Korupsi Melemahkan Efektivitas Pertempuran Militer Tiongkok

Nicole Hao

Korupsi adalah sebuah fenomena yang tersebar luas di dalamĀ  militer Tiongkok, di mana para perwira, termasuk jenderal-jenderal, tidak bergantung pada masa kerja mereka atau kekuatan militer untuk naik pangkat, melainkan suap dan koneksi, demikian menurut para analis.

Para ahli berkomentar bahwa kurangnya kepemimpinan yang kompeten akan sangat merugikan kemampuan perang Tiongkok.

Di dalam militer Tiongkok, semua posisi dan pangkat telah dijual dengan mengajukan harga, demikian laporan outlet media pemerintah Tiongkok, Xinhua mengutip tiga mayor jenderalĀ  dari Akademi Ilmu Militer mengatakan pada 10 Maret 2015.

ā€œSeorang komandan dari sebuah distrik militer menyuap Xu Caihou [saat itu Wakil Ketua Komisi Militer Pusat] sebesar 20 juta yuan  untuk sebuah posisi senior. Xu Caihou kemudian mempromosikan orang satu ini, daripada komandan lain yang baru saja menyuap Xu Caihou sebesar 10 juta yuan,ā€ kata Mayjen Yang Chunchang.

Di dalam militer Tiongkok, hanya ada satu jenderal yang memiliki pengalaman pertempuran yang sesungguhnya. Jenderal Li Zuocheng, 68 tahun, bertugas dalam Perang Vietnam pada tahun 1979 sebagai direktur sebuah perusahaan yang terdiri dari sekitar 100 tentara. Li Zuocheng adalah kepala dari Kepala Staf Gabungan Komisi Militer Pusat.

ā€œMereka membeli posisi mereka. Mereka tidak akan menghabiskan hidup mereka untuk bertempur,” kata Zhou Meisen, penulis skenario serial TV propaganda anti-korupsi berjudul ā€œAtas Nama Rakyat,” memberitahu People’s Daily, corong rezim Tiongkok, pada 6 April 2017. ā€œBegitu ada perang, siapa yang dapat bertempur? Siapa yang akan mengorbankan hidupnya untuk membela negara?ā€

ā€œSeorang jenderal masih dapat memimpin militer ketika ia tidak memiliki pengalaman pertempuran apa pun. Ia dapat belajar dari buku-buku dan latihan-latihan militer,ā€ kata Tang Jingyuan, komentator urusan Tiongkok yang berbasis di Amerika Serikat, kepada The Epoch Times pada 17 Desember.Ā 

ā€œTetapi jika para jenderal dan perwira menerima posisi dan pangkat mereka dengan cara  suap, mereka tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memerintah militer untuk bertempur dalam perang.ā€

Tang Jingyuan melanjutkan dengan mengatakan bahwa sebagai hasilnya, perwira dan tentara-tentara Tiongkok tidak akan fokus pada peningkatan keterampilannya, mengetahui bahwa mereka perlu membeli posisi dan pangkat yang ingin mereka capai.

ā€œBertempur bukanlah sebuah permainan, Begitu ada sebuah perang, perwira-perwira dan tentara-tentara ini tidak dapat bertempur,ā€ kata Tang Jingyuan.

Pertarungan Melemah

Contoh-contoh para jenderall yang dipecat menjadi hal biasa di bawah rezim Xi Jinping.

Pada 29 April, rezim Tiongkok mengumumkan bahwa Mayor Jenderal Song Xue, mantan wakil kepala staf Angkatan Laut Tiongkok, dicurigai melakukan sebuahĀ  ā€œpelanggaran yang serius terhadap disiplin dan hukum.ā€ Song Xue telah diberhentikan dari posisinya pada 8 April.

Song Xue adalah pemimpin Tiongkok yang penting untuk membangun kembali dan melatih personel untuk kapal induk pertama Tiongkok, Liaoning. Para komentator Tiongkok di luar negeri mengatakan bahwa Song Xue terlibat dalam kasus penyuapan dalam proyek Liaoning.  Ia  dihukum karena kapal induk tersebut tidak memiliki efektivitas pertempuran yang diharapkan dimiliki oleh sebuah kapal induk.

