Selama Krisis Pangan, Korea Utara Sempat Memesan 20.000 Ton Beras Hingga Dihentikan oleh Beijing

Zheng Gusheng

Laporan media menyebutkan Korea Utara, yang terjebak dalam krisis  pangan, sempat memesan 20.000 ton beras dari sebuah perusahaan Tiongkok. Akan tetapi, pihak berwenang Beijing menolak untuk menyetujuinya dengan alasan “transaksi bukan dari pihak pemerintah.” Pedagang Korea Utara mengatakan bahwa Beijing mungkin mencoba untuk “menjinakkan Korea Utara.”

DailyNK, sebuah media online yang dijalankan oleh pembelot Korea Utara, mengutip sumber-sumber Tiongkok pada 23 September yang mengatakan bahwa, sebuah perusahaan perdagangan Korea Utara baru-baru ini memesan 20.000 ton beras dari mitra dagang Tiongkok sesuai dengan instruksi pemerintah. Setelah kesepakatan dinegosiasikan, pihak Korea Utara merapatkan kapal ke Pelabuhan Dalian di Provinsi Liaoning untuk pengiriman. Namun, otoritas Beijing menolak untuk menangani prosedur administrasi ekspor.

Menurut laporan tersebut, deposit sebesar 30 hingga 50% umumnya dibayarkan di muka untuk transaksi tersebut. Untuk transaksi beras ini diperkirakan Korea Utara telah membayar deposit. Jika pedagang Korea Utara menghabiskan dana Partai Buruh tetapi gagal mendapatkan beras atau transaksi tertunda, ia dapat dikenakan hukuman yang lebih berat.

Perusahaan perdagangan Tiongkok juga mengatakan bahwa selama beras dikirim ke pelabuhan, maka akan dibayar 100.000 yuan, tetapi karena pihak berwenang Beijing meningkatkan tindakan kerasnya, sehingga tidak ada yang mau mengangkutnya.

Seorang pakar Korea Utara yang bekerja di luar negeri mengatakan, Beijing baru-baru ini melarang transaksi informal dengan Korea Utara. Beijing hanya mengizinkan kesepakatan yang dicapai melalui saluran pemerintah. Tidak hanya beras, komoditas lain juga berulang kali dilarang. Pekerja perdagangan Korea Utara percaya bahwa Beijing tampaknya berusaha untuk “menjinakkan Korea Utara.”

Di bawah pukulan ganda sanksi internasional dan epidemi, Korea Utara terperosok ke krisis pangan. Menurut laporan sebelumnya oleh “Korea Today”, militer Korea Utara mulai memperluas tembok perbatasan di perbatasan antara Tiongkok dan Korea Utara untuk mencegah orang-orang melarikan diri.

Namun, karena takut para perwira akan mengambil kesempatan untuk melarikan diri, pihak berwenang mengerahkan perwira senior untuk membangun tembok, tetapi para perwira ini juga tampaknya kekurangan gizi. (hui)