Decoupling Teknologi AS – Tiongkok Kian Nyata, Investasi Kedua Pihak Turun 96% dalam 5 Tahun

 oleh Chen Beichen 

Pada 20 September Bain & Company merilis laporan tahunan di bidang teknologi menyebutkan bahwa dengan adanya upaya pemerintah AS untuk mengurangi ketergantungan terhadap rantai pasokan dari komunis Tiongkok dalam 5 tahun terakhir, telah mengakibatkan investasi di bidang teknologi dari kedua belah pihak menurun sebesar 96%.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa antara tahun 2016 hingga 2020, keseluruhan investasi langsung antara Amerika Serikat dengan Tiongkok telah turun dari USD. 62 miliar menjadi USD.16 miliar. Sedangkan investasi di industri teknologi saja penurunannya mencapai 96% selama periode ini.

Selama periode ini, total investasi langsung AS di Tiongkok turun 35% menjadi USD. 8,69 miliar, dan total investasi langsung Tiongkok di AS turun dari USD. 48,5 miliar menjadi USD. 7,2 miliar. Total investasi keduanya pada dasarnya sama.

Anne Hoeker, mitra di Bain & Company mengatakan kepada Nikkei Asia, bahwa selain penurunan tajam dalam investasi AS dan Tiongkok, beberapa negara berinvestasi besar-besaran dalam teknologi dan rantai pasokan mereka sendiri, untuk meningkatkan kemandirian dan menghilangkan ketergantungan mereka terhadap Beijing. Isu tersebut bukan isu utama pada beberapa tahun yang lalu, di saat dimana para pemimpin bisnis Amerika masih ramai membicarakan tentang bagaimana memasuki pasar Tiongkok.

Dia menunjukkan bahwa epidemi virus komunis Tiongkok atau COVID-19 dan kekurangan chip yang belum pernah terjadi sebelumnya, telah menyebabkan terganggunya rantai pasokan. Negara-negara semakin meningkatkan tren kemandirian rantai pasokan mereka sendiri, sehingga tren decoupling (pemisahan) teknologi telah menjadi isu penting bagi ekonomi utama.

Anne Hoeker percaya bahwa decouplingsudah tidak dapat dihindari, tetapi itu akan menjadi suatu proses yang makan waktu panjang.

Selain industri teknologi, investasi di sektor real estate dan kesehatan juga menurun drastis.

Bulan ini, Presiden AS Biden dan Presiden komunis Tiongkok Xi Jinping, melakukan pembicaraan lewat sambungan telepon yang kedua kalinya selama 90 menit. Namun, setelah pembicaraan, ketegangan antara kedua negara ini tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan yang signifikan, dan praktik perdagangan dan persaingan teknologi masih menjadi masalah pertikaian antara kedua negara.

Tercatat hingga April 2021, AS telah memasukkan 168 perusahaan Tiongkok ke dalam daftar hitam, sebagian besar dari perusahaan ini adalah perusahaan yang terkait dengan teknologi.

Dengan mempertimbangkan ketidakpastian geopolitik, perusahaan teknologi Amerika Serikat seperti Apple, Google, Amazon, dan Microsoft semua telah meminta para pemasoknya untuk memiliki kapasitas produksi yang berada di luar daratan Tiongkok.

Laporan tersebut menyebutkan bahwa karena masih banyak ketidakpastian yang perlu dihadapi di masa depan. Sehingga para pemimpin bisnis perlu memiliki kemampuan untuk menghadapi risiko geopolitik, dapat melakukan perencanaan secara hati-hati, dan menginvestasikan lebih banyak sumber daya untuk mempromosikan hubungan pemerintah dan menumbuhkan tim perdagangan global. (sin)