Pada 26 April, kelompok penyerang kapal induk Liaoning–ā€”yang memiliki tiga kapal perusak Tiongkok, satu fregat, dan satu kapal suplai yang berlayar bersama dengan Liaoning–ā€”tidak dapat mencegah sebuah kapal perusak kelas Arleigh Burke dengan Angkatan Laut Amerika Serikat agar tidak masuk ke tengah formasi kelompok penyerang kapal induk Liaoning saat berlayar melalui Laut Filipina.

ā€œMiliter Tiongkok telah menjadi melempem, tanpaĀ  keefektifan pertempuranā€ Luo Yu, putra mantan revolusioner Tiongkok Jenderal Lou Ruiqing, mengatakan kepada The Epoch Times pada 14 November 2017.Ā 

ā€œTidak ada pejabat atau petugas Tiongkok yang tidak terlibat dalam suap, itu sebuah masalah sistematis. Tidak ada cara untuk menghentikan korupsi di dalam militer Tiongkok,ā€ ujarnya. 

Dalam sambutannya, Zhou mengutip sebuah contoh perwira yang secara aktif menggelapkan dana-dana militer.

ā€œDalam satu latihan militer, mereka [perwira-perwira] menjual kendaraan-kendaraan dan bensin,ā€ kata Zhou. 

ā€œPerwira-perwira itu kemudian melaporkan bahwa kendaraan-kendaraan itu hancur selama latihan dan gas digunakan. Dana tambahan itu kemudian masuk ke kantong perwira-perwira itu,ā€ tambahnya.

Dalam contoh lain, Zhou mencatat bahwa selama sebuah latihan militer, “tentara-tentara hanya menembakkan 10 meriam dalam latihan, tetapi mereka melaporkan bahwa 100 meriam digunakan.ā€

ā€œKorupsi terlalu serius untuk digambarkan, Untuk menggunakan kata-kata perwira, [militer] adalah bobrok dari luar hingga dalam,ā€ kata Zhou.

Pada 18 Agustus, dwnews.com yang berkantor pusat di Beijing melaporkan dari Beijing bahwa Jenderal Zhang Yang, yang dilaporkan melakukan bunuh diri, yangĀ  dijuluki “Karung Goni Zhang” karena ia biasa memasukkan uang tunai ke dalam karung goni, iaĀ  menggunakan uang tunai itu untuk menyuap perwira senior atau menerima suap dari perwira-perwira junior. Zhang Yang telah memberi uang tunai sebesar 25 juta yuanĀ  masing-masing kepada Wakil Ketua Komisi Militer Pusat Jenderal Guo Boxiong dan Xu Caihou sekaligus.

ā€œHanya beberapa jenderal yang tewas di medan perang ketika Partai Komunis Tiongkok meluncurkan perang pertamanya, pemberontakan Nanchang, pada 1 Agustus 1927, hingga Perang Korea [yang berakhir dengan sebuah gencatan senjata pada 27 Juli 1953],” kata Zhou kepada People’s Daily pada tahun 2017.

“Sekarang, sebuah kampanye anti-korupsi telah memecat lebih dari 140 jenderal,ā€ ujarnya.

Korupsi dan Penggantian

Antikorupsi telah menjadi tugas utama pemimpin Tiongkok Xi Jinping setelah mengambil posisi ketua Komisi Militer Pusat pada tahun 2012. Xi Jinping, yang adalah komandan tertinggi militer Tiongkok, menggunakan sebuah kampanye anti-korupsi untuk memecat para jenderal yang tidak memiliki loyalitas dan untuk mempromosikan jenderal baru yang mendukungnya.

Pada 16 Juni 2018, dwnews.com melaporkan bahwa upaya Xi Jinping untuk mereformasi militer Tiongkok menghadapi perlawanan.

ā€œSaat ini, situasi antikorupsi di dalam militer masih parah dan rumit,ā€ outlet media yang dikelola pemerintah Tiongkok, Harian Tentara Pembebasan Rakyat yang terbit pada 13 April 2020. ā€œMasalah melanggar aturan dan melanggar aturan-disiplin sering terjadi.ā€

Pada 28 Agustus 2017, Jenderal Zhang Yang, mantan direktur departemen pekerjaan politik Komisi Militer Pusat, dan Jenderal Fang Fenghui, mantan kepala gabungan staf, diselidiki karena kasus suap dan pelanggaran-pelanggaran disiplin.

