Gerahnya Klub Penggemar Selebriti Tiongkok Saat Beijing Melebarkan Tindakan Keras Terhadap Internet

Eva Fu

Selama berbulan-bulan, pihak berwenang Tiongkok menindak keras sektor internet yang kuat di Tiongkok, menargetkan berbagai perusahaan atas sejumlah masalah dari masalah anti-trust hingga keamanan data. Sekarang, klub penggemar selebriti online adalah yang terbaru untuk merasa kegerahan itu

Regulator internet top rezim Komunis Tiongkok, dalam upaya untuk mengendalikan apa yang digambarkannya sebagai kebudayaan penggemar selebriti Tiongkok yang “kacau,” pada 27 Agustus 2021, melarang para platform untuk memeringkat popularitas para selebriti dan membatasi penjualan merchandise kepada penggemar.

Sekarang pembatasan diterapkan pada perusahaan hubungan masyarakat para selebriti, akun media sosial klub penggemar, dan program hiburan, di mana pada hari Jumat itu Administrasi Ruang Dunia Maya Tiongkok menyoroti banyak perilaku yang dianggap terlarang.

Sekarang platform dilarang menerbitkan daftar para selebriti yang populer, dan aktor dan artis akan dibatasi dalam cara mereka mempromosikan barang dagangannya kepada para penggemar.

Klub penggemar menghadapi sebuah kemungkinan penutupan, jika klub penggemar menyebarkan apa yang dianggap pihak-pihak berwenang sebagai “informasi berbahaya”—–seperti desas desus, kata-kata kasar, dan skandal selebriti, kata pengumuman itu.

Tindakan pada hari Jumat adalah puncak dari sebuah kampanye selama dua bulan, yang mana telah meningkat sejak Juni untuk “memperbaiki” kebudayaan penggemar selebriti, dengan mengarah ke pembersihan atas dalih 150.000 “pesan berbahaya” dan lebih dari 5.000 akun serta kelompok yang dikatakan sebagai pelanggar aturan.

Hal tersebut juga terjadi di tengah meningkatnya jumlah skandal selebriti yang mengguncang Tiongkok.

Pada bulan lalu, polisi menangkap bintang pop Kanada-Tiongkok, Kris Wu menyusul tuduhan pemerkosaan. Kelompok-kelompok penggemar Kris Wu dengan cepat membela Kris Wu di media sosial. Sebagian besar akun penggemar ini, bersama dengan akun online Wu, kemudian ditutup.

Awal minggu ini, nama dan rincian-rincian aktris miliarder Vicki Zhao Wei, duta merek untuk perusahaan fesyen Italia Fendi di Tiongkok, menghilang dari karya yang dibintanginya untuk alasan yang tidak ditentukan. 

Aktor lain, Zhang Zhehan, baru-baru ini juga dihilangkan -dari platform setelah fotonya saat ia berusia tiga tahun berpose di Kuil Yasukuni yang kontroversial di Tokyo muncul kembali secara online.

Tindakan keras rezim Tiongkok yang meningkat terhadap para penghibur dan penggemar selebriti menebarkan ketakutan melalui “ekonomi idola” di Tiongkok, yang diproyeksikan bernilai 140 miliar yuan atau setara 300 triliun rupiah menurut perkiraan dari streaming platform Tiongkok iQiyi.

Mango Excellent Media, sebuah perusahaan multimedia yang didukung negara yang berada di selatan-tengah Tiongkok, menyaksikan nilai sahamnya turun 14 persen pada satu titik pada hari Jumat itu, di mana beberapa media Tiongkok menggambarkannya sebagai sebuah gempa susulan dari “gempa lingkaran hiburan.”

Puluhan aktor bergegas mengeluarkan pernyataan yang menyatakan dukungannya terhadap kampanye regulator, sebuah gerakan yang menjadi hal biasa di Tiongkok karena perusahaan dan para artis berusaha untuk menghindari tertangkap di garis bidik Beijing dalam tindakan keras Beijing yang meluas terhadap sektor swasta.

Sehari sebelum pengumuman regulator Tiongkok, iQiyi, sebuah platform mirip-Netflix, menghentikan program “kompetisi idola” yang populer,  memungkinkan para pemirsa untuk memilih kontestan dengan cara membeli produk.

‘Barang Pameran Politik’

Mesin sensor Beijing yang mencakup semua menyensor apa pun yang dianggap Beijing menyimpang dari nilai-nilai Partai Komunis Tiongkok, apakah itu video games, film, program televisi, atau musik.

Badai regulasi selama sebulan telah mengakhiri bimbingan belajar yang mencari keuntungan. Bahkan, membatasi kemampuan raksasa teknologi seperti Alibaba dan Didi.

