Ketidakpercayaan Berkepanjangan Menurunkan Harga Susu Bubuk Merek Domestik Tiongkok, Impor Susu Merek Asing Meningkat

Julia Ye

Para warga Tiongkok yang terkena dampak temuan yang terus-menerus mengenai susu bubuk domestik yang terkontaminasi hingga menyebabkan terus bergantung pada merek susu bubuk asing.

Kementerian Pertanian Rusia Rusia menyatakan pada tanggal 14 September bahwa Tiongkok mengimpor hampir seperempat dari ekspor susu bubuk global pada tahun 2020.

Permintaan Tiongkok untuk susu bubuk impor terus-menerus melonjak pada tahun 2021. Impor susu bubuk Tiongkok pada dua kuartal pertama tahun 2021 meningkat sebesar 34 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020, dan lebih dari 90 persen volume tersebut dipasok dari Selandia Baru, kata laporan Kementerian Pertanian Rusia.

Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa pada tahun 2020 untuk ekspor global susu bubuk, mentega, dan keju, Tiongkok mengimpor susu bubuk sebesar 13 persen, mengimpor mentega sebesar 9 persen, dan mengimpor keju sebesar 4 persen.

Sejak 7 Agustus 2020, Rusia dan Tiongkok menegosiasikan ekspor produk susu dan susu bubuk Rusia ke Tiongkok.

“Susu bubuk kering dapat menjadi sebuah prioritas utama dalam hal ekspor susu Rusia ke Tiongkok,” kata Artem Belov, direktur Uni Rusia untuk produsen susu Soyuzmoloko, sesaat sebelum negosiasi, menurut Dairy Global.

Sejak pandemi COVID-19, permintaan produk susu Tiongkok meningkat secara dramatis, karena kepercayaan pada “kualitas peningkatan kekebalan,” demikian laporan South China Morning Post.

Tiongkok mengimpor 1,31 juta ton susu bubuk pada tahun 2020 yaitu sebesar USD 8,356 miliar, menurut data dari Administrasi Umum Kepabeanan Tiongkok.

Setelah 22 perusahaan Tiongkok ditemukan telah menambahkan melamin—suatu  produk beracun bahan kimia bagi kesehatan manusia yang membantu meningkatkan kadar protein secara artifisial dalam uji nutrisi–”untuk susu formula bayinya, sekarang terkait dengan keracunan 300.000 anak-anak dan enam kematian bayi, susu bubuk mere asing dianggap “jauh lebih dapat dipercaya,” demikian Dan Wang, analis Tiongkok untuk Unit Intelijen Ekonomi, mengatakan kepada South China Morning Post.

Skandal pada tahun 2008 silam, banyak bayi yang mengonsumsi susu bubuk yang diproduksi oleh perusahaan susu milik negara Sanlu Group, yang berbasis di Shijiazhuang, Provinsi Hebei, menderita batu ginjal, memicu penyelidikan yang menemukan melamin atau asam melanat dalam susu bubuk Sanlu Group.

Melamin dan asam sianurat yang diserap ke dalam aliran darah diketahui menyebabkan gagal ginjal. Menurut Administrasi Makanan dan Obat-Obatan Amerika Serikat (FDA) asupan harian melamin harus lebih rendah dari 0,063 mg per kilogram massa tubuh.

Grup Sanlu mengklaim susu bubuk yang terkontaminasi adalah sebuah masalah bagi hanya satu batch yang sekitar 700 ton ada di pasar. Tetapi setelah investigasi, beberapa batch dari 22 dari 109 perusahaan susu Tiongkok ditemukan mengandung jumlah melamin yang berbeda.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan Tiongkok, 296.000 anak menderita sakit karena mengkonsumsi susu bubuk yang terkontaminasi, dan 52.898 anak dirawat di rumah sakit pada akhir bulan Desember 2008.

Pada tahun 2007, Sanlu Group digambarkan oleh CCTV media pemerintah Tiongkok sebagai perusahaan-perusahaan patokan Tiongkok untuk susu bubuk bayi. Pada Januari 2008, sebelum skandal itu meledak, Dewan Negara Partai Komunis Tiongkok memberikan  “Penghargaan Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nasional” kepada Sanlu Group atas peringkat produk susu bubuk bayi yang tinggi kepada Sanlu Group.

Dengan reputasi perusahaan compang-camping yang didukung negara, warga Tiongkok kehilangan kepercayaannya pada merek domestik sejak saat itu.

Insiden Sanlu Group membayangi produk buatan Tiongkok. Banyak orang tua masih ingin anaknya mengonsumsi susu bubuk yang didatangkan dari luar negeri meskipun sudah 13 tahun berlalu sejak skandal itu, demikian dikatakan Yang Yi, sebuah nama samaran, seorang manajer sebuah perusahaan susu di Xi’an, Provinsi Shaanxi kepada The Epoch Times.

Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan susu formula bayi cenderung datar, sedangkan susu formula dan susu formula khusus untuk orang dewasa, pasar  tumbuh dengan mantap tahun demi tahun, demikian yang dilaporkan outlet berita keuangan Tiongkok East Money.

Pada 11 Mei, Biro Statistik Nasional Tiongkok merilis hasil dari sensus ketujuh, melaporkan bahwa 18,7 persen penduduk berusia 60 tahun ke atas, dan 12 juta bayi lahir pada tahun 2020. Angka tersebut mengungkapkan sebuah angkatan kerja yang menyusut dan populasi menua dengan cepat, di mana angkan kesuburan turun terendah dalam tujuh dekade.

Yang Yi mengatakan bahwa meskipun angka kelahiran rendah, permintaan akan susu bubuk impor diperkirakan masih akan meningkat, didorong oleh pilihan konsumen yang berbasis di Tiongkok.

Skandal Melamin Didahului Masalah Kualitas Lainnya

Sanlu Group bukanlah satu-satunya perusahaan yang berbasis di Tiongkok yang mengalami kerusakan reputasi atas gangguan kesehatan terkait produksi susu bubuk dalam negeri.

Awal tahun 2003, sebuah wabah “bayi berkepala besar” pertama kali dilaporkan di Fuyang, Provinsi Anhui. Bayi-bayi ini umumnya memiliki “kepala yang besar dan tubuh yang kecil, lemah, reaksi yang tertunda, borok-borok di kulit, dan pembengkakan organ-organ dalam setelah mengkonsumsi susu bubuk di bawah standar. Sebanyak 229 Bayi lainnya adalah kurang gizi, 12 bayi di antaranya meninggal karena kekurangan gizi, menurut media pro-Beijing Wen Wei Po.

Pada tahun 2015, tiga produsen susu di Provinsi Shaanxi ditemukan memiliki kadar nitrat yang berlebihan dalam beberapa susu bubuknya, demikian BBC melaporkan pada waktu itu.

Pada Mei 2020, lima orangtua di daerah Yongxing, kota Chenzhou,  Provinsi Hunan, menemukan anaknya menderita eksim dan penurunan berat badan yang parah setelah mengonsumsi “susu bubuk medis khusus” yang dianjurkan seorang dokter untuk anak-anak  alergi susu, sebagaimana dilaporkan Hunan Economic TV. (Vv)