Pencegahan Epidemi Ekstrem : Siapa Pun Bisa Dibacok Jika Keluar Rumah, Pasangan Harus Tidur di Ranjang Terpisah …

NTDTV.com

“Mungkin perlu mempersiapkan kapak agar para kader desa (petugas pengamanan karantina wilayah) bisa membacok siapa pun yang keluar rumah”. Ini adalah peringatan dari Sekretaris Desa di Provinsi Liaoning yang disampaikan sendiri lewat pengeras suara kepada penduduk desa setempat yang tidak mematuhi kebijakan pencegahan epidemi. Sedangkan siaran pencegahan epidemi dari komite komunitas di Guangdong bahkan lebih mengejutkan : “Mulai malam ini, pasangan harus tidur di ranjang terpisah”, “Ciuman tidak diperkenankan, dan pelukan pun tidak diperbolehkan” …

Meskipun himbauan dalam mencegah penyebaran epidemi berbeda antar satu provinsi dengan provinsi lainnya, tetapi organisasi akar rumput Partai Komunis Tiongkok semuanya melakukan hal yang sama, yakni menerapkan kebijakan nol kasus, karena itu pelaksanaannya jadi ekstrem.

“Selama masih bernafas, pertahankan untuk tetap berada dalam rumah”, seru petugas yang dinilai tidak manusiawi

Menurut media lokal Shaanxi ‘Dushì Kuaibao’ : Pada 8 Januari, Markas Pencegahan dan Pengendalian Epidemi Distrik Yanta di Kota Xi’an, Provinsi Shaanxi mengeluarkan instruksi untuk menerapkan karantina wilayah penuh terhadap 196 komunitas di Xi’an beserta keenam lokasi yang ditetapkan. Demi mencegah warga keluar dari rumah, segera menempelkan segel silang di depan pintu rumah-rumah mereka.

Baru-baru ini, sebuah video tujuan propaganda anti-epidemi di Komunitas Taibai Xinyuan, Distrik Yanta menarik banyak perhatian dan diskusi hangat para netizen.

Seorang petugas pelaksana karantina wilayah dengan pengeras suara di tangannya, untuk menyampaikan informasi pencegahan epidemi yang ditentukan oleh atasan kepada para warga Komunitas Xinyuan dengan mengatakan :

“Selama masih ada sebutir beras dalam rumah, jangan pergi ke tempat yang berkerumunan. Selama masih ada setetes minyak, harap tidak menampakkan diri, tetap berada dalam rumah saja”.

“Selama masih ada bawang di dapur, jangan terburu-buru pergi ke pasar. Selama masih bernafas, pertahankan untuk tetap berada dalam rumah”.

Meskipun propaganda pencegahan epidemi resmi ini terdengar seperti sajak, peringatan resmi ini dianggap oleh netizen sebagai hal yang tidak manusiawi.

“Sajak-sajak” pencegahan epidemi yang disampaikan petugas “keliling” ini bukan hanya sekedar peringatan, tetapi membutuhkan implementasi yang ketat. Menurut rekaman video yang berbeda, menunjukkan ada seorang warga Xi’an yang bermaksud untuk pergi makan di warung yang berada dalam komunitas, tetapi mendapat larangan dari petugas pencegahan epidemi komunitas.

Warga tersebut bertanya : “Apakah tidak boleh makan ?” Petugas pencegahan epidemi menjawab : “Tidak boleh”. Warga bertanya : “Bagaimana jika saya mati kelaparan ?” Petugas menjawab : “Anda mati kelaparan itu tidak ada hubungannya dengan saya. Pokoknya, jika Anda tidak memiliki izin (pass), Anda tidak boleh keluar rumah”.

Kota Xi’an yang berpenduduk 13 juta jiwa dinyatakan tertutup penuh (lockdown) pada 23 Desember 2021. Di bawah pengawasan Wakil Perdana Menteri Tiongkok Sun Chunlan, otoritas Provinsi Shaanxi pada 4 Januari mengumumkan bahwa Kota Xi’an “pada dasarnya telah mencapai status nol kasus (infeksi)”.

