkok. 

Di antara tiga belas orang yang tewas, sembilan orang adalah warganegara Tiongkok. Dua puluh delapan warganegara Tiongkok terluka dalam ledakan bom tersebut. Partai Komunis Tiongkok yakin insiden itu adalah sebuah serangan teroris terhadap warganegara Tiongkok.

Ancaman kedua adalah perdagangan narkoba lintas-batas, yang membawa pendapatan besar yang diandalkan Taliban.

“Ekonomi opium ilegal Afghanistan memiliki ukuran yang signifikan jika dibandingkan dengan ekonomi Afghanistan yang sah. Afghanistan adalah produsen opiat terlarang yang terkemuka di dunia dan memasok lebih dari 80 persen produksi opium ilegal global. Keluaran kotor ilegal dari ekonomi opium Afghanistan adalah diperkirakan sebesar US$ 4,1-6,6 miliar pada tahun 2017 dan US$ 1,2-2,2 miliar pada tahun 2018,” tulis Irmgard Zeiler dari  U.N. Office of Drugs and Crime -UNODC- atau Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Narkoba dan Kejahatan. 

Ancaman dan jebakan yang disebutkan di atas cenderung menjadi lebih serius setelah Taliban berkuasa.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken berbicara di telepon dengan Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi “mengenai perkembangan-perkembangan di Afghanistan, termasuk situasi keamanan dan upaya kami masing-masing untuk membawa warganegara Amerika Serikat dan warganegara Republik Rakyat Tiongkok  ke tempat yang aman,” menurut Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat  pada 16 Agustus.

Mungkin panggilan ini dapat mengingatkan Beijing untuk tidak salah menilai situasi tersebut, yang mungkin membawa kerugian bagi Tiongkok dan Partai Komunis Tiongkok itu sendiri. (Vv)

Wang He memiliki gelar master dalam hukum dan sejarah, dan telah mempelajari gerakan komunis internasional. Dia adalah seorang dosen universitas dan eksekutif sebuah perusahaan swasta besar di Tiongkok. Wang sekarang tinggal di Amerika Utara dan telah menerbitkan komentar tentang urusan dan politik Tiongkok saat ini sejak 2017

Pandangan yang diungkapkan dalam artikel ini adalah pendapat penulis dan tidak mencerminkan pandangan The Epoch Times