Tiga bulan kemudian pada 25 November, ZhangĀ  Yang bunuh diri. Pada bulan Oktober 2018, Partai Komunis Tiongkok secara anumerta mencopot Zhang Yang dari Komisi Militer Pusat dan dari Partai Komunis Tiongkok, melucuti pangkatnya, dan menyita properti milik Zhang Yang. Xinhua melaporkan bahwa Zhang Yang memilikiĀ  jumlah kekayaan yang tidak dapat dijelaskan dan tingkat korupsi yang dilakukan Zhang Yang adalah sangat tinggi.

Fang Fenghui dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh sebuah pengadilan militer Tiongkok pada 20 Februari 2019, dengan kejahatan suap dan memiliki sejumlah besar properti dari sumber yang tidak diketahui.

Tentara Tiongkok memiliki lima komando teater, di mana masing-masing komando meliputi satu wilayah. Sejajar dengan ini, ada angkatan darat, satu angkatan udara, satu angkatan laut, satu angkatan roket, satu angkatan pendukung strategis, satu angkatan pendukung layanan gabungan, dan satu angkatan polisi bersenjata. Pasukan tersebut dipimpin oleh komando-komando teater dan angkatan-angkatan pada saat yang sama. Selain itu, Tentara Pembebasan Rakyat memiliki 25 distrik militer provinsi dan tiga garnisun yang melapor ke Komisi Militer Pusat secara langsung.

Pada 6 September, Xi Jinping mempromosikan lima letnan jenderal ke posisi jenderal, serta posisi komando yang lebih tinggi. Lima orang ini termasuk Komandan Komando Teater Barat Wang Haijiang, Komandan Komando Teater Pusat Lin Xiangyang, Komandan Angkatan Laut Dong Jun, Komandan Angkatan Udara Chang Dingqiu, dan Direktur Universitas Pertahanan Nasional Tentara Pembebasan Rakyat, Xu Xueqiang.

Dua bulan sebelumnya pada 5 Juli, Xi Jinping mempromosikan empat letnan jenderal lainnya ke pangkat jenderal. Mereka adalah Komandan Komando Teater Barat Xu Lingqi, Komandan Komando Teater Selatan Wang Xiubin, Komandan Angkatan Darat Liu Zhenli, dan Komandan Angkatan Pendukung Strategis Ju Qiansheng.

Xi Jinping telah mengganti Komandan Komando Teater Barat empat kali dalam sembilan bulan. Pada Desember 2020, saat itu Komandan Zhao Zongqi pensiun.Ā 

Xi Jinping mempromosikan Zhang Xudong, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Komandan Komando Teater Pusat, untuk mengambil alih. 

Pada Juni, Zhang Xudong diberhentikan karena menderita penyakit. Xu Xueqiang mengambil alih posisi tersebut dan pada September digantikan oleh Wang Haijiang. Tidak diketahui mengapa Xi Jinping memecat Xu Xueqiang dan di mana kini Xu Xueqiang berada.

ā€œXi Jinping belum membangun sebuah militer yang setia kepadanya,ā€ tulis Wang Youqun, seorang kolumnis untuk The Epoch Times berbahasa Mandarin, pada 8 September.

 ā€œXi Jinping telah mempromosikan lebih dari 60 jenderal sejak mengambil alih sebagai Ketua Komisi Militer Pusat. Jenderal-jenderal ini mengendalikan Komisi Militer Pusat, lima komando teater, tujuh angkatan, dan universitas-universitas militer. Namun, tidak semua ini komandan yang baru diangkat ini setia kepada Xi Jinping, dan inilah alasan mengapa Xi Jinping terus menunjuk komandan yang baru.ā€

Wang Youqun juga menulis bahwa Xi Jinping menyebut korupsi sebagai alasan untuk menyingkirkan para Jenderal yang tidak setia kepadanya, karena sebagian besar jenderal-jenderal itu terlibat dalam kasus penyuapan, penyalahgunaan kekuasaan, pemerasan, penipuan, kolusi, dan penggelapan. (Vv)