Selain fakta bahwa puluhan ribu warga di Kota Xi’an dipindahkan ke titik isolasi yang berada di luar kota untuk menahan kelaparan, ada banyak tragedi yang disebabkan oleh kejadian karena sulitnya memperoleh bahan pangan dan mencari perawatan medis bagi warga yang “dipenjara” dalam rumah.

Tak lama setelah otoritas mengumumkan instruksi Pusat untuk melaksanakan kebijakan nol kasus, pada 8 Januari, Kota Xi’an mendeteksi adanya seorang penyebar virus super yang kemudian menjadikan pencegahan di lokal semakin ekstrem.

Menurut laporan pihak berwenang bahwa tercatat hingga 12 Januari, Kota Xi’an memiliki 3 area (merah) yang tergolong berisiko tinggi, dan 37 area (kuning) berisiko sedang.

“Jangan menambah beban bagi negara”, Propaganda pencegahan epidemi Kota Tianjin yang menimbulkan banyak komentar

Pada 12 Januari, pihak berwenang Tianjin mengeluarkan pemberitahuan kepada warga untuk bersiap-siap melakukan pengujian asam nukleat putaran kedua. Setelah munculnya kasus Omicron lokal pertama yang ditularkan oleh warga Tianjin pada awal bulan ini, pihak berwenang melakukan tes asam nukleat berskala besar di seluruh kota pada 8 hingga 9 Januari, sambil menerapkan kontrol ketat di jalur lalu lintas.

Menurut sebuah video, ketika warga Tianjin sedang mengantre untuk pengujian asam nukleat pada 9 Januari, propaganda pencegahan epidemi yang disiarkan lewat pengeras suara oleh staf medis Tianjin menimbulkan banyak komentar.

“Mending sakit leher karena salah bantal, daripada keluar rumah menantang aral. Lebih baik meneguk arak sampai mabuk, daripada keluar rumah untuk berkumpul-kumpul. Mending basah keringat dalam rumah, daripada menambah beban bagi negara”.

Mengenai propaganda pencegahan epidemi ini, ada netizen dengan sinis mengomentari : “Celotehan yang tidak bermanfaat ! Intinya tak lain adalah agar masyarakat tidak menambah  masalah buat partai.”

Mrs. Wang, seorang warga Distrik Jinnan, Tianjin kepada reporter ‘Epoch Times’ mengatakan : “Sebenarnya, mereka (pemerintah) menganggap ini sebagai tugas politik, mungkin untuk melindungi Beijing dan Olimpiade Musim Dingin.”

Sekretaris suatu desa di Provinsi Henan mencaci warga desa dengan mengatakan : “Beberapa orang warga memang bandel dan tidak tahu malu”.

Propaganda pencegahan epidemi di pedesaan seperti yang digambarkan berikut ini tampaknya lebih menonjolkan “dominasi” seorang pejabat lokal.

Baru-baru ini, seorang sekretaris di sebuah desa di Henan melakukan propaganda dalam upaya pencegahan epidemi melalui pengeras suara. Isinya lebih berbau mencaci yang kemudian menjadi perbincangan hangat di antara netizen. Sekretaris desa itu dengar suara keras mengingatkan warga yang dianggap bandel dengan mengatakan : “Beberapa orang warga memang bandel dan tidak tahu malu”. Dia memperingatkan : “Jika besok saat saya berpatroli ke jalan masih melihat kalian berkerumun, jangan kalian menyesal dengan sikap kasar dari saya !”

Saat ini, Kota Anyang merupakan daerah di Provinsi Henan yang paling parah terkena dampak epidemi. Pada 10 Januari, otoritas Kota Anyang melaporkan bahwa sumber dari timbulnya putaran epidemi saat ini adalah seorang mahasiswa yang pulang dari Kota Tianjin dengan “membawa serta Omicron”.

