Sentimen Konsumen di AS Anjlok Karena Lonjakan Inflasi dan Kesengsaraan Pandemi

Tom Ozimek

Sentimen di antara konsumen Amerika Serikat turun pada awal bulan Januari, di mana survei kepercayaan bulanan oleh Universitas Michigan menyalahkan penurunan tersebut akibat kekhawatiran akan pandemi dan keprihatinan akan tingginya inflasi.

Indeks Sentimen Konsumen Universitas Michigan turun ke angka 68,8 di Januari dari angka 70,6 di Desember, membawa pengukur yang lebih dekat ke angka 67,4 di bulan November, yang merupakan angka terendah dalam satu dekade.

“Sementara varian Delta dan Omicron tentu saja berkontribusi terhadap pergeseran penurunan ini, penurunan tersebut juga karena akibat suatu tingkat inflasi yang meningkat,” kata Richard Curtin, direktur survei tersebut,  dalam sebuah pernyataan.

Inflasi harga konsumen naik menjadi 7 persen dalam setahun melalui Desember, kecepatan tercepat sejak Juni 1982. Sementara penghasilan rata-rata mingguan naik 4,7 persen dalam jangka waktu yang sama, tingkat inflasi yang lebih tinggi berarti keuntungan pendapatan itu telah jauh lebih tiada, dengan upah riil yang masuk wilayah negatif dan pada angka terendah sejak tahun 2011.

Richard Curtin mengatakan bahwa, 48 persen konsumen memperkirakan inflasi akan terus berlanjut melebihi kenaikan upah dan menghasilkan tingkat negatif dari pertumbuhan pendapatan riil di tahun 2022.

Karena inflasi berdampak lebih parah pada orang-orang yang berpenghasilan rendah, pengukur sentimen oleh Universitas Michigan turun 9,4 persen di antara rumah tangga dengan total pendapatan di bawah USD 100.000, sebuah penurunan kepercayaan yang jauh lebih tajam daripada 2.5 persen penurunan dalam sampel polling secara keseluruhan.

Dua kali lebih banyak rumah tangga dengan pendapatan di sepertiga terbawah dibandingkan dengan sepertiga teratas mengatakan situasi keuangan mereka memburuk, survei tersebut menunjukkan, dengan terkikisnya standar hidup karena inflasi yang diberikan sebagai penjelasan utama atas penurunan tersebut.

“Tiga perempat konsumen di awal bulan Januari memberi peringkat inflasi, dibandingkan dengan pengangguran, sebagai masalah yang lebih serius yang dihadapi bangsa,” ujar Richard Curtin, menambahkan bahwa kepercayaan pada kebijakan ekonomi pemerintahan Joe Biden berada pada level terendah sejak tahun 2014.

Charles Mizrahi, ahli keuangan dan penulis “Wall Street Profits for Street Investors,” mengatakan di acara  Capitol Report NTD  bahwa pemerintahan Joe Biden sebagian dipersalahkan atas melonjaknya harga-harga.

Ia mengatakan, Situasi sebenarnya di sini adalah bahwa, Washington belum bertindak secara fiskal tidak bertanggung jawab sejak pemerintahan Joe Biden mengambil alih dalam hal mencoba untuk membanjiri pasar dengan lebih banyak likuiditas, yang mana semakin menaikkan harga. Dikarenakan, sekarang anda memiliki banyak dolar untuk mengejar persediaan barang-barang yang terbatas, dan harga-harga meningkat.  Charles Mizrahi, menambahkan bahwa ia percaya inflasi akan menjadi tema utama yang mempengaruhi hasil pemilihan umum paruh waktu.

Richard Curtin mengatakan itu adalah tantangan bagi para pembuat kebijakan untuk mengukur campuran yang tepat, dari kebijakan moneter dan fiskal pada saat pergolakan pandemi.

“Tugas yang paling penting dan sulit adalah meredakan harga upah yang sedang berkembang spiral,” ujar Richard Curtin.

Sejumlah ekonom telah memperingatkan adanya sebuah  spiral upah-harga yang menjulang, semacam sebuah lingkaran umpan-balik negatif di mana ekspektasi inflasi menjadi mengakar, mendorong pekerja untuk menuntut upah yang lebih tinggi, memberikan lebih banyak tekanan terhadap harga.

Ekspektasi orang Amerika Serikat terhadap inflasi yang akan terjadi satu tahun dari sekarang tetap terjebak pada sebuah rekor tertinggi untuk bulan kedua berturut-turut di Desember, menurut survei terbaru dari Federal Reserve New York, yang juga menunjukkan rumah tangga mengantisipasi suatu dorongan bersejarah dalam pendapatan. (Vv)