Laporan Mengungkapkan Penjualan Tes PCR Melonjak di Wuhan Sebelum Kasus Resmi COVID-19 Pertama Dipublikasikan

Daniel Y. Teng

Belanja untuk alat uji polymerase chain reaction (PCR) di Wuhan melonjak beberapa bulan sebelum pelaporan resmi kasus COVID-19 yang pertama di Tiongkok, menunjukkan virus tersebut sudah beredar di komunitas-komunitas selama musim panas di utara Tiongkok atau  pada Juni hingga Agustus pada tahun 2019 sebelum kasus tersebut diumumkan.

Sebuah perusahaan keamanan dunia maya Australia, Internet 2.0, melacak penjualan tes polymerase chain reaction (PCR) selama beberapa tahun, mengungkapkan ada peningkatan hampir 50 persen antara tahun 2018 hingga 2019– “tahun sebelum wabah COVID-19 menyebar ke seluruh dunia.

Penjualan tes PCR, yang digunakan untuk mendeteksi virus-virus tertentu, mencapai 19,1 juta Yuan pada tahun 2016, diikuti oleh 29,1 juta Yuan pada tahun 2017, mencapai 36,7 juta Yuan pada tahun 2018, kemudian 67,4 juta Yuan pada tahun 2019.

“Temuan ini menantang asumsi yang ada seputar kapan pandemi dimulai dan mendukung penyelidikan lebih lanjut. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ada sebuah peningkatan yang signifikan dalam belanja peralatan PCR berkaitan dengan penyebaran COVID-19,” menurut laporan tersebut yang berjudul,  Procuring for a Pandemic: An Assessment of Hubei Province (China) PCR Procurement Assessments.

“Kami menilai dengan keyakinan sedang adanya peningkatan yang signifikan dari tahun 2018 ke 2019 di Provinsi Hubei (67,4 juta Yuan dari total peralatan PCR pada tahun 2019) karena peristiwa seperti munculnya COVID-19,” lanjut laporan tersebut.

“Akhirnya, kami menilai dengan keyakinan tinggi bahwa pandemi dimulai jauh lebih awal daripada waktu Tiongkok memberitahu Organisasi Kesehatan Dunia mengenai COVID-19,” tambah laporan itu. 

Penelitian itu dilakukan melalui sebuah analisis terhadap 1.716 kontrak pengadaan dari tahun 2007 hingga akhir tahun 2019.

Penelitian itu juga mengidentifikasi pembelian peralatan sejumlah PCR yang “yang patut diperhatikan, signifikan, dan tidak normal” pada tahun 2019 dari lembaga yang berbasis di Wuhan seperti Rumah Sakit Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat ( Mei 2019), Institut Virologi Wuhan ( November 2019), Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Wuhan (Oktober 2019), dan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Distrik Provinsi Hubei (Mei-Desember 2019).

Kasus COVID-19 pertama secara resmi dilaporkan pada 31 Desember 2019; namun, pertanyaan masih menyisakan penyebab pasti wabah tersebut dengan sebuah penyelidikan yang didukung WHO  dan hasilnya ditantang.

Jeff Carlson dan Hans Mahncke, pembawa acara bersama Truth Over News di Epoch TV, berupaya menelusuri asal-usul virus, menemukan bahwa para ilmuwan di

Institut Virologi Wuhan mulai mengidentifikasi mempelajari virus-virus awal terkait dengan COVID-19 dari awal tahun 2012 hingga 2013.

Michael Shoebridge, direktur pertahanan di Institut Kebijakan Strategis Australia, kata laporan Internet 2.0 memberikan poin-poin data tambahan untuk membantu dalam upaya-upaya mengungkap kebenaran asal-usul pandemi.

“Kini peralatan uji PCR secara luas dikaitkan dengan uji-uji Covid yang akurat, tetapi peralatan uji PCR memiliki kegunaan yang jauh lebih luas dalam penelitian genetik dan bioteknologi, jadi sebuah lonjakan pengadaan peralatan ini tidak selalu berarti bahwa sebuah wabah penyakit telah terjadi. Penjelasan-penjelasan lain dapat menjadi sebuah  percepatan garis-garis penelitian yang berbeda,” kata Michael Shoebridge kepada The Epoch Times melalui sebuah email.

Namun, Michael Shoebridge mencatat bahwa hal itu tidak mengesampingkan kesimpulan Internet 2.0 bahwa rezim Tiongkok mungkin telah berupaya menangani sebuah kemungkinan wabah.

Lebih lanjut, jika informasi mengenai motif-motif di balik pembelian PCR massal dapat diperoleh, hal itu dapat menjelaskan lebih lanjut mengenai kegiatan Partai Komunis Tiongkok.

Tentu saja, inilah yang tidak diinginkan terjadi oleh otoritas Tiongkok dan maka rekonstruksi dan penemuan data seperti yang dilakukan oleh Internet 2.0 akan tetap menjadi sebuah sarana untuk melanjutkan penyelidikan lebih lanjut, tambah Michael Shoebridge. Ia tidak akan mengabaikan informasi lain yang membantu pengungkapan dari dalam Tiongkok, karena sudah ada peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya di bidang-bidang aktivitas lain, seperti kebocoran dokumen pemerintah mengenai Xinjiang.

Fakta sederhana tentang pengungkapan apa yang terjadi, jelas-jelas adalah  kepentingan semua orang yang ingin mencegah pandemi di masa depan, ini berarti perilaku Partai Komunis Tiongkok yang ingin menggagalkan pengetahuan ini membuka sebuah kesenjangan antara kepentingan rezim yang memerintah Tiongkok, dan penduduk Tiongkok dan negara-negara lainnya di seluruh dunia. Kesenjangan itu cenderung akan melebar seiring berjalannya waktu. (Vv)