Venue Olimpiade ‘Tepat Di Samping Kamp Penjara’: Penyiksaan dan Penahanan Terjadi Bermil-mil Jauhnya dari Olimpiade Musim Dingin Beijing

Eva Fu

Upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing berisi semua arak-arakan yang mungkin diharapkan dari sebuah rezim otoriter yang ingin memoles citranya di seluruh dunia: ratusan anak memegang alat peraga  berbentuk merpati yang membentuk konfigurasi hati saat mereka menari di stadion yang diterangi bintang, saat kembang api hijau dan putih mengeja kata “musim semi” di atas kepala, yang mengacu pada perayaan Tahun Baru Imlek.

“Satu dunia, satu keluarga,” demikian bunyi slogan yang ditampilkan kepada para penonton di Stadion Nasional “Sarang Burung” yang terisi sebagian pada 4 Februari, menggemakan seruan untuk persatuan yang sering diulangi oleh rezim Tiongkok di panggung dunia selama beberapa tahun terakhir.

Pemandangan Umum di dalam stadion Olympic Cauldron sebagai pertunjukan kembang api terlihat di atas selama Upacara Pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 di Stadion Nasional Beijing di Beijing, Tiongkok, pada 4 Februari 2022. (David Ramos/Getty Images)

Dengan pertunjukan mewah ini, Partai Komunis Tiongkok berupaya menarik perhatian dunia jauh dari kenyataan yang jauh lebih suram, termasuk penahanan, penyiksaan, dan kematian yang terjadi hanya beberapa mil jauhnya dari tempat Olimpiade berlangsung, kata para aktivis.

Seorang wanita tahanan sangat kurus sehingga ia dibawa pulang dengan menggunakan sebuah tandu, dan dijatuhi hukuman dua setengah tahun beberapa hari kemudian. Seorang pria tahanan menghabiskan 30 tahun berada di penjara, hanya untuk menerima hukuman yang panjang di tahun-tahun kemudian. Seorang wanita tahanan kehilangan suaminya akibat penganiayaan dan sekarang ia sendiri berada di balik jeruji besi. Ketiga tahanan ini menjadi target rezim Tiongkok hanya karena mereka bertahan menjalankan keyakinannya.

Tangkapan layar peta interaktif oleh Pusat Informasi Falun Dafa untuk memamerkan fasilitas penahanan di dekat tempat Olimpiade Beijing. (Courtesy of Falun Dafa Information Center)

Kisah mereka dan yang lainnya ditampilkan dalam sebuah peta interaktif yang dirilis pada Jumat, pada hari yang sama di mana Beijing menjadi negara pertama di dunia yang menjadi tuan rumah untuk Olimpiade Musim Panas maupun Olimpiade Musim Dingin. 

Peta tersebut, dikembangkan oleh Falun Dafa Information Center, menyoroti lebih dari selusin “hotspot penganiayaan” di Beijing dan di sekitar Beijing, di mana praktisi Falun Gong, kelompok keyakinan yang dianiaya, mendekam karena tidak melepaskan keyakinannya.

Ini adalah peta komprehensif pertama dari jenisnya yang memungkinkan “sekilas pandang ke tempat yang tidak ingin anda lihat oleh Partai Komunis Tiongkok,” kata kelompok hak asasi manusia tersebut yang berbasis di New York.

“Kedekatan kemuliaan Olimpiade dengan penderitaan manusia yang mengerikan menyoroti pemerintahan Partai Komunis Tiongkok yang tragis dan sering menipu,” kata juru bicara Falun Dafa Information Center, Erping Zhang.

“Tidak ada rezim lain di bumi yang memiliki kelancangan, dan pengaruh internasional, untuk menjadi tuan rumah Olimpiade sekaligus menahan sejumlah besar tahanan hati nurani dalam pengaturan yang matang dengan cara pelecehan dan penyiksaan,” kata Erping Zhang dalam sebuah jumpa pers.

Dua polisi Tiongkok mengenakan topeng pelindung saat mereka berdiri di depan Menara Olimpiade menjelang Olimpiade Musim Dingin Beijing di Beijing, Tiongkok, pada 30 Januari 2022. (Lintao Zhang/Getty Images)

Tempat Olimpiade Di Samping Kamp Penjara

Praktisi Falun Gong telah tunduk terhadap penganiayaan yang berlangsung lebih dari dua dekade oleh rezim komunis Tiongkok, yang menganggap Falun Gong sebagai sebuah ancaman setelah popularitas Falun Gong meledak selama tahun 1990-an. Antara 70 juta hingga 100 juta orang berlatih Falun Gong pada akhir dekade ini, sesuai perkiraan saat itu.

