Penyanderaan di Sinagog Texas, Semua Sandera Selamat dan Pelaku Tewas

Li Qingyi dan Liu Fang 

Seorang pria dengan pistol mendobrak sebuah sinagoga di Colleyville, Texas pada Sabtu (15/1/2022) dan menculik empat sandera. Semua sandera diselamatkan pada malam itu dan penculiknya berhasil ditembak mati.

Pihak berwenang AS mengonfirmasi bahwa penculik adalah seorang warga negara Inggris. Perdana Menteri Israel Naftali  Bennett mengucapkan terima kasih kepada petugas penegak hukum AS

“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada lembaga penegak hukum AS atas tanggapan cepat dan tindakan berani mereka untuk membawa sandera kembali dengan selamat ke orang yang mereka cintai. Insiden ini adalah pengingat yang jelas akan kegelapan anti-Semitisme, kekuatannya masih ada dan harus dilawan,” kata PM Israel.

Insiden ini diketahui pada 15 Januari dengan pelaku pria bernama Malik Faisal Akram, seorang warga negara Inggris berusia 44 tahun. Ia membawa sebuah bom, mendobrak sebuah sinagoga tempat ibadah diadakan di Colleyville, Texas. Ia berhasil menyandera empat orang, termasuk seorang rabi. Tim SWAT FBI tiba di lokasi sekitar pukul 11.00 dan mengepung  penculik selama 10 jam.

Tersangka, Akram, ditembak mati setelah sandera terakhir melarikan diri sekitar pukul 21.00 pada malam itu.

Komisaris Khusus FBI Dallas Matthew DeSarno mengatakan, “penculiknya sudah mati. Kami akan melakukan penyelidikan independen, tim pengumpulan bukti di sini untuk menangani tempat kejadian, dan sebuah unit di Washington akan melakukan penyelidikan independen atas penembakan itu.”

Akram menuntut pembebasan Aafia Siddiqui, seorang ahli saraf Pakistan yang dicurigai memiliki hubungan dengan al-Qaeda. Siddiqui saat ini menjalani hukuman di penjara federal di Fort Worth, Texas, di mana dia dihukum karena berusaha membunuh pasukan AS di Afghanistan.

Presiden AS Joe Biden menyebut pembajakan itu sebagai “aksi teror.”

Sementara itu, Menlu Inggris juga mengutuk insiden tersebut.

“Kami (Inggris) mengutuk tindakan terorisme dan anti-Semitisme ini,” kata Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss di Twitter. (hui/asr)