Selain Anyang, Yuzhou juga merupakan kota di Provinsi Henan yang terkena dampak serius epidemi. Namun, walikota Kota Yuzhou mengatakan dalam sebuah wawancara dengan media pemerintah pada 10 Januari bahwa sumber epidemi di kota itu sampai sekarang belum ditemukan.

Ada perbedaan mencolok antara kader akar rumput PKT di wilayah utara dengan selatan 

Dibandingkan dengan pejabat desa di Provinsi Henan, pejabat desa di Timur Laut Tiongkok yang dilukiskan dalam laporan di bawah ini tampaknya lebih menunjukkan sikap banditnya.

Dari video yang diunggah netizen terlihat bahwa selama epidemi, sekretaris desa di Provinsi Liaoning memperingatkan warga lokal yang “tidak patuh” melalui pengeras suara dengan mengatakan : “Mungkin perlu menancapkan beberapa relawan di setiap jalan masuk untuk ikut menjaga, sekalian mempersiapkan sejumlah kapak agar para kader desa (petugas pengamanan karantina wilayah) bisa membacok siapa pun yang keluar rumah.”

Saat ini, epidemi Omicron kasus lokal Tianjin telah menyebar sampai ke Provinsi Liaoning, Henan, dan tempat-tempat lain. Pada 12 Januari, di Distrik Ganjingzi, Kota Dalian, Provinsi Liaoning, terdapat 2 orang warga yang kembali dari Kota Tianjin ternyata positif terpapar Omicron lewat tes asam nukleat. 

Keduanya adalah mahasiswa yang aktif di Distrik Jinnan, Tianjin. Mereka bersama pulang ke Lioning dengan naik kereta T367 pada 8 Januari. Kereta melewati beberapa stasiun di Provinsi Hebei, dan orang-orang serta daerah yang terlibat dipaksa menjalani isolasi dan ditutup. Selain itu, pencegahan dan pengendalian epidemi di Kota Shenyang, Liaoning dan tempat-tempat lain juga mulai ditingkatkan.

Provinsi Guangdong baru-baru ini melaporkan bahwa kasus paparan baru terus bertambah. Dan, Kota Shenzhen saat ini merupakan daerah di provinsi tersebut yang paling tinggi kasusnya.

Baru-baru ini, siaran pencegahan epidemi di Komunitas Liaoxia, di Kota Dongguan, Provinsi Guangdong telah menarik perhatian netizen, dan tindakan pencegahan epidemi resmi telah diperluas sampai ke keluarga. Netizen menertawakan hal ini dengan mengatakan : Dongguan, tempat yang marak akan industri porno, pantas mendapat sebutan Ibukota Seks Tiongkok.

Di sebuah lokasi pengujian asam nukleat di komunitas Liaoxia, pengeras suaranya berbunyi seperti ini : “Mulai malam ini, pasangan harus tidur di ranjang terpisah, makan tidak secara bersamaan, ciuman tidak diperkenankan, dan pelukan pun tidak diperbolehkan. Mohon semua pihak dapat mentaati hal ini. Tahan sejenak. Dan terima kasih atas kerjasamanya.”

Hal yang perlu disebutkan adalah bahwa komite lingkungan dan cabang desa dari komunitas perkotaan Tiongkok merupakan organisasi akar rumput PKT. Organisasi yang menjadi “kaki tangan” partai ini menerima perintah untuk melaksanakan kehendak partai. Dalam kampanye politik PKT dari waktu ke waktu, mereka ini sering dijadikan pion yang harus muncul di garis paling depan.

Saat ini, pemerintahan partai komunis Tiongkok telah mempromosikan “Proyek Pengeras Suara Pedesaan Baru” di lebih dari 200 kota dan kabupaten di seluruh negeri di Provinsi-Provinsi seperti Hebei, Henan, Liaoning, Heilongjiang dan lainnya. Dan mendirikan sejumlah kolom propaganda untuk menyanjung kepemimpinan PKT, melalui prestasi-prestasi dari pemerintahan daerah untuk mencapai tujuan cuci otak bagi warga sipil. (sin)