Enam fasilitas penyiksaan yang menahan tahanan Falun Gong sekitar 10 sampai 20 mil jauhnya dari tempat Olimpiade utama Beijing, dari National Speed Skating Oval, tempat kompetisi peluncur cepat dimulai pada 5 Februari.

“Anda benar-benar dapat menonton speed skating Olympic, berjalan keluar pintu dari Oval, dan berjalan 14 mil ke timur dan anda berada di sebuah kamp penjara di mana orang-orang dipenjara–—setidaknya satu kasus selama sembilan tahun—–karena keyakinannya terhadap Falun Gong,” kata Levi Browde, Direktur Eksekutif Falun Dafa Information Center, kepada The Epoch Times.

Butuh waktu sebulan bagi para peneliti untuk membuktikan rincian dan melengkapi peta tersebut. Banyak fasilitas memiliki sebuah nama publik maupun nama swasta, dan bahkan memiliki dua alamat, untuk menghindari pengawasan dari luar. Beberapa fasilitas, yang merangkap sebagai  kamp kerja paksa, ​​mengadopsi nama sekunder sebagai sebuah kedok untuk bisnis kerja paksa yang dilakukannya, menurut para peneliti.

Terlepas dari penelitiannya selama bertahun-tahun mengenai kampanye penganiayaan, melihat fasilitas-fasilitas secara visual masih mencolok, kata Levi Browde.

“Seperti pergi melihat Stadion Yankee dan berjalan ke di suatu tempat di Central Park, di mana ada sebuah kamp penjara.”

Penganiayaan

Tahanan yang disebutkan Levi Browde adalah Shi Shaoping, berusia 52 tahun, yang menyandang gelar master dari lembaga fotokimia di lembaga ilmu pengetahuan nasional terkemuka di Tiongkok, Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok.

Shi Shaoping berfoto dengan sertifikat gelar masternya (kanan). (Sumber dari Minghui.org)

Shi Shaoping ditangkap dari rumahnya pada  November 2019, tetapi keluarganya tidak mendengar berita  keberadaannya sampai  April lalu, ketika polisi memberitahu keluarganya mengenai Shi Shaoping dijatuhi hukuman sembilan tahun penjara di Penjara No. 2 Beijing, sebuah tempat untuk menahan narapidana terpidana mati dan narapidana yang menjalani hukuman seumur hidup.

Demi keyakinannya, Shi Shaoping telah menjalani hukuman penjara 10 tahun sebelum penangkapan ini. Di Penjara Qianjin, yang juga ada di peta interaktif tersebut, Shi Shaoping disuruh duduk di sebuah bangku kecil, tidak boleh bergerak, hingga 20 jam setiap hari, selama beberapa tahun, menurut Minghui.org, pusat klarifikasi Falun Gong yang berbasis di Amerika Serikat mengenai penganiayaan terhadap Falun Gong di Tiongkok. 

Pada hari terdingin di musim dingin, penjaga penjara akan membiarkan jendela terbuka lebar, menyebabkan seluruh tubuh Shi Shaoping menggigil. Ia pernah dilarang menggunakan kamar kecil selama sebulan penuh.

Enam belas mil jauhnya dari skating venue yang sama adalah Penjara Wanita Beijing, di mana artis Xu Na ditahan hingga Januari ini.

Beberapa bulan sebelum Olimpiade Musim Panas Beijing 2008, polisi menangkap Xu Na dan suaminya Yu Zhou selama sebuah “pemeriksaan Olimpiade,” setelah menemukan buku-buku Falun Gong di mobil mereka. Yu Zhou, seorang penyanyi folk dan musisi, meninggal dalam tahanan 11 hari kemudian, pada malam Tahun Baru Imlek. Xu Na kemudian menghabiskan tiga tahun di penjara.

Sekitar 22 mil barat laut Stadion Nasional, Pusat Penahanan Distrik Changping menahan Wang Chaoying karena mendistribusikan materi informasi mengenai Falun Gong. Pria berusia 68 tahun itu dirawat di rumah sakit tiga kali lebih dari enam bulan antara tahun 2020 hingga 2021. Ia dikirim pulang dengan menggunakan sebuah tandu, setelah kehilangan 18 kg. Sepuluh hari kemudian, pengadilan memberikan putusannya: hukuman penjara dua  setengah tahun.

Kerja Paksa

Tiga belas mil di utara  skating oval adalah Fasilitas Koreksi Pemuda Beijing, tempat Liu Jiying, yang melarikan diri ke New York pada 2016, pertama kali bersama-sama dengan Xu Na, pelukis Beijing, pada 2001, Liu Jiying mengatakan kepada The Epoch Times. 

