Negara-negara Berebut Membeli Pil Anti-COVID-19 Hingga Presiden Prancis Minta Lansia Diatas 65 Tahun Perlu Booster

oleh Li Mei dan Ruili 

Pada Rabu 10 November, dengan mengecualikan daratan Tiongkok, lebih dari 250 juta orang di seluruh dunia telah didiagnosis positif terinfeksi virus komunis Tiongkok (COVID-19), dan lebih dari 5,06 juta orang meninggal dunia. Negara-negara telah mulai berebut membeli pil yang diproduksi oleh Merck dan Pfizer. Sementara itu, WHO sedang menantikan peluncuran obat semprotan hidung dan obat oral untuk anti COVID-19 generasi kedua. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan bahwa para orang lansia di atas usia 65 tahun memerlukan suntikan ketiga agar paspor vaksin valid.

Presiden Prancis Emmanuel Macron membuat pidato di televisi pada Selasa 9 November yang khawatir  berkecamuknya epidemi gelombang kelima yang saat ini muncul di Eropa.

“Jumlah kasus COVID-19 meningkat 40% dalam seminggu, dan peningkatan rawat inap juga merupakan tanda peringatan”, kata Macron.

Macron mengimbau masyarakat untuk divaksinasi, dan juga mengumumkan bahwa setelah 15 Desember, orang yang berusia di atas 65 tahun harus menunjukkan sertifikat vaksinasi dosis ketiga agar paspor kesehatan berlaku.

Otoritas Prancis juga mengingatkan bahwa orang di bawah usia 30 tahun yang divaksinasi Moderna berisiko terkena miokarditis dan perikarditis.

Perusahaan farmasi besar seperti Merck dan Pfizer telah mempercepat pengembangan dan produksi pil anti-COVID-19, dan negara-negara di dunia berlomba untuk membelinya.

Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Taiwan, Chen Shih-chung mengatakan pada Rabu bahwa ia telah menandatangani kontrak dengan Merck untuk membeli puluhan ribu pil anti-COVID-19 Molnupiravir, juga sedang meninjau informasi dari obat  buatan Pfizer.

Korea Selatan telah melakukan pra-pembelian sebanyak 404.000 obat pil dari perusahaan farmasi seperti Merck dan Pfizer, dan barang diharapkan sudah bisa diterima pada bulan Februari tahun depan.

Pada Selasa, rapat kabinet Thailand meloloskan rencana pembelian 50.000 eksemplar, atau 2 juta tablet obat oral buatan Merck .

Amerika Serikat telah membeli total 3,1 juta eksemplar, dengan harga total USD. 2,2 miliar.

Inggris adalah negara pertama di dunia yang menyetujui obat oral buatan Merck, dan telah memesan 480.000 obat oral Merck serta 250.000 obat baru Pfizer .

Menurut laporan, data klinis menunjukkan bahwa penggunaan obat oral Molnupiravir pada tahap awal pasien diagnosis infeksi dapat mengurangi risiko rawat inap atau kematian hingga 50%. Namun, obat oral Pfizer masih sedang dalam tahap pengujian.

Pada saat yang sama, WHO berharap dapat meluncurkan vaksin generasi kedua dalam bentuk semprotan hidung atau oral.

Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan : “Beberapa dari mereka mungkin memiliki keuntungan yang jelas. Jika ada vaksin oral atau vaksin intranasal, akan lebih mudah dalam transportasinya ketimbang vaksin injeksi.

Dengan semakin populernya vaksin dan perkembangannya dalam mengatasi penyakit, para pemimpin Indonesia dan Malaysia pada Rabu 10 november sepakat untuk membentuk koridor wisata antara kedua negara yang pertama,  akan diterapkan di ibukota dan resor seperti Bali dan tempat-tempat lainnya. (sin)