Pada hari di mana regulator internet membidik pemujaan selebriti, regulator internet itu juga meluncurkan tindakan keras lain terhadap industri “swa-media” yang bebas di Tiongkok.

Regulator internet menuduh mereka yang berada di sektor “swa-media,” tokoh media sosial dan komentator urusan saat ini, mengenai “menafsirkan kebijakan ekonomi dengan cara yang bengkok” dan “sangat mengganggu penyebaran informasi online.”

Mendisiplinkan industri hiburan adalah langkah terbaru rezim Tiongkok untuk mengendalikan wacana publik, kata Gao Yu, seorang wanita pembangkang dan mantan jurnalis Tiongkok yang telah berulang kali dipenjara karena pelaporannya.

“Partai Komunis Tiongkok memegang pistol di satu tangan, dan memegang pena di tangan yang lain. Beginilah cara Partai Komunis Tiongkok mengambil alih kekuasaan dan bagaimana Partai Komunis Tiongkok berniat untuk memperkuat kekuasaannya,” kata Gao Yu kepada The Epoch Times.

Untuk pemimpin Tiongkok Xi Jinping, yang berusaha mengamankan masa jabatan ketiganya sebagai penguasa tertinggi, langkah tersebut berfungsi membangun prestasi politiknya untuk dipamerkan di Kongres Partai Nasional ke-20 di tahun mendatang, sebuah acara dua kali dalam satu dekade untuk memilih pemimpin tertinggi Partai Komunis Tiongkok untuk lima tahun berikutnya tahun, menurut Gao Yu.

Gao Yu mengatakan bahwa ambisi Xi Jinping saat ini adalah untuk mencapai “kemakmuran bersama.” Rezim Tiongkok telah lama berbicara mengenai “empat gunung besar”—–pendidikan, perawatan kesehatan, perumahan, dan perawatan lansia tidak terjangkau–hambatan yang membebani masyarakat Tiongkok dan dikatakan memperburuk kesenjangan kekayaan.

“Xi Jinping ingin menekan empat gunung besar ini,Apakah ia mampu mewujudkannya atau tidak adalah satu hal, tetapi hal ini adalah arah kebijakan dan apa yang ia harapkan untuk menjadi sebuah barang pameran politik,” kata Gao Yu. 

Memeras yang Kaya

Istilah “kemakmuran bersama,” disebut-sebut sejak tahun awal rezim Tiongkok sebagai tujuan akhir sosialisme, telah muncul kembali secara nyata sejak tahun lalu, sesuai dengan tindakan keras yang meluas yang telah meninggalkan sektor swasta yang terguncang.

Sehari setelah Xi Jinping sektor menyerukan sebuah pembatasan terhadap “penghasilan yang terlalu tinggi”, konglomerat teknologi Tencent di Tiongkok menyisihkan 50 miliar yuan atau lebih dari 100 triliun rupiah untuk tujuan tersebut. 

Pada hari Selasa, perusahaan e-commerce Pinduoduo berjanji untuk menyumbangkan seluruh keuntungannya pada kuartal terakhir, sekitar 5 triliun rupiah, untuk proyek pembangunan pedesaan. Di akhir Juli, ketua pembuat telepon pintar Xiaomi Lei Jun memberikan lebih dari  2 miliar dolar AS saham perusahaan untuk amal.

“Mereka menghabiskan uang untuk membeli bencana,” kata Hu Ping, seorang  pembangkang Tiongkok yang diasingkan di New York dan pemimpin redaksi kehormatan untuk majalah politik Tiongkok Beijing Spring. Rezim Tiongkok, tambah Hu Pin, “memiliki banyak cara untuk membuat anda membayar harga yang lebih tinggi” jika mereka menolak untuk mematuhi.

Kekayaan yang terkumpul di sektor hiburan membuat mereka menjadi sebuah target alami untuk Beijing, kata Gao Yu. Untuk membintangi satu pertunjukan, mereka mendapatkan apa yang tidak mampu diharap didapatkan orang-orang dalam hidupnya. Gao Yu, mencatat bahwa dengan menghukum tokoh masyarakat publik yang memiliki banyak pengikut, Xi Jinping akan dapat menunjukkan ketelitian dari kampanyenya.

Langkah-langkah ini, tetap tidak berkelanjutan dalam jangka panjang, kata seorang mantan pegawai negeri di Tiongkok dan tokoh media sosial, yang hanya memberi nama belakangnya Chen.

“Tidak ada yang akan merasakan rasa aman, Hari ini ia adalah seorang miliarder, besok mungkin ia berakhir di penjara.” kata Chen kepada The Epoch Times. 

Hasilnya, kata Chen, “hanyalah menjadi kemiskinan bersama daripada kemakmuran bersama.” (Vv)