Fasilitas tersebut sebenarnya adalah sebuah fasilitas kerja paksa bawah tanah, di mana mereka secara  praktis menjadi budak kerja paksa. Keduanya kemudian dipindahkan ke Penjara Wanita Beijing, kemudian masih dalam pembangunan. Liu Jiying menjalani hukuman penjara delapan tahun, sementara Xu menjalani hukuman lima tahun.

Xu Na

Setiap unit penjara mendapatkan “pekerjaannya” sendiri-sendiri. Xu Na disuruh mengerjakan beberapa kerja paksa yang paling keras, termasuk menjahit sol sepatu, yang sering membuatnya terjaga sampai 02.00 pagi. Liu Jiying membuat sweter dan syal untuk ekspor, menjahit tali pada kaus kaki ski, dan album-album perangko yang sudah dirakit. Lebih sering, ia harus mengemasi 10.000 sumpit sekali-pakai setiap hari. Tidak boleh tidur sampai mereka menyelesaikan kuota yang diberikan. Berbicara tidak diperbolehkan, tetapi pernah sekali, Liu Jiying mengacungkan jempolnya untuk menghibur Xu Na.

Situasi kebersihan di lantai produksi seringkali menyedihkan, kata Liu Jiying, sekarang berusia 67 tahun. Kadang sumpit terkena cetakan sepatu; saat menempatkan penyeka kapas, produk lain yang harus ia bungkus, ke dalam tas-tas plastik di Penjara Wanita Beijing, di mana ia kemudian dipindahkan, serangga-serangga kecil merangkak keluar. Penyeka akan diberi label sebagai “disinfektan,” katanya.

Di fasilitas inilah Liu Jiying bersumpah untuk tidak pernah menggunakan sumpit sekali-pakai lagi.

“Ketika orang-orang mengambil sumpit-sumpit itu untuk makan, mereka akan menganggap sumpit-sumpit itu adalah bersih, siapa yang akan memeriksa sumpit-sumpit itu dengan teliti?” kata Liu Jiying.

Ditahan Lagi

Tiga minggu menjelang Olimpiade Musim Dingin, pada 14 Januari, pelukis Beijing Xu Na diganjar hukuman penjara delapan tahun lagi karena perannya dalam memasok foto-foto untuk The Epoch Times yang mendokumentasikan bulan-bulan awal pandemi.

Mengikuti kasus Xu Na dari New York, Liu Jiying mengatakan berita tersebut membuatnya merasa sedih tidak dapat dijelaskan. 

Foto Xu Na (kiri) dan Yu Zhou yang tidak bertanggal. (Courtesy of Falun Dafa Information Center)

“Xu Na sudah ditahan selama delapan tahun, sekarang ditahan delapan tahun lagi,” katanya.

Liu Jiying mengetahui orang-orang lain yang bernasib lebih buruk: salah satu temannya yang adalah seorang wanita, yang tidak menyerah pada tekanan pihak-pihak berwenang untuk melepaskan keyakinannya, ditahan 12 tahun. Putra temannya itu berusia 9 bulan ketika temannya dipenjara. Ketika temannya itu dibebaskan, putranya tidak mengenalinya sebagai ibunya.

“Apa yang telah kami lakukan? Saya tidak melakukan sesuatu yang ilegal, apa hak yang mereka miliki memenjarakan saya selama delapan tahun?”Mereka yang melanggar hukum,” kata Liu Jiying. 

Liu Jiying pernah mengajukan pertanyaan yang sama pada sebuah sidang dakwaan pada tahun 2016.

“Anda melakukan kejahatan,” kata Liu Jiying kepada pihak berwenang.

Mereka, pada gilirannya, “tidak mengatakan sepatah kata pun,” kenang Liu Jiying.

Liu Jiying kehilangan ibunya tidak lama setelah Liu Jiying dibebaskan pada tahun 2016. Ibunya jatuh pingsan setelah penangkapan Liu Jiying dan penggerebekan rumah.

“Ibu saya tidak seharusnya meninggal,” kata Liu Jiying.

Tragedi yang melintasi dua Olimpiade Beijing harus jelas bagi masyarakat internasional bahwa rezim Tiongkok sama sekali tidak berubah, kata Lewi Browde.

“Terlalu sering, mereka melihat gedung-gedung tinggi dan semua Starbucks di sekitar Beijing, dan mereka berpikir, ‘oh, ini adalah Tiongkok yang baru,’Mereka hanya berpikir Tiongkok yang baru adalah lebih baik dan lebih beradab.”

“Melihat tempat Olimpiade tepat di samping kamp-kamp penjara … di mana orang-orang dipenjara dan disiksa karena keyakinannya membuat penipuan dan kemunafikan Partai Komunis Tiongkok adalah nyata